Jumat, 15 Juni 2018

Kotbah Minggu Trinitatis 3 Minggu, 17 Juni 2018 "MENANTI HARI TUHAN DENGAN SETIA"

Minggu, 17 Juni 2018

"MENANTI HARI TUHAN DENGAN SETIA" 
Kotbah: 2Petrus 3:1-3 Bacaan: Kejadian 7:10-24



Minggu ini kita akan memasuki Minggu ketiga setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Menanti Hari TUHAN dengan setia”." Hari TUHAN" itu akan ditandai dengan hancurnya "langit" oleh api dan mencairnya "unsur-unsur langit". Kita tidak diberitahu secara pasti bagaimana mekanisme proses itu, tetapi hal tersebut jelas disebabkan oleh "hari TUHAN" dan bukan merupakan bencana alam atau sesuatu yang disebabkan oleh kecerobohan manusia. Allah akan mengangkat langit dan bumi yang lama-demikian tertulis dalam Wahyu 21:1 - dan mempersiapkan jalan untuk langit dan bumi yang baru (hal ini disebutkan dalam 2Petrus 3:13. Petrus menyebutkan peristiwa ini bukan untuk menakut-nakuti orang Kristen, melainkan untuk mengingatkan mereka bahwa segala sesuatu yang mereka perbuat atau bangun di atas bumi ini hanya bersifat sementara. Hanya hidup dalam ketaatan sepenuhnya kepada Allah akan memberikan hidup kekal, dan "hari Allah" merupakan saat mereka menerima ganjaran tersebut. 

Orang Kristen harus "menanti-nantikan" atau "mengamati" hari itu dengan penuh pengharapan. Ini berarti terus rnengingatnya, dan hidup untuk hari itu. Bagi para penulis Perianjian Baru, eskatologi menentukan etika. Dengan kata lain, keyakinan seseorang mengenai kedatangan Kristus kembali akan menentukan cara hidupnya. Jika manusia memiliki pengharapan yang hidup seperti dikehendaki oleh Petrus, maka mereka akan menjalani kehidupan yang kudus apapun konsekuensinya. Mereka sangat mengharapkan pahala sehingga kerugian untuk sementara waktu tidak akan menjadi masalah. 

Meskipun demikian orang Kristen juga harus "mempercepat" kedatangan hari itu. Yesus scndiri memberitahu para pengikut-Nya untuk berdoa bagi kedatangan hari itu. Doa Bapa Kami berisi kalimat "Datanglah Kerajaan-Mu." Lebih lanjut gereja berdoa "Maranatha" (1Kor. 16:22), yang dalam Wahyu 22:20 diterjemahkan, "Datanglah, Tuhan Ycsus." Tetapi Petrus barangkali menyebutkan sesuatu yang lebih dari sekadar doa. Ada keyakinan Yahudi yang kuat berdasarkan Yesaya 60:22 bahwa kedatangan Mesias akan ditangguhkan oleh dosa manusia, sedangkan pertobatan akan mempercepat kedatangan itu. Dalam seluruh suratnya Paulus berbicara tentang kekudusan. Paulus menasihatkan manusia untuk menjalani "kehidupan yang kudus dan saleh". Itulah sebabnya dikatakan bahwa kekudusan orang Kristen bukan saja mengungkapkan pengharapan mereka akan hari Allah, melainkan juga mempercepat kedatangan-Nya. 

Jika perilaku orang Kristen sangat mempengaruhi waktu kedatangan Kristus, apa artinya hal tersebut bagi kedaulatan Allah? Petrus menjelaskan hal ini. Dalam 2Petrus 3:8-9 ia menyatakan bahwa Allah itu panjang sabar: waktu tidak menjadi masalah bagi-Nya. Yang menjadi masalah adalah Dia tidak ingin "seorang pun binasa, melainkan supaya sernua orang berbalik dan bertobat." Yang menjadi perhatian khusus dari Kitab 2Petrus tersebut adalah masyarakat Kristen yang telah tercemar oleh dosa. Allah rnemiliki kedaulatan dan Dia telah memutuskan untuk membuat sebanyak mungkin orang bertobat dan hidup dalarn ketaatan (Petrus tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang akan membuat Allah berhenti berusaha). Allah telah memutuskan untuk mempertimbangkan perilaku manusia dalam menentukan waktu kedatangan Kristus. Bagi orang Kristen hal tersebut berarti jika mereka sungguh-sungguh mengharapkan datangnya Kerajaan Allah, mereka harus segera bertobat dan menjalani hid up kudus sehingga mereka dapat bekerja sama dengan Allah dalam mempersiapkan akhir dunia ini. 

Petrus telah membuat kita tercengang. Di satu pihak, bayangan kita akan bumi yang dilahap oleh bola api bersama seluruh hasil karya dan budayanya mengguncangkan jiwa karena kita merupakan bagian dari zaman ini. Di pihak lain, pandangan bahwa hidup yang kudus dapat mempercepat kedatangan Kristus dan dengan demikian mempengaruhi seluruh alam semesta membangkitkan perasaan bahwa kita memiliki hak istimewa yang menakjubkan. Petrus berharap bahwa secara bersarna-sama kedua pandangan di atas akan mendorong orang Kristen untuk menanti-nantikan kedatangan Kristus dan menjalani kehidupan kudus yang sesungguhnya akan mempercepat kedatangan hari Allah, karena itulah kehendak Allah yang kudus dan berdaulat. 

Namun dalam teks ini kita juga melihat ada pengejek-pengejek atas hari kedatangan TUHAN itu. Mengapa? Pertama, mereka tidak percaya akan hari Tuhan (kedatangan Kristus yang kedua-kalinya), kiamat, penghakiman akhir jaman, dsb. Argumentasi mereka adalah bahwa janji Tuhan itu hingga kini belum diwujudnyatakan. Mereka tahu tentang adanya janji Tuhan Yesus untuk datang kedua-kalinya (ay. 4a). Karena itu, pada waktu mereka melihat Tuhan tidak datang-datang, mereka tidak sabar, dan mereka menganggap Tuhan lalai/lamban dalam menepati janji-Nya (ay. 4,9). Padahal Tuhan Yesus sudah memperingatkan akan adanya orang yang tidak sabar menantikan hari Tuhan (Luk. 12:45 bdk. Yak. 5:7-dst Ibr. 10:36-dst). Kedua, mereka bukan hanya tidak percaya pada hari Tuhan, tetapi lebih dari itu mereka melontarkan ejekan-ejekan (ay. 3-4). Mereka hidup menuruti hawa nafsunya (ay. 3b). Ketidakpercayaan mereka akan kedatangan Kristus keduakalinya, menyebabkan mereka tidak percaya pada penghakiman akhir jaman, dan ini menyebabkan mereka secara bebas hidup menuruti hawa nafsunya. Dari sini terlihat bahwa kesalahan pemikiran secara doktrinal seringkali menyebabkan hidup yang salah / berdosa (bdk. 1Kor. 15:32).

Untuk menjawab tuduhan ini, Pertama,tentang tidak berubahnya alam semesta/dunia (ay 5-7). Alam semesta/dunia ini bukannya tetap/tidak berubah (ay 5-7). Bumi berasal dari air dan oleh air (ay. 5b). Bumi menonjol dari air dan dalam air. Kata Yunaninya: sunestosa.Baik Petrus maupun Musa tidak berbicara dalam bahasa ilmiah; tujuan mereka bukan mengajarkan kebenaran ilmiah, tetapi menyatakan fakta besar tentang penciptaan dalam aspek yang sesuai dengan kapasitas kita yang rendah). Bumi dihancurkan oleh Tuhan dengan menggunakan air bah (ay. 5-6). Sejarah air bah merupakan saksi yang lebih dari cukup bahwa seluruh keteraturan alam diperintah/diatur hanya oleh kuasa Allah. Nanti pada akhir jaman Tuhan akan menghancurkannya dengan api (ay. 7,10,12). Alam semesta diciptakan dengan firman Tuhan, bumi dihancurkan oleh air bah juga karena firman Tuhan, dan kalau sekarang alam semesta terpelihara itu juga karena firman Tuhan (ay. 5-7). Karena itu kalau nanti pada akhir jaman Tuhan menggunakan firmanNya untuk menghancurkan semua, itu bukan sesuatu yang aneh. Sebetulnya semua ini sudah diketahui oleh para pengejek, tetapi Petrus mengatakan bahwa mereka sengaja tidak mau tahu (ay. 5). Dari hal ini kita mau belajar bahwa orang berdosa sering sengaja tidak mau tahu, karena pengetahuan itu mengganggu/ menggelisahkan mereka. Dengan tidak mau tahu, maka mereka bisa berdosa/menuruti hawa nafsu mereka dengan “lebih tenteram”. Misalnya mereka tidak mau tahu bahwa dirinya adalah orang berdosa. Tidak mau tahu bahwa bagaimanapun ia berusaha berbuat baik, ia tetap penuh dengan dosa. Tidak mau tahu bahwa Allah itu adil dan suci, dan pasti menghukum manusia berdosa, dsb. Tetapi ketidak-mau-tahuan ini seperti orang sakit kanker yang tidak mau tahu akan kankernya! Ketidak-mau-tahuannya itu justru akan membunuhnya.

Kedua,tentang kelalaian Tuhan dalam menepati janji-Nya (ay. 8-9). Tuhan tidak terbatas oleh waktu (ay 8 bdk. Mzm. 90:4). Ketidakterbatasan Tuhan oleh waktu ini menyebabkan “ayat-ayat yang seakan-akan menunjukkan bahwa Tuhan akan segera datang keduakalinya itu” dan “tidak datang-datangnya Tuhan” tidak bertentangan. Hati-hati dengan penafsiran salah dari ayat 8, yang menafsirkan 6 hari penciptaan sebagai 6000 tahun. Tuhan “menunda” kedatangan-Nya bukan karena lalai pada janji-Nya, tetapi karena Ia sabar dan tak menghendaki ada yang binasa (ay. 9 bdk. Rm. 2:4). Kata “lalai” dan “kelalaian” dalam ayat 9 diterjemahkan “slow” (=lamban) dan “slowness” (= kelambanan). Penundaan/kelambanan ini disebabkan karena kesabaran Allah. Dalam 1Petrus 3:20 dibicarakan tentang kesabaran Allah sebelum air bah, dan sekarang dalam 2Petrus 3:9 dibicarakan tentang kesabaran Allah sebelum kedatangan Kristus yang kedua-kalinya. Bukan ketidakmampuan tetapi belas kasihan adalah alasan penundaan Allah.

Setelah menjawab argumentasi para pengejek, Petrus menegaskan bahwa hari Tuhan akan datang (ay. 10). Dalam bahasa Yunaninya, kata hexei(=akan datang) diletakkan di awal ayat 10. Ini untuk menekankan kepastian kedatangan Kristus! seperti pencuri (ay. 10). Persamaan dengan pencuri ini hanya dalam satu hal, yaitu: sama-sama datang pada saat yang tidak terduga/pada saat orang tidak siap sedia (bdk. Mat. 24:42-44 1Tes. 5:2-3 Why. 3:3). Kedatangan Kristus yang keduakalinya tidak diberitahukan saatnya, dan tidak akan diberitahukan! Siapapun yang bisa menubuatkan saat kedatangan Kristus keduakalinya pasti adalah orang yang kacau pengetahuan Kitab Sucinya! Mengapa tidak diberitahukan saatnya? Karena kalau diberitahukan saatnya, maka semua orang baru akan bersiap sedia 1 hari sebelumnya! Dengan tidak diberitahukan, maka orang harus bersiap sedia senantiasa. Dengan demikian, supaya orang yang setia/orang kristen selalu berjaga-jaga, dan tidak menjanjikan besok pada diri mereka sendiri.

Apa yang hendak kita renungkan dari nas ini? 

Pertama,marilah kita bersabar menanti kedatangan hari TUHAN itu. Kesabaran Tuhan adalah kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Kita bisa menggunakan kesempatan itu dengan baik, yaitu dengan datang dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dia sudah mati di salib untuk menebus dosa saudara. Jangan sia-siakan penebusan ini, jangan sia-siakan darahNya yang sudah dicurahkan, jangan sia-siakan penderitaan dan kematian-Nya. Datanglah dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara! Pada saat ini Yesus berulangkali mengundang saudara, tetapi kalau kita terus mengabaikan undangan-Nya ini, nanti pada akhir jaman Ia akan mengusir kita dari hadapan-Nya. Kita bisa menolak undangan-Nya saat ini, tetapi kita tidak bisa menolak perintah-Nya yang mengusir kita dari hadapan-Nya nanti pada akhir jaman. Karena itu, gunakan kesempatan ini untuk datang dan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, supaya kita diselamatkan! 

Kedua,kita berusaha mempercepat kedatangan TUHAN (ay. 12). Bagaimana caranya? (a) Dengan memberitakan Injil.Allah “menunda” kedatangan Yesus karena Ia ingin semua orang bertobat. Karena itu kalau kita ingin “mempercepat” kedatangan Yesus, kita harus rajin memberitakan Injil (bdk. Mat. 24:14). (b) Dengan doa.Kita juga bisa mempercepat dengan doa. Kata-kata “datanglah kerajaanMu” dalam doa Bapa Kami (Mat. 6:10), mencakup hal ini. (c)   Dengan menguduskan diri (ay. 11,14).Kita yang menantikan langit yang baru, harus mulai dengan pembaharuan berkenaan dengan dirikita sendiri, dan dengan rajin/ tekun mencarinya/merindukan TUHAN. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: TUHAN MEMANDU DAN MENGARAHKAN

Renungan hari ini: 

TUHAN MEMANDU DAN MENGARAHKAN



Mazmur 23:2 (TB) "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang" 

Psalms 23:2 (NRSV) "He makes me lie down in green pastures; he leads me beside still waters” 

TUHAN sebagai gembala kita setia memandu dan mengarahkan perjalanan hidup kita. Dia memandu dan mengarahkan kita agar berbaring di padang yang berumput hijau dan mengarhkan langkah kita ke air yang tenang. Terlihat ada paralel di dalam kalimat tersebut. Perhatikan kata “Ia membimbing” dan kata “Ia menuntun”. Keduanya menjelaskan fungsi memandu atau mengarahkan. Daud memberikan metafora bahwa pengarahan dari Tuhan di dalam hidupnya membawanya pada padang yang berumput hijau. Maksudnya sebetulnya bukanlah berumput hijau tetapi berumput segar! Coba seandainya itu adalah makanan, maka kesegaran makanan itu akan memulihkan banyak hal di dalam stamina tubuh. Berbeda jika makanan itu basi atau layu. Demikian juga jika yang segar itu adalah sebuah tempat beristirahat. Kenyamanan menjadi salah satu standard kualitasnya. Itulah yang Daud rasakan di dalam hidupnya, pemberian terbaik dari Tuhan, dalam sebuah padang penggembalaan terbaik. Sesuatu yang selalu baru diterimanya disana. Bahkan Daud menegaskannya Tuhan yang menjadi gembalanya itu tidak pernah memandu dan mengarahkannya ke air yang bergolak melainkan ke air yang tenang. Mengapa Daud mengatakan demikian? Air tenang menunjukkan tempat peristirahatan yang menyegarkan seperti ketika seorang musafir menemukan oase di tengah padang pasir dari perjalanannya yang melelahkan. 

Tujuan Daud dalam baris nyanyian ini adalah kalimat terakhir. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Perhatikan frasa “menuntun di jalan yang benar”. Inilah hal luar biasa yang menjadi pengalaman Daud bersama Tuhan. Jika melihat pengalaman hidupnya, ditengah kesulitan hidup sekalipun, saat terjepit, saat dihadang musuh, saat dalam pelarian, tidak sedikitpun Daud meninggalkan Tuhan. Dia selalu mencari kehendak Tuhan sebelum mengambil keputusan di saat-saat seperti itu. Kontrasnya terlihat saat dia gegabah melangkah memenuhi keinginan dagingnya sewaktu menghampiri Batsyeba. Keputusan di luar Tuhan menghasilkan sejumlah konsekuensi yang harus dipikulnya. Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, maka jalan yang dilaluinya adalah jalan yang pasti salah. Nama Tuhan menjadi penting di dalam kalimat tersebut. Ada dua alasan penting. Nama Tuhan disebut sebagai tanda mengenali-Nya dan sebagai tanda seruan kepada-Nya. Daud mengenal Allah-nya sehingga berseru kepada-Nya.

Bagaimana dengan kita? Seringkali kita mengambil keputusan yang salah di dalam hidup dan melalui jalan yang menurut kita benar. Akibatnya, sejumlah konsekuensi telah menanti untuk kita tanggung. Hal itu terjadi karena kita meninggalkan Tuhan dan bertindak sendiri. Dalam kelelahan karena menjalani hidup dengan sejumlah persoalannya, kita dapat semakin ‘tenggelam’ sewaktu meninggalkan Tuhan. Energi menjadi terkuras habis dan kita tidak mendapat tempat dimana kita disegarkan kembali. Itulah konsekuensi jika tidak terhubung dengan Tuhan. Sebaliknya, dalam kelelahan dan segala daya yang mungkin terkuras habis, Tuhan memberikan satu tempat yang mere-fresh kita kembali dan mengarahkan “jalan’”hidup kita yang mungkin melenceng. Karena itu, tetaplah setia pada panduan dan pengarahan TUHAN dalam perjalanan hidup kita. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...