Selasa, 22 Oktober 2019

Renungan hari ini: TEBU WANGI

Renungan hari ini: 

TEBU WANGI



Yesaya 43:24 (TB) "Engkau tidak membeli tebu wangi bagi-Ku dengan uang atau mengenyangkan Aku dengan lemak korban sembelihanmu. Tetapi engkau memberati Aku dengan dosamu, engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu" 

Isaiah 43:24 (NET) "You did not buy me aromatic reeds; you did not present to me the fat of your sacrifices. Yet you burdened me with your sins; you made me weary with your evil deeds” 

Tebu wangi adalah tanaman lahan basah dikenal sebagai jerangau, gelagah atau alang-alang tetapi lebih tepat monokotil dengan nama ilmiah Acorus calamus. Melalui inspirasi dari Roh Kudus, Nabi Yekita telah mencelah fakta bahwa umat-Nya telah gagal membawakan persembahan kepada-Nya “tebu (jerangau) wangi” tapi malah memberatkan Dia dengan dosa-dosa mereka. Jadi apakah tanaman harum ini sehingga kita harus persembahkan kepada Allah?

Tebu (jerangau) terdiri dari spesies yang ditemukan di iklim bagian utara Amerika Utara, Himalaya, Tiongkok, Jepang, Myanmar, dan Thailand. Tanaman ini tumbuh secara umum dan meluas. Sebagai tumbuhan terkenal dan diperdagangkan secara luas untuk digunakan sebagai obat dan aromatic, jerangau telah digunakan selama ribuan tahun. Potongan kecil batang harum dan bahkan akarnya yang lebih wangi, akan menyenangkan bila dikunyah menghilangkan rasa sakit gigi, mengurangi rasa mual, mengurangi kembung, dan merangsang sistem pencernaan. Seseorang dapat menambah dosis untuk merangsang rasa muntah dengan aman, karena tidak beracun. Karena jerangau berisi eter organic yang disebut asarone, baik untuk membunuh serangga dan bakteri. Ini adalah antioksidan kuat, dan minyak esensialnya beraroma seperti jeruk nipis yang menyenangkan berkontribusi terhadap industry parfum.

Kidung Agung memasukkan jerangau bersama kayu manis, narwastu, kunyit, dan bumbu-bumbu lainnya – sebagai rempah-rempah menyenagkan. Jadi pertanyaan untuk kita adalah bagaimanakah kita memperlakukan kekasih kita – Tuhan kita – hari ini? dia mengasihi kita dengan cinta yang kekal dan tanpa syarat. Hatinya selalu berpaling kea rah kita. Apakah kita sengaja berdosa melawan Dia atau mengabaikan Dia saat kita menjalani hari-hari kita? Atau apakah kita sering kembali kepada-nya, memberikan pada-Nya yang terbaik, yang paling wangi, yang paling mahal, yang termanis dari kita? Apakah kita secara teratur meminta nasihat-Nya, bersyukur kepada-Nya untuk karunia-Nya, melibatkan Dia dalam percakapan yang sedang berlangsung di kepala kita? Mungkin sekarang, ketika kita sedang mendengar angin gemerisik melalui alang-alang tebu wangi ini, kita akan mendengar suara-Nya dan menjawab kembali dengan cinta dan pujian.  Karena itu, marilah kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk TUHAN sebagai wujud kasih kita kepada-Nya. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...