Rabu, 27 November 2024

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

 Renungan hari ini:

 

“BELAJAR MENGENAL KRISTUS"


 

Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus"

 

Ephesians 4:20 (NET) "But you did not learn about Christ like this"

 

 

Dalam nas hari ini, Paulus mengingatkan kita tentang bagaimana belajar mengenal Kristus. Mengenal Kristus bukanlah tentang pengetahuan atau kehidupan yang asal-asalan. Dia berbicara tentang perubahan yang terjadi dalam diri kita setelah kita bertemu dengan Kristus. Efesus 4:20 mengajak kita untuk mengingat bahwa hidup sebagai orang percaya tidak dapat disamakan dengan cara hidup dunia yang terikat pada kedagingan, nafsu, dan kesesatan. Mengenal Kristus berarti kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran-Nya, bukan hidup seperti sebelumnya—hidup yang tidak mengenal Tuhan, yang terbiasa dengan kebiasaan dunia yang rusak.

 

Kita diingatkan bahwa pengenalan kita terhadap Kristus harusnya melampaui pengetahuan teoritis atau kepercayaan formal. Pengenalan yang sejati itu melibatkan transformasi hati dan tindakan. Belajar mengenal Kristus berarti menerima perubahan yang Dia bawa dalam hidup kita—dari hidup yang tidak teratur dan penuh dosa, menuju hidup yang terarah dan seturut dengan kehendak-Nya.

Dengan kata lain, mengenal Kristus adalah tentang bagaimana kita mempraktikkan ajaran-Nya, menjalani hidup yang penuh kasih, kebenaran, dan kerendahan hati. Pengalaman iman kita harus tercermin dalam tindakan kita sehari-hari. Kita tidak hanya diajarkan untuk mengetahui tentang Kristus, tetapi juga untuk hidup seperti Kristus. Itulah cara kita benar-benar belajar mengenal-Nya.

 

Pertanyaan sekarang adalah apa yang perlu kita renungkan dari nas hari ini? Ada beberapa hal yang perlu direnungkandari nas hari ini:

 

Pertama, pengenalan yang lebih dalam. Ayat ini mengingatkan kita bahwa mengenal Kristus bukanlah sekadar pengetahuan intelektual atau cara hidup yang sama seperti dunia ini. Pengenalan yang sejati tentang Kristus bukanlah soal teori, melainkan perubahan hidup yang nyata. Kita tidak bisa mengenal Kristus hanya dari luar atau hanya melalui ajaran-ajaran yang dangkal. Kita harus mengalami perjumpaan pribadi dengan-Nya, yang membawa transformasi dalam diri kita.

 

Kedua, perubahan gaya hidup. Konteks ayat ini berbicara tentang hidup dalam cara yang berbeda, jauh dari pola hidup lama yang "terikat pada kedagingan" dan tidak mengenal Tuhan. Bukan hanya belajar atau mendengar tentang Kristus, tetapi mengizinkan ajaran-Nya untuk mengubah cara kita berpikir, berperasaan, dan bertindak. Pengenalan yang sejati akan Kristus seharusnya mempengaruhi perilaku kita, cara kita berinteraksi dengan sesama, dan pilihan hidup kita.

 

Ketiga, jangan kembali ke pola lama. Paulus menekankan bahwa kita tidak dapat belajar mengenal Kristus dengan cara yang sama seperti kita dulu belajar atau hidup dalam dunia ini. Artinya, setelah kita menerima Kristus, kita tidak bisa kembali ke pola hidup lama yang penuh dengan kebiasaan buruk dan keinginan kedagingan. Pengenalan Kristus mengarah pada hidup yang baru, yang lebih sesuai dengan kehendak Tuhan, yang berakar dalam kasih, pengampunan, dan kesucian.

 

Keempat, pendidikan rohani yang menyeluruh. Mengikuti Kristus bukan hanya tentang aspek tertentu dalam hidup kita—ini adalah transformasi total. Mengenal Kristus berarti kita membiarkan Dia mengajarkan kita dalam segala hal. Bukan hanya pengetahuan teologi, tetapi juga bagaimana kita hidup dalam kasih, kebenaran, dan kerendahan hati. Mengikuti Kristus berarti kita belajar dari-Nya setiap hari, membiarkan Roh Kudus membimbing dan membentuk kita menjadi lebih seperti Kristus. Karena itu, pengenalan yang sejati kepada Kristus adalah panggilan untuk hidup berbeda, hidup yang seturut dengan kehendak-Nya. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Selasa, 26 November 2024

Renungan hari ini: “KOMITMEN MEREKA UNTUK TAAT KEPADA TUHAN” (Keluaran 24:7)

 Renungan hari ini: 

 

“KOMITMEN MEREKA UNTUK TAAT KEPADA TUHAN”


 

Keluaran 24:7 (TB2) "Ia mengambil Kitab Perjanjian itu, membacakannya di hadapan bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami taati" 

 

Exodus 24:7 (NET) "He took the Book of the Covenant and read it aloud to the people, and they said, “We are willing to do and obey all that the Lord has spoken”

 

Nas hari ini mencatat saat bangsa Israel menyatakan komitmen mereka untuk taat kepada Tuhan. Mereka mendengar Firman-Nya dibacakan, dan respons mereka adalah janji yang tegas: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami taati." Namun, janji ini mengingatkan kita akan pentingnya keseriusan dalam mengikuti perintah Tuhan. Terkadang, kita dengan mudah berjanji untuk taat, tetapi dalam perjalanan hidup, tantangan dan godaan sering menguji komitmen kita. Renungan dari ayat ini mengajak kita untuk merenungkan sejauh mana kita sungguh-sungguh dalam mengikuti Firman Tuhan, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan kita sehari-hari. Kita dipanggil untuk lebih dari sekadar berbicara tentang ketaatan, tetapi untuk mencapainya dengan ketekunan dan pengurbanan, menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak-Nya.

 

Kalimat ini menggambarkan momen penting dalam sejarah perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel setelah mereka menerima hukum dan petunjuk-Nya di Gunung Sinai. Makna dari kalimat ini bisa dijelaskan dalam beberapa poin kunci:

 

Pertama, mengambil Kitab Perjanjian. "Ia mengambil Kitab Perjanjian itu" merujuk pada tindakan Musa yang mengambil kitab yang berisi hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang Tuhan berikan kepada Israel. Ini simbolis, menunjukkan bahwa perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya tercatat dengan jelas dan harus dipahami serta dilaksanakan oleh seluruh bangsa.

 

Kedua, membaca Firman Tuhan. "Membacakannya di hadapan bangsa itu" menunjukkan bahwa Firman Tuhan harus didengar dan dipahami oleh seluruh umat. Firman yang dibacakan tidak hanya bersifat pribadi atau untuk pemimpin saja, tetapi untuk seluruh bangsa. Ini mengingatkan bahwa Firman Tuhan harus disampaikan secara terbuka dan jelas kepada semua orang agar mereka tahu apa yang diminta dari mereka.

 

Ketiga, komitmen dan ketaatan. "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami taati" adalah respons bangsa Israel terhadap Firman Tuhan yang dibacakan. Ini adalah pernyataan komitmen yang sangat kuat untuk menaati segala perintah Tuhan, tanpa kecuali. Mereka berjanji untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga untuk melaksanakan Firman Tuhan dalam kehidupan mereka.

 

Keempat, pentingnya Janji dan Tindakan. Kalimat ini menggambarkan betapa pentingnya ketaatan kepada Tuhan sebagai bagian dari hubungan perjanjian. Namun, ini juga merupakan peringatan bahwa ketaatan bukan hanya tentang perkataan, tetapi juga tentang tindakan nyata. Bangsa Israel berjanji untuk taat, tetapi dalam kenyataannya, mereka sering gagal memenuhi janji ini sepanjang perjalanan mereka.

 

Secara keseluruhan, kalimat ini mengingatkan kita tentang pentingnya mendengar Firman Tuhan, memahami perintah-Nya, dan berkomitmen untuk melaksanakannya dalam hidup kita. Ini juga mengajarkan kita bahwa hubungan dengan Tuhan didasarkan pada perjanjian, yang mengharuskan umat-Nya untuk tidak hanya setuju dengan Firman-Nya, tetapi untuk hidup menurutnya.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Renungan dari nas ini mengandung beberapa pelajaran penting yang perlu kita renungkan:

 

Pertama, kesungguhan dalam mendengar Firman Tuhan. Dalam ayat ini, Firman Tuhan dibacakan di hadapan bangsa Israel, dan mereka mendengarkannya dengan penuh perhatian. Hal ini mengingatkan kita bahwa mendengar Firman Tuhan bukan sekadar kewajiban atau rutinitas, tetapi sebuah kesempatan untuk menyelaraskan hidup kita dengan kehendak-Nya. Apakah kita mendengarkan Firman Tuhan dengan hati yang terbuka, siap untuk menerima petunjuk-Nya?

 

Kedua, pernyataan Janji dan Ketaatan. Bangsa Israel menyatakan komitmen mereka: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami taati." Ini adalah pernyataan penuh tekad, namun juga merupakan tantangan bagi kita. Mengikuti Tuhan tidak hanya tentang menyetujui atau menerima Firman-Nya, tetapi juga tentang tindakan nyata. Apakah kita hanya berkata akan taat, ataukah kita benar-benar menghidupi Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari?

 

Ketiga, iman yang diuji dengan Tindakan. Ketaatan yang diucapkan di sini perlu diuji dalam kehidupan nyata. Ketika tantangan dan kesulitan datang, apakah kita tetap setia dan taat pada Firman Tuhan? Israel berjanji untuk taat, tetapi sejarah mereka menunjukkan bahwa ketaatan itu sering kali teruji dan gagal. Ini mengingatkan kita bahwa janji kita harus dilandasi oleh hubungan yang kuat dengan Tuhan, bukan sekadar perkataan kosong.

 

Keempat, kebebasan dalam taat. Di balik perintah Tuhan selalu ada kebebasan. Ketika kita taat kepada Tuhan, kita tidak terikat pada keterbatasan dunia, melainkan dibebaskan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya yang lebih baik. Renungkan apakah kita melihat ketaatan sebagai beban atau sebagai kebebasan untuk hidup dalam kebenaran dan kasih-Nya.

 

Kelima, komunitas yang taati Firman Tuhan. Bangsa Israel sebagai satu komunitas menyatakan komitmen bersama. Ini mengajarkan kita bahwa ketaatan bukan hanya perihal pribadi, tetapi juga komunitas. Bagaimana kita, sebagai umat Tuhan, saling mendukung untuk hidup sesuai dengan Firman-Nya? Kita dipanggil untuk hidup bersama dalam ketaatan yang saling memperkuat satu sama lain. Karena itu, renungan ini mengingatkan kita untuk tidak hanya berjanji untuk taat, tetapi juga untuk hidup sesuai dengan Firman Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, dengan hati yang penuh komitmen dan tindakan nyata. (rsnh)

 

Selamat melaksanakan Pilkada serentak di seluruh Indonesia. Pilihlah pemimpin yang takut akan TUHAN.

Senin, 25 November 2024

Renungan hari ini: “BETAPA TERBUKA DAN TRANSPARANNYA HIDUP KITA DI HADAPAN ALLAH” (Mazmur 69:6)

 Renungan hari ini:

 

“BETAPA TERBUKA DAN TRANSPARANNYA HIDUP KITA DI HADAPAN ALLAH”


 

Mazmur 69:6 (TB2) "Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagi-Mu"

 

Psalms 69:5 (NET)"O God, you are aware of my foolish sins; my guilt is not hidden from you"

 

Nas hari ini mengajak kita untuk merenungkan betapa terbuka dan transparannya hidup kita di hadapan Allah. Dalam ayat ini, pemazmur mengakui bahwa Tuhan mengetahui segala kebodohannya dan kesalahan-kesalahannya, yang tidak bisa disembunyikan. Ini adalah bentuk pengakuan yang penuh kerendahan hati, mengingat bahwa kita sebagai manusia tidak bisa menutupi apa pun di hadapan-Nya.

 

Setiap hari, kita sering kali tergoda untuk menyembunyikan kekurangan dan kesalahan kita, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang tersembunyi bagi manusia, tidak tersembunyi bagi Tuhan. Kita tidak bisa menutupi kebodohan dan kesalahan kita, karena Dia yang Maha Mengetahui. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan kejujuran, untuk mengakui bahwa kita tidak sempurna dan membutuhkan kasih karunia Tuhan.

 

Meski ayat ini mengungkapkan kenyataan tentang kebodohan dan kesalahan kita, ia juga mengundang kita untuk melihat kasih Tuhan yang lebih besar. Jika Tuhan mengetahui segala kelemahan kita, maka Dia juga mengetahui apa yang kita butuhkan untuk bertumbuh dan berubah. Dalam pengakuan dosa dan kelemahan, kita bisa menemukan pengampunan dan pertolongan-Nya. Seperti pemazmur yang menyerahkan segala kelemahannya kepada Tuhan, kita pun diundang untuk datang kepada-Nya dengan hati yang terbuka, mengakui ketergantungan kita pada-Nya.

 

Mazmur 69:6 mengingatkan kita bahwa meskipun kita tidak dapat menyembunyikan apa pun dari Tuhan, kita juga dapat berharap pada kasih dan pengampunan-Nya yang tidak terbatas.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Nas ini menyentuh pada tema pengakuan yang mendalam dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Berikut beberapa hal yang bisa direnungkan dari ayat ini:

 

Pertama, kejujuran dalam pengakuan dosa. Pemazmur dengan tegas mengakui bahwa Tuhan mengetahui segala kebodohannya dan kesalahan-kesalahannya. Ini menunjukkan kerendahan hati yang tulus, di mana dia tidak mencoba menutupi atau mengalihkan perhatian dari kekurangan dirinya. Ayat ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mengakui dosa-dosa kita secara terbuka kepada Tuhan, tetapi juga untuk tidak berusaha menutupi apa pun, karena semua itu sudah diketahui oleh-Nya.

 

Kedua, kesadaran akan keterbatasan diri. Dengan mengatakan "Engkau mengetahui kebodohanku", pemazmur mengingatkan kita tentang keterbatasan kita sebagai manusia—baik itu kebodohan dalam pikiran, tindakan, maupun keputusan. Ini mengundang kita untuk merenungkan sejauh mana kita sadar akan kebodohan kita, baik dalam hal pengetahuan spiritual, moral, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran ini bisa menjadi langkah awal untuk bertumbuh dan mencari kebijaksanaan dari Tuhan.

 

Ketiga, Tuhan yang Maha Mengetahui. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah pribadi yang sangat mengetahui kehidupan kita, bahkan hal-hal yang tidak tampak oleh orang lain. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Ketika kita merasa sendirian atau merasa tidak ada yang mengerti kita, kita bisa menemukan pengharapan dalam kenyataan bahwa Tuhan sepenuhnya memahami kondisi kita. Kita tidak bisa menyembunyikan kesalahan kita, tetapi kita juga tidak perlu merasa terasing karena Tuhan selalu ada untuk kita.

 

Keemat, panggilan untuk bertobat. Ayat ini juga memanggil kita untuk bertobat. Dengan mengetahui bahwa Tuhan mengetahui segala kesalahan kita, tidak ada alasan untuk tetap dalam keadaan yang sama. Tuhan yang tahu kelemahan kita juga adalah Tuhan yang memberi pengampunan dan kesempatan untuk berubah. Ini mengingatkan kita untuk datang kepada-Nya dengan hati yang rendah hati, meminta pertolongan untuk memperbaiki diri.

 

Kelima, harapan dan Kasih Karunia Tuhan. Meskipun pemazmur mengakui kebodohannya dan kesalahannya, kita tahu dari konteks keseluruhan Mazmur 69 bahwa pemazmur tetap berharap pada Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan. Ini adalah pengingat bagi kita bahwa meskipun kita tidak sempurna, Tuhan tetap mengasihi kita dan memberi kesempatan untuk bertumbuh melalui pengampunan-Nya. Karena itu, nas ini mengajak kita untuk menghadapi kenyataan bahwa kita tidak dapat menyembunyikan apapun dari Tuhan. Pengakuan ini tidak hanya tentang kelemahan kita, tetapi juga tentang harapan akan pengampunan dan kasih-Nya yang besar. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Minggu, 24 November 2024

Renungan hari ini: “ANAK YANG HILANG” (Lukas 15:18)

 Renungan hari ini:

 

“ANAK YANG HILANG”




Lukas 15:18 (TB2) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa"

 

Luke 15:18 (NET) I will get up and go to my father and say to him, “Father, I have sinned against heaven and against you"

 

Nas hari ini adalah bagian dari perumpamaan tentang anak yang hilang, yang menceritakan seorang anak yang menyadari dosanya setelah meninggalkan rumah bapanya, menghambur-hamburkan warisan, dan akhirnya terpuruk. Saat dia mencapai titik terendah dalam hidupnya, dia mengambil keputusan penting: "Aku akan bangkit."

 

Renungan ini mengingatkan kita bahwa pengakuan dosa adalah langkah awal menuju pemulihan. Seperti anak yang hilang, kita sering kali membuat kesalahan, menjauh dari kasih Allah, dan hidup dalam cara yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Namun, ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk kembali kepada Tuhan.

 

"Bangkit dan pergi kepada bapaku" adalah tindakan pertobatan, menunjukkan keberanian untuk menghadapi kesalahan, dan kerendahan hati untuk mengakui dosa. Tindakan ini menggambarkan hubungan kita dengan Allah, Bapa yang selalu menunggu dengan tangan terbuka, siap menerima kita kembali tanpa syarat.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini ini? Ada beberapa hal perlu direnungkan dari nas hari ini:

 

Pertama, kesadaran akan dosa. Ayat ini menunjukkan momen ketika seseorang menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar. Anak yang hilang menyadari bahwa dosanya tidak hanya terhadap manusia (ayahnya), tetapi juga terhadap surga (Tuhan). Ini mengajarkan kita pentingnya introspeksi untuk melihat dengan jujur kesalahan kita.

 

Kedua, kerendahan hati. Anak ini tidak hanya menyadari kesalahannya, tetapi juga memiliki keberanian untuk mengakui dosa-dosanya. Sikap rendah hati ini adalah langkah awal menuju pemulihan hubungan, baik dengan sesama maupun dengan Tuhan.

 

Ketiga, tindakan untuk berubah. Tidak cukup hanya menyadari dosa; anak ini mengambil keputusan konkret: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku." Pertobatan sejati membutuhkan tindakan nyata, bukan sekadar niat dalam hati.

 

Keempat, Kasih dan Pengampunan Allah. Meskipun ayat ini tidak langsung menyebut respons sang ayah, konteks perumpamaan menunjukkan bahwa Allah, seperti sang ayah, selalu menanti dengan kasih yang tidak bersyarat. Ini memberikan harapan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni jika kita datang dengan hati yang bertobat.

 

Kelima, pertobatan sebagai Pemulihan Relasi. Anak ini tidak hanya ingin kembali untuk meminta maaf tetapi juga ingin memulihkan hubungan yang telah rusak. Hubungan kita dengan Allah dan sesama bisa diperbaiki jika kita memiliki keberanian untuk mengakui kesalahan dan bertindak memperbaikinya. Karena itu, seperti anak yang hilang, kita juga dipanggil untuk kembali ke pelukan kasih Allah, memohon pengampunan-Nya, dan hidup dalam anugerah-Nya. Pertobatan sejati selalu dimulai dengan pengakuan hati yang tulus dan langkah menuju Tuhan. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN

Sabtu, 23 November 2024

KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI Minggu, 24 Nopember 2024 “KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH TIDAK AKAN LENYAP” (Daniel 7:9-14)

 KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI

Minggu, 24 Nopember 2024

 

KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH TIDAK AKAN LENYAP”

Kotbah: Daniel 7:9-14       Bacaan: Wahyu 11:15-19


 

Kini kita tiba pada Minggu “Akhir Tahun Gerejawi” (Ujung Taon Parhuriaon) dan sekaligus “Parningotan di angka nadung monding” (Mengenang Orang yang Sudah Meninggal)Minggu Akhir Tahun Gerejawi, atau dalam konteks gereja Batak sering disebut Ujung Taon Parhuriaon, adalah momen perayaan terakhir dalam kalender liturgi gerejawi sebelum memasuki masa Advent, yang merupakan awal tahun baru dalam kalender liturgi Kristen. Minggu ini biasanya dirayakan dengan refleksi, evaluasi, dan ucapan syukur atas perjalanan iman sepanjang tahun.

 

Pada Minggu Akhir Tahun Gerejawi merupakan refleksi atas perjalanan iman. Jemaat diajak untuk merenungkan kehidupan rohani sepanjang tahun. Apakah kita telah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah kita setia dalam pelayanan dan hubungan dengan Tuhan?

 

Minggu ini merupakan minggu ucapan syukur atas Kasih Karunia Tuhan. Perayaan ini adalah momen untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas pemeliharaan-Nya selama setahun penuh, baik dalam suka maupun duka. Minggu ini juga merupakan minggu peneguhan untuk tetap setia. Gereja mengingatkan jemaat untuk terus bertahan dalam iman dan pelayanan meskipun menghadapi berbagai tantangan. Ini menjadi pengingat bahwa perjalanan iman adalah proses yang harus dilanjutkan. Serta pada Minggu ini merupakan persiapan menyongsong Tahun Baru Liturgi. Minggu ini sekaligus menjadi persiapan memasuki masa Advent, yaitu masa penantian kedatangan Kristus.

 

Minggu ini juga kita akan mengenang keluarga, sahabat, warga jemaatkita yang telah mendahului kita dari dunia ini. Minggu Mengenang Orang yang Sudah Meninggal ini bukan dalam maksud untuk mendoakan arwah-arwah yang telah meninggal tetapi untuk menyadarkan orang yang hidup, bahwa suatu saat nanti kita pun akan mati seperti mereka. Karena itu, sebelum kita mati, marilah kita mempergunakan hidup yang sementara ini menjadi masa-masa persiapan menuju kematian. Kelak ketika kita mati kita mati di dalam TUHAN.

 

Minggu Momento Mori adalah salah satu perayaan atau momen dalam tradisi gerejawi yang menekankan refleksi mendalam tentang kefanaan manusia dan kepastian kematian. Ungkapan Momento Mori berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Ingatlah bahwa kamu akan mati." Dalam konteks kekristenan, Minggu Momento Mori bertujuan untuk mengingatkan umat tentang pentingnya hidup dengan kesadaran akan kehidupan yang sementara di dunia ini, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di hadapan Tuhan. Minggu Momento Mori adalah salah satu perayaan atau momen dalam tradisi gerejawi yang menekankan refleksi mendalam tentang kefanaan manusia dan kepastian kematian. Ungkapan Momento Mori berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Ingatlah bahwa kamu akan mati." Dalam konteks kekristenan, Minggu Momento Mori bertujuan untuk mengingatkan umat tentang pentingnya hidup dengan kesadaran akan kehidupan yang sementara di dunia ini, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di hadapan Tuhan.

 

Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Kekuasaan dan Kerajaan Allah Tidak akan Lenyap”. Tema ini sebuah pengakuan dan kebenaran bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat atas seluruh ciptaan, dan kekuasaan-Nya tidak akan pernah berakhir. Kerajaan Allah bersifat kekal, tidak tergantung pada keadaan dunia, dan tidak dapat digulingkan oleh kekuatan apa pun, baik di bumi maupun di surga. Berikut penjelasan lebih dalam

 

Dari perikop ini kita dapat pelajari beberapa hal:

 

Pertama, Kekuasaan Allah yang Kekal (ay. 9-10). Kekuasaan Allah tidak seperti kekuasaan manusia yang bersifat sementara dan rentan terhadap perubahan. Dalam Daniel 7:9, Allah digambarkan sebagai Yang Lanjut Usianya, yang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang kekal, tidak terikat oleh waktu. Hal ini menegaskan bahwa segala sesuatu berada di bawah kendali-Nya, termasuk sejarah, bangsa-bangsa, dan individu. Kekuasaan-Nya mencakup segala aspek kehidupan, baik di bumi maupun di surga.

 

Daniel menggambarkan "Yang Lanjut Usianya" duduk di atas takhta-Nya. Gambaran ini menunjukkan kekekalan dan kemuliaan Allah sebagai Raja atas segala raja. Takhta-Nya seperti nyala api, yang melambangkan kekudusan dan penghakiman-Nya. Sungai api yang mengalir menggambarkan keadilan-Nya yang sempurna, tidak ada kejahatan yang dapat bertahan di hadapan-Nya.

 

Daniel melihat sosok "seperti Anak Manusia" datang dengan awan-awan ke hadapan Yang Lanjut Usianya. Sosok ini, yang adalah Kristus, menerima kekuasaan, kemuliaan, dan kerajaan yang kekal. Semua bangsa, suku, dan bahasa akan menyembah Dia. Kekuasaan-Nya tidak akan berakhir, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa.

 

Kedua, kemenangan atas kejahatan (ay. 11-12). Penglihatan Daniel juga menunjukkan kehancuran kerajaan-kerajaan dunia yang diwakili oleh binatang-binatang buas (ay. 11-12). Ini melambangkan kemenangan Allah atas semua bentuk kekuasaan dunia yang jahat. Makna ini mengingatkan kita bahwa sekalipun ada pergolakan dan kejahatan di dunia, pada akhirnya, Allah akan menang dan kekuasaan-Nya akan tetap kokoh.

 

Ketiga, Kerajaan Allah tidak dapat digulingkan (ay. 14). Daniel 7:14 menegaskan bahwa Kerajaan Allah akan diberikan kepada Anak Manusia, yaitu Yesus Kristus. Kerajaan ini akan berlangsung selamanya, tidak akan binasa, dan semua bangsa akan tunduk kepada-Nya. Hal ini kontras dengan kerajaan-kerajaan dunia yang hanya bertahan sementara, mudah runtuh, dan seringkali dipenuhi dengan ketidakadilan. Kerajaan Allah didasarkan pada keadilan, kebenaran, dan damai sejahtera.

 

Keempat, Penyembahan Universal (ay. 14). Dalam Daniel 7:14, semua bangsa, suku, dan bahasa akan menyembah Sang Anak Manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah melampaui batasan geografis, etnis, dan budaya.Maknanya, Kerajaan Allah mencakup seluruh umat manusia, dan semua yang percaya kepada-Nya akan menjadi bagian dari kerajaan ini.

 

“Kekuasaan dan Kerajaan Allah Tidak Akan Lenyap” berarti bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat, kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh waktu atau kekuatan apa pun, dan Kerajaan-Nya adalah satu-satunya kerajaan yang kekal. Bagi manusia, ini adalah panggilan untuk menyembah Allah, hidup di bawah otoritas-Nya, dan menaruh pengharapan kepada-Nya, sebab Dia adalah Raja yang setia, adil, dan tidak pernah gagal memenuhi rencana-Nya.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah alasan Daniel mengatakan bahwa “Kekuasaan dan Kerajaan Allah tidak akan Lenyap”? Dalam Daniel 7:9-14, ada beberapa alasan Daniel yang menyatakan bahwa kekuasaan dan kerajaan Allah tidak akan lenyap, yakni:

 

Pertama, karena Allah adalah Raja Kekal dan Kudus (ay. 9-10). Dalam penglihatannya, Daniel melihat Yang Lanjut Usianya, yaitu Allah, duduk di atas takhta-Nya. Takhta-Nya digambarkan seperti nyala api, yang menunjukkan kekudusan, kekekalan, dan otoritas-Nya sebagai penguasa tertinggi. Ribuan kali ribuan makhluk melayani Dia, menunjukkan bahwa kekuasaan Allah melampaui seluruh ciptaan. Dia adalah hakim yang adil, dan keadilan-Nya akan menghancurkan setiap kekuasaan dunia yang tidak taat kepada-Nya.

 

Kedua, karena kerajaan duniawi hanya sementara (ay. 11-12). Dalam konteks Daniel 7, kerajaan-kerajaan duniawi diwakili oleh binatang-binatang buas (ay. 1-8), yang melambangkan kekuatan dan kebrutalan. Namun, dalam penglihatannya, Daniel menyaksikan bahwa kerajaan-kerajaan ini akan dihancurkan dan kekuasaan mereka akan dicabut.Ini menunjukkan bahwa kekuasaan duniawi adalah fana, sementara kekuasaan Allah bersifat kekal dan tak tergoyahkan.

 

Ketiga, karena Anak Manusia memerintah untuk selama-lamanya (ay. 13-14). Daniel melihat seorang "seperti Anak Manusia" datang dengan awan-awan ke hadapan Yang Lanjut Usianya. Ini adalah gambaran Yesus Kristus sebagai Raja yang dijanjikan. Anak Manusia ini menerima kuasa, kemuliaan, dan kerajaan yang kekal. Semua bangsa, suku, dan bahasa akan menyembah Dia. Kekuasaan-Nya tidak akan berakhir, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa. Hal ini menegaskan bahwa Allah telah menetapkan Anak-Nya sebagai Raja atas segala raja, dan kerajaan-Nya akan berlangsung selamanya.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita refleksikan dalam Minggu Akhir Tahun Gerejawi ini? Berikut adalah hal-hal yang perlu direfleksikan dari tema “Kekuasaan dan Kerajaan Allah tidak akan Lenyap” berdasarkan kitab Daniel 7:9-14:

 

Pertama, pengakuan akan Kedaulatan Allah. Apakah kita benar-benar mengakui Allah sebagai Raja dalam hidup kita? Penglihatan Daniel menunjukkan bahwa Allah duduk di takhta-Nya yang kudus dan kekal. Ini mengingatkan kita untuk menyerahkan seluruh aspek hidup kita kepada kedaulatan-Nya, termasuk keputusan, rencana, dan tantangan yang kita hadapi. Jadikan Allah sebagai pusat hidup kita, bukan kekuasaan duniawi atau ambisi pribadi.

 

Kedua, kerajaan duniawi bersifat sementara. Apakah kita terlalu terikat pada hal-hal duniawi? Penglihatan Daniel menegaskan bahwa kerajaan-kerajaan dunia hanyalah sementara dan akan lenyap. Ini mengingatkan kita untuk tidak bergantung pada hal-hal fana seperti kekayaan, kekuasaan, atau popularitas. Fokuskan hidup pada nilai-nilai kekal, seperti iman, kasih, dan pengharapan, daripada mengejar hal-hal yang hanya bersifat sementara.

 

Ketiga, pengharapan dalam Kerajaan Kekal Allah. Di tengah dunia yang penuh kekacauan, apakah kita tetap memiliki pengharapan bahwa Kerajaan Allah akan menang? Penglihatan Daniel tentang Anak Manusia yang menerima kerajaan yang kekal memberikan jaminan bahwa di tengah pergolakan dunia, Allah tetap berkuasa dan rencana-Nya tidak dapat digagalkan. Jangan mudah putus asa ketika menghadapi situasi sulit, sebab kita adalah bagian dari Kerajaan Allah yang tidak akan pernah binasa.

 

Tema ini mengundang kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Allah sebagai Raja yang kekal. Kita diajak untuk hidup dalam penyembahan, penyerahan, dan pengharapan kepada-Nya, serta melepaskan diri dari keterikatan pada kekuasaan duniawi yang fana. Karena itu, mari kita hidup sebagai warga Kerajaan Allah yang setia, dengan keyakinan bahwa kekuasaan dan kerajaan-Nya tidak akan pernah lenyap. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Jumat, 22 November 2024

Renungan hari ini: “KESAKSIAN HIDUP PAULUS DI HADAPAN RAJA AGRIPA”(Kisah 26:22)

 Renungan hari ini:

 

“KESAKSIAN HIDUP PAULUS DI HADAPAN RAJA AGRIPA”


 

Kisah Para Rasul 26:22 (TB2) "Namun, dengan pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan bersaksi kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Apa yang kuberitakan itu tidak lain dari yang telah diberitahukan sebelumnya oleh para nabi dan juga oleh Musa"

 

Acts 26:22 (NET) "I have experienced help from God to this day, and so I stand testifying to both small and great, saying nothing except what the prophets and Moses said was going to happen"

 

Dalam nas hari ini, Paulus menyampaikan kesaksian hidupnya di hadapan raja Agripa. Ia mengakui bahwa keberadaan dan kekuatannya untuk bersaksi adalah semata-mata karena pertolongan Allah. Paulus tidak mengambil pujian untuk dirinya sendiri, melainkan menempatkan Allah sebagai sumber kekuatan dan penyertaan dalam hidupnya.

 

Hal ini mengajarkan kepada kita pentingnya bersandar kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan, terutama saat menghadapi tantangan dalam menyatakan iman kita. Paulus juga menunjukkan bahwa kesaksiannya tidak dibuat-buat, tetapi berakar pada kebenaran yang telah diberitakan oleh para nabi dan Kitab Suci.

 

Sebagai orang percaya, kita diajak untuk merenungkan bahwa hidup kita adalah kesempatan untuk bersaksi. Entah kepada "orang kecil" maupun "orang besar," kita dipanggil untuk menyampaikan kabar baik dengan rendah hati dan setia pada kebenaran firman Tuhan.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Dari nas ini, beberapa hal penting yang bisa direnungkan adalah:

 

Pertama, ketergantungan pada pertolongan Allah. Paulus menyadari bahwa keberlanjutan hidupnya hingga saat itu adalah karena pertolongan Allah. Ini mengingatkan kita untuk selalu menyadari bahwa hidup kita, kekuatan kita, dan keberhasilan kita adalah hasil dari penyertaan Allah, bukan semata-mata usaha kita sendiri.

 

Kedua, panggilan untuk bersaksi. Paulus tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk bersaksi tentang kebenaran Allah kepada semua orang, tanpa membedakan status sosial. Renungan ini mengajak kita untuk mempertanyakan apakah kita telah menjadi saksi yang setia, menyampaikan kabar baik kepada siapa pun yang kita temui, baik yang "kecil" maupun yang "besar".

 

Ketiga, kesetiaan pada Kebenaran Firman. Paulus menegaskan bahwa apa yang ia sampaikan bukanlah pemikirannya sendiri, melainkan kebenaran yang telah disampaikan para nabi sebelumnya. Ini menjadi teladan bagi kita untuk tetap setia pada kebenaran firman Tuhan dan menghindari kompromi dengan nilai-nilai dunia. Karena itu, marilah kita menyadari bahwa hidup dan kekuatan kita berasal dari Allah, sehingga hidup kita bisa menjadi saksi yang setia kepada Tuhan di tengah-tengah dunia ini. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Kamis, 21 November 2024

Renungan hari ini: "SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA" (1 Samuel 7:12(

 Renungan hari ini:

 

"SAMPAI DI SINI TUHAN MENOLONG KITA" 


 

1 Samuel 7:12 (TB2) Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan menempatkannya antara Mizpa dan Yesana. Ia menamainya Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong kita" 

 

1 Samuel 7:12 (NET) Samuel took a stone and placed it between Mizpah and Shen. He named it Ebenezer, saying, “Up to here the Lord has helped us”

 

Nas hari ini berbicara mengenai pengakuan Samuel bahwa "Sampai di sini TUHAN menolong kita". Pernyataan ini adalah pernyataan iman yang penuh rasa syukur dari Samuel kepada Allah atas penyertaan-Nya dalam perjalanan bangsa Israel. Samuel menamai batu itu Eben-Haezer, yang berarti "Batu Pertolongan." Ini menjadi pengingat nyata bagi bangsa Israel bahwa segala kemenangan mereka bukanlah hasil usaha mereka sendiri, melainkan karena campur tangan Tuhan. Dalam hidup kita, sering kali kita lupa akan kebaikan Tuhan di masa lalu saat menghadapi tantangan baru. Batu ini mengajarkan kita untuk mengenang dan mensyukuri pertolongan Tuhan yang sudah terjadi.

 

Kata "sampai di sini" menunjukkan perjalanan yang tidak mudah, penuh tantangan dan peperangan. Namun, di balik semua itu, Tuhan selalu hadir menolong. Hal ini mengajarkan kita untuk mempercayai penyertaan Tuhan dalam setiap musim hidup, bahkan ketika jalan terasa sulit dan penuh ketidakpastian.

 

Menariknya, Samuel mendirikan batu peringatan ini "di tengah-tengah" perjalanan bangsa Israel, bukan di akhir. Ini mengajarkan kita bahwa bersyukur kepada Tuhan tidak perlu menunggu segalanya selesai atau sempurna. Di tengah perjuangan sekalipun, kita bisa berkata, "Sampai di sini Tuhan sudah menolong."

 

Pernyataan Samuel ini juga bukan hanya pengakuan akan pertolongan masa lalu, tetapi iman bahwa Tuhan yang sama akan terus menolong di masa depan. Ketika kita menghadapi ketidakpastian, kita bisa belajar dari iman Samuel untuk tetap yakin bahwa Tuhan akan memimpin kita sampai akhir.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dari nas hari ini:

 

Pertama, pengakuan akan campur Tangan Tuhan. Samuel menamai batu itu Eben-Haezer sebagai pengingat bahwa kemenangan Israel atas Filistin bukanlah hasil kekuatan manusia semata, melainkan karya nyata Tuhan. Kita diingatkan untuk selalu mengakui bahwa segala keberhasilan dan perlindungan yang kita alami adalah bukti kasih dan campur tangan Tuhan.

 

Kedua, menghargai perjalanan, bukan hanya tujuan. Frasa "Sampai di sini" menunjukkan bahwa perjalanan bangsa Israel belum selesai. Namun, Samuel mengajarkan untuk berhenti sejenak, merenungkan, dan bersyukur atas penyertaan Tuhan sejauh ini. Dalam hidup, kita sering sibuk mengejar tujuan, lupa menghargai bagaimana Tuhan telah memimpin kita dalam setiap langkah.

 

Ketiga, Tuhan adalah Pertolongan yang Konstan. Eben-Haezer adalah simbol bahwa Tuhan selalu hadir, tidak hanya di masa lalu tetapi juga di masa kini dan masa depan. Saat kita menghadapi tantangan, ingatan akan pertolongan Tuhan sebelumnya dapat memperkuat iman kita bahwa Dia akan tetap setia.

 

Keempat, peringatan untuk tidak lupa bersyukur. Samuel menempatkan batu itu di tempat yang terlihat oleh semua orang, mengingatkan bangsa Israel untuk tidak melupakan Tuhan yang telah menolong mereka. Kita juga perlu memiliki “batu peringatan” dalam hidup—baik berupa doa syukur, jurnal, atau kesaksian—agar tidak melupakan kebaikan Tuhan.

 

Kelima, iman untuk langkah selanjutnya. Pernyataan Samuel tidak hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai pernyataan iman untuk masa depan. Jika Tuhan telah menolong hingga titik ini, kita dapat percaya bahwa Dia akan terus menyertai kita di langkah-langkah berikutnya. Karena itu, mari kita meneladani Samuel dengan membangun "Eben-Haezer" dalam hati kita—mengingat bahwa segala sesuatu yang telah kita lalui adalah bukti nyata kasih dan pertolongan Tuhan. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Rabu, 20 November 2024

Renungan hari ini: “PANGGILAN BAGI SETIAP ORANG PERCAYA UNTUK HIDUP DALAM KESIAPAN ROHANI” (1 Petrus 3:15)

 Renungan hari ini:

 

“PANGGILAN BAGI SETIAP ORANG PERCAYA UNTUK HIDUP DALAM KESIAPAN ROHANI”


 

1 Petrus 3:15 (TB2) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu"

 

1 Peter 3:15 (NET) "But set Christ apart as Lord in your hearts and always be ready to give an answer to anyone who asks about the hope you possess"

 

Nas hari ini adalah panggilan bagi setiap orang percaya untuk hidup dalam kesiapan rohani yang penuh integritas dan kesaksian yang nyata. Penulis mengajak kita untuk menguduskan Kristus di dalam hatikita sebagai Tuhan. Bagian ini mengingatkan kita untuk menjadikan Kristus sebagai pusat hidup kita. Menguduskan Kristus berarti mengutamakan Dia di atas segalanya—dalam pikiran, keputusan, dan tindakan kita. Ini juga mengajarkan bahwa pengenalan pribadi akan Kristus adalah fondasi untuk menjalani kehidupan Kristen. Ketika Kristus berdaulat di hati, hidup kita akan memancarkan cahaya iman kepada dunia.

 

Kekristenan bukanlah sesuatu yang kita jalani hanya pada saat-saat tertentu. Kesaksian kita tentang iman harus selalu siap diberitakan kapan saja dan di mana saja. Ini bukan hanya soal berbicara, tetapi juga soal menunjukkan kasih, pengampunan, dan kebenaran dalam perbuatan sehari-hari.

 

Harapan dalam konteks ini adalah keyakinan akan janji-janji Allah melalui Kristus. Hidup dalam pengharapan berarti hidup dalam sukacita, meskipun ada tantangan dan penderitaan. Kita dipanggil untuk menjelaskan alasan pengharapan ini dengan rendah hati, bukan untuk berdebat, tetapi untuk membagikan kebenaran dalam kasih.

 

Meski tidak tertulis secara eksplisit dalam ayat ini, konteksnya menuntut agar jawaban yang diberikan dilakukan dengan kelemahlembutan dan rasa hormat. Kesaksian kita tidak hanya tentang apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita mengatakannya.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Ayat ini mengandung makna yang dalam bagi kehidupan rohani, dan ada beberapa hal utama yang dapat kita renungkan:

 

Pertama, Kristus harus menjadi Tuhan di hati kita. Menguduskan Kristus berarti memberikan tempat tertinggi bagi-Nya di dalam hati kita. Ini adalah tentang pengakuan bahwa Kristus adalah Tuhan atas segala aspek hidup kita—pikiran, perasaan, keputusan, dan tindakan. Dengan kata lain, iman kita harus menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam perbuatan.

 

Kedua, selalu siap memberi pertanggungan jawab. Ayat ini menantang kita untuk siap setiap saat untuk menjelaskan iman dan pengharapan yang kita miliki. Ini menuntut kita untuk memiliki pemahaman yang baik tentang iman kita sehingga kita dapat berbicara dengan jelas, bijak, dan penuh kasih kepada siapa saja yang bertanya.

 

Ketiga, pengharapan yang nyata dalam Kristus. Iman Kristen berakar pada pengharapan yang teguh kepada janji Allah—kehidupan kekal, pemulihan, dan damai sejahtera melalui Kristus. Namun, pengharapan ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi harus terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama di tengah tantangan atau kesulitan.

 

Keempat, kesaksian yang lembut dan penuh hormat. Memberi pertanggungan jawab bukanlah tentang memenangkan argumen, tetapi menyampaikan kebenaran dengan kasih, rendah hati, dan rasa hormat kepada orang lain. Pendekatan ini menunjukkan karakter Kristus yang sejati. Karena itu, nas ini adalah undangan untuk hidup dalam integritas iman, menjadikan Kristus pusat kehidupan, dan berbagi pengharapan dengan cara yang menarik orang lain kepada Allah. Itu juga mengingatkan kita untuk tidak hanya percaya tetapi juga bertanggung jawab atas iman yang kita miliki. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Selasa, 19 November 2024

Renungan hari ini: “TANGGUNG JAWAB BESAR YANG DIEMBAN OLEH SEORANG IMAM” (Maleakhi 2:7)

 Renungan hari ini: 

 

“TANGGUNG JAWAB BESAR YANG DIEMBAN OLEH SEORANG IMAM”


 

Maleakhi 2:7 (TB2) "Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, karena dialah utusan TUHAN semesta alam"

 

Malachi 2:7 (NET) "For the lips of a priest should preserve knowledge of sacred things, and people should seek instruction from him because he is the messenger of the Lord who rules over all”

 

Nas hari ini mengingatkan kita akan tanggung jawab besar yang diemban oleh seorang imam, atau dalam konteks kehidupan kita, pemimpin rohani dan semua orang yang dipercayakan untuk membawa kebenaran firman Tuhan. Dalam Alkitab, seorang imam memiliki peran penting sebagai perantara antara Tuhan dan umat-Nya. Tanggung jawab ini tidak hanya berkaitan dengan ritual keagamaan tetapi juga mencakup aspek moral, rohani, dan social.

 

Sebagai umat yang telah menerima firman Tuhan, kita diingatkan untuk menjaga pengetahuan tersebut dengan serius. Ini berarti bukan hanya menyimpan firman dalam hati, tetapi juga terus memperdalam pemahaman akan kebenaran-Nya melalui doa, pembelajaran Alkitab, dan kehidupan yang mencerminkan kehendak Tuhan. Apakah kita sudah berupaya memelihara pengetahuan firman Tuhan dalam keseharian kita?

 

Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang lain akan mencari hikmat dan pengajaran dari mereka yang hidupnya dipenuhi firman Tuhan. Hidup kita menjadi cerminan kebenaran-Nya. Dengan kata lain, hidup kita harus menjadi kesaksian yang berbicara lebih keras daripada kata-kata. 

 

Seorang imam, atau siapa pun yang dipercayakan firman Tuhan, adalah utusan-Nya. Ini adalah panggilan mulia sekaligus tanggung jawab besar. Sebagai utusan Tuhan, kita dipanggil untuk menyampaikan kasih, kebenaran, dan pengharapan kepada dunia yang membutuhkan. Apakah kita sudah menyadari dan menjalankan peran ini dengan setia?

 

Renungan ini mengingatkan kita untuk hidup selaras dengan firman Tuhan, menjadi terang bagi sesama, dan setia dalam tugas sebagai saksi Kristus. Mari kita terus berusaha memelihara pengetahuan, menjadi sumber pengajaran, dan menjalankan panggilan sebagai utusan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Apa yang hendak ditenungkan dari nas hari ini? Renungan ini mengajarkan tiga hal penting:

 

Pertama, tanggung jawab pemimpin Rohani. Ayat ini menggarisbawahi bahwa seorang imam bertugas untuk memelihara pengetahuan dan memberikan pengajaran kepada umat. Hal ini menjadi pengingat bahwa pemimpin rohani atau siapa pun yang dipercayakan firman Tuhan harus hidup dalam kebenaran, memiliki pemahaman yang mendalam, dan menyampaikan ajaran dengan bijaksana. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga dipanggil untuk menjadi teladan yang mencerminkan nilai-nilai ilahi.

 

Kedua, menjadi Sumber Hikmat. Orang mencari pengajaran dari mulut seorang imam, yang artinya kehidupan orang percaya menjadi rujukan bagi orang lain. Kita dipanggil untuk membagikan hikmat, pengertian, dan nilai-nilai firman Tuhan kepada sesama, baik melalui perkataan maupun tindakan. Pertanyaan reflektifnya: Apakah hidup kita sudah menjadi berkat dan sumber pengajaran bagi orang di sekitar kita?

 

Ketiga, peran sebagai Utusan Tuhan. Seorang imam dilihat sebagai utusan Tuhan semesta alam. Ini adalah panggilan yang menegaskan bahwa setiap perkataan dan tindakan kita membawa misi dari Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun dipanggil untuk hidup sebagai perpanjangan tangan kasih Tuhan, menjadi terang dan garam dunia. Karena itu, Renungan ini mengajak kita untuk memperdalam hubungan dengan firman Tuhan, menjaga integritas, dan menyadari tanggung jawab untuk menjadi saluran kasih dan pengajaran-Nya bagi sesama. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...