Rabu, 09 Februari 2022

Renungan hari ini: “ALLAH TIDAK MENETAPKAN KITA UNTUK DITIMPA MURKA” (1 Tesalonika 5:9)

 Renungan hari ini:

 

“ALLAH TIDAK MENETAPKAN KITA UNTUK DITIMPA MURKA”




 

1 Tesalonika 5:9 (TB) "Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita"

 

1 Thessalonians 5:9 (NET) "For God did not destine us for wrath but for gaining salvation through our Lord Jesus Christ"

 

Sejak semula Allah tidak pernah merencanakan umat manusia ciptaan-Nya akan ditimpa murka. Hal itu ditegaskan Paulus bahwa Allah berkata kita tidak ditimpa oleh murka dalam nas hari ini. Dengan kata lain ternyata dibalik karakter sifat Allah yang pengasih, penyayang, dan penyabar itu ada satu sifat karakter Allah, yaitu Tuhan yang sewaktu-waktu akan menyatakan murka, atau penghukuman yang tidak ada satu orang pun yang dapat menghentikanya. Salah satu bentuk murka Allah tersebut adalah Kejadian 7:4, “Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang kujadikan itu.” Peristiwa tragis di masa lalu mengawali perjalanan hidup anak-anak Adam di dunia ini yang dikejutkan dengan satu peristiwa air bah yang tergolong sangat dasyat. Hal yang terjadi dalam zaman Nuh ini bukanlah suatu pekerjaan alam, tetapi Alkitab mencatat ini bagian dari penghukuman Allah. Penghukuman saat itu bukan hanya sekedar penghukuman, namun benar-benar murka besar yang Tuhan lepas kepada anak-anak Adam pada saat itu.

 

Dalam kitab Kejadian ini Allah berkata: “Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada” (Kej. 7:4b). Nuh bersama istri, tiga orang anak, dan tiga orang mantunya yang diselamatkan dari air bah. Sifat Allah yang dominan adalah pengasih, penyayang, sabar dan penuh belas kasihan. Namun masih ada tersimpan satu sifat Allah yaitu Dia bisa menghukum, bagi umat-umat yang tidak tunduk kepada perintah-Nya. Tuhan melepaskan begitu rupa murka-Nya sebagai bentuk pembalasan Tuhan atas gaya hidup kefasikan yang ada pada waktu itu. Nuh adalah orang yang tidak memiliki sifat yang egois, kita tahu dalam keselamatan terdapat misi untuk menyelamatkan, tetapi kadang-kadang kita terfokus hanya kepada keselamatan itu.

 

Keselamatan memang bentuknya pribadi atau individual antara kita dengan Tuhan, keselamatan tidak bisa diwakilkan, dengan kata lain keselamatan itu urusan kita sendiri dengan Tuhan Yesus Kristus. Tapi dalam keselamatan ada misi menyelamatkan, sebagai orang-orang yang sudah percaya dan diselamatkan oleh Anugerah Allah, kita juga harus memiliki misi seperti yang dimiliki Nuh untuk menyelamatkan orang-orang yang ada disekitar kita. Inilah hal yang luar biasa terdapat di dalam kehidupan Nuh. Janganlah kita menjadi orang-orang yang egois yang selalu mementingkan keselamatan kita sendiri, namun biarlah kita memiliki kerinduan atau usaha untuk menyelamatkan orang-orang yang ada di sekitar kita baik itu keluarga, teman-teman yang ada. Kita harus mampu untuk membawa keluarga kita masuk dalam bahtera keselamatan, jangan pernah kita menutup mata sebab keselamatan bukanlah hal yang pura-pura, keselamatan bukanlah sebuah ilusi, keselamatan bukanlah dongeng belaka. 

 

Hidup kekekalan bersama Tuhan yang ada di surga adalah fakta kehidupan yang akan menggantikan kehidupan yang ada di dalam dunia ini. Sebab satu saat kita akan meninggalkan dunia yang jahat dan gelap ini, karena hidup ini dalah sementara bukan permanen. Tapi ada satu kehidupan yang jauh lebih menyenangkan yaitu: hidup bersama dengan Tuhan Yesus Kristus di dalam kerajaan-Nya. Kita diselamatkan Tuhan dengan anugrah-Nya, namun kita juga harus menyelamatkan. Kita ditolong untuk bisa menolong, kita kuat untuk menguatkan, kita dihibur untuk menghiburkan inilah konsep keselamatan yang dibawa oleh Yesus atau suatu inti dari keselamatan yang kita miliki. Kejadian 19:24-25 “Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan apai atas Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan, dari langit; dan ditunggang balikanNy-lah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.”

 

Dalam ayat ini Tuhan mengadakan penghukuman bukan dengan air bah, namun dengan api belerang yang diturunkan oleh Tuhan untuk membakar Sodom dan Gomora, Tuhan sangat komit dengan firman-Nya. Meskipun Tuhan melepaskan penghukuman atau murka-Nya, tetapi di sisi yang lain Tuhan meluputkan umat-umat-Nya yang taat kepada peraturan-Nya. Semua keluarga Nuh terluput dari murka Tuhan, tetapi keluarga Lot yaitu: istrinya gagal untuk mendapatkan kehidupan, sebab istrinya menoleh kebelakang dan menjadi tiang garam. Apa yang menjadi perbedaan antara istri Nuh dan istri Lot? Istri Nuh melekat kepada Tuhan, sedangkan istri Lot melekat kepada kekayaan dan keberadaannya. 

 

Jika hati kita sudah terpikat atau tertuju kepada kekayaan yang ada dalam dunia ini maka kita akan binasa. Bagaimana keadaan kita di zaman ini? Alkitab berkata bahwa ada waktu Tuhan untuk datang kembali ke duania ini untuk melepaskan penghukuman. Dalam 2 Tesalonika 1:6-7 disebutkan, “Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang menyala-nyala.” Ketika Tuhan melepaskan murka-Nya ked alam dunia ini, Dia tetap ingat kepada umat-umat-Nya yang taat dan setia. Karena itu, bagaimana pun keadaan dunia ini, kiranya kita tidak kuatir, sebab ada Tuhan yang selalu menyertai. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...