Khotbah Minggu Setelah Tahun Baru
Minggu, 02 Januari 2022
“MEGAHKAN TUHAN”
Kotbah: Mazmur 147:12-20 Bacaan: Efesus 1:3-14
Minggu ini kita memasuki Minggu Setelah Tahun Baru. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Megahkan TUHAN”. Memegahkan TUHAN adalah sebuah ajakan untuk memposisikan TUHAN sebagai pihak yang paling mengagumkan dalam keputusan dan tindakan-Nya. Saat memegahkan TUHAN, seseorang sedang diajak untuk mengenal lebih dalam tentang TUHAN. Bukan sebatas pengenalan umum, bahwa TUHAN itu maha segala-galanya, namun pengenalan yang berproses dalam kehidupan.
Pengalaman hidup menjadi tempat yang baik bagi seseorang untuk tahu tentang TUHAN yang ia imani. Dinamika kehidupan menjadi cara untuk memahami apa yang TUHAN kehendaki bagi kehidupan kita.
Pada saat memegahkan Tuhan, seseorang juga sedang diajak untuk melihat dan mempelajari setiap peristiwa dalam rangkaian untuk menyaksikan bagaimana hikmat Tuhan itu terwujud nyatakan.
Proses memegahkan TUHAN membawa seseorang pada posisi untuk membangun relasi yang dialogis dengan TUHAN. Terjadi perbincangan dalam iman, layaknya seorang anak dengan bapaknya untuk mengambil keputusan. Pada posisi relasi inilah seseorang akan mengalami relasi yang dekat, akrab dan intim dengan TUHAN. Realita kehidupan harus memaparkan fakta yang berbeda. Keluasan cara berfikir menjadi kendala utama dalam berproses untuk mengenal TUHAN secara pribadi. Hal ini bukan berarti bahwa seseorang dianggap tidak bisa mengenal Tuhan karena sempit dalam berpikir, karena iman untuk mengenal Tuhan itu anugerah bagi setiap orang.
Mazmur 147:12-20 merupakan bagian yang berisi seruan serta ajakan untuk memegahkan dan memuji Tuhan. Ajakan dan seruan ini didasarkan pada perbuatan Tuhan bagi umat-Nya. Perbuatan Tuhan yang dimaksudkan di sini meliputi beberapa aspek antara lain: aspek keamanan (meneguhkan palang pintu gerbangmu), aspek pemeliharaan generasi (memberkati anak-anakmu di antaramu), aspek kecukupan kebutuhan hidup (mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik). Pemazmur sangat menekankan pentingnya memuji Tuhan yang adalah pemberi berkat, pemelihara dan yang telah memberikan Firmannya kepada umat-Nya.
Memegahkan TUHAN menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang percaya. Tentu alasannya karena kita telah merasakan kasih setia TUHAN dalam perjalanan hidup kita. Kasih setia Tuhan itu sesuatu yang sangat agung dan abstrak, tetapi pemazmur menggambarkannya lebih nyata bagi kita. Mazmur 147 menjelaskan kepada kita ada beberapa bentuk kasih setia Tuhan, yakni: Tuhan melakukan keadilan (ay. 13a); memberkati manusia dan keturunannya (ay. 13b); memberikan kesejahteraan (ay. 14); memberikan bimbingan (ay. 15,18b,19); memberikan kenyamanan di tengah lingkungan (ay. 16-18). Kasih setia Tuhan itu mendatangkan kebaikan dalam seluruh aspek hidup manusia.
Mazmur ini terkenal sebagai mazmur hymne, sebuah nyanyian pengagungan kepada Tuhan. Karena itu, perbuatan-perbuatan Tuhan yang digambarkan di sini mengungkapkan kemahakuasaan dan keagungan-Nya, bukan dalam simbol-simbol yang abstrak, melainkan dalam pengalaman manusia sehari-hari. Dalam ayat 20 dijelaskan, bahwa perbuatan Tuhan yang nyata itu, terjadi karena alasan keterpilihan umat oleh-Nya. Status keterpilihan ini tidak semata-mata memberi status eksklusif kepada umat, melainkan satu tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memilihnya dan menyatakan kasih setia kepada mereka.
Tanggung jawab itu tampak melalui tindakan untuk “Megahkanlah TUHAN”, dan “pujilah Allahmu”. Dua perbuatan ritual ini, sebagai simbol pengudusan hidup manusia. Di situ, aktifitas leutorgia/abodah – sebagai kata untuk “megahkan dan pujilah” tidak mesti dipahami sebagai aktifitas statis, melainkan bisa berupa pelayanan kita kepada-Nya melalui ibadah atau melalui pelayanan kita terhadap sesama, sikap tunduk dan taat kepada Tuhan sebagai penguasa atas hidup kita. Artinya, respons manusia atas perbuatan-perbuatan kasih setia tadi harus tampak dalam praktik hidup yang nyata di mana kita sungguh-sungguh mensyukuri dan menghormati Dia dan apa yang Ia lakukan.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang mendorong Pemazmur mengajak kita untuk memegahkan TUHAN? Dasar utama Pemazmur memiliki gagasan untuk mengajak kita memegahkan TUHAN berangkat dari pengalaman penemuannya akan karya TUHAN dalam kehidupan kita, yakni:
Pertama, TUHAN-lah yang berkarya untuk membangun Yerusalem, menyembuhkan yang terluka, membalut luka-luka. Itulah tindakan TUHAN yang dilakukan untuk umat-Nya. Itulah yang akan menjadi harapan kita menjalani 2022 ini, bahwa TUHAN-lah yang aka menyembuhkan kita di kala menghadapi luka dan sakit penyakit.
Kedua, dalam proses kehidupan, TUHAN yang melindungi, memberkati, memberi kesejahteraan bahkan mencukupi apa yang menjadi kebutuhan jasmani. Luar biasanya, jaminan penyertaan itu terus berkelanjutan. Pemazmur melihat peristiwa alam, juga sebagai wujud nyata kuasa TUHAN yang dinyatakan. Tuhan berkarya pada musim-musim. Pergantian musim menjadi tanda ajaib TUHAN untuk menata segala sesuatu secara serasi dan harmonis. Dalam prespektif Perjanjian Baru, YESUS mengajari kita untuk melihat burung pipit dan bunga bakung agar hidup terbebas dari rasa kuatir. Secara khusus, TUHAN berkenan membimbing umat melalui hukum yang Dia berikan.
RENUNGAN
Jadi jika Tuhan dalam kasih setia-Nya telah melakukan segala sesuatu yang baik dan tentu saja menghasilkan kebaikan bagi manusia, maka kita sebagai manusia yang telah menerima anugerah kasih setia Tuhan tadi sudah seharusnya mengambil tanggung jawab kita untuk memegahkan dan memuji Dia. Perbuatan yang menyatakan kasih setia Tuhan itu mengungkapkan Pribadi-Nya yang memiliki integritas yang sempurna. Maka bukan hal yang berlebihan jika Dia juga meminta kita untuk meresponinya dengan cara yang berintegritas pula, yaitu: “Megahkanlah TUHAN dan pujilah Allahmu.” Karena itu, marilah kita selalu memegahkan dan memuji TUHAN dalam perjalanan hidup kita di 2022 ini. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN