Kamis, 25 Juli 2019

Renungan hari ini: PERANG BUKAN SEBUAH KESUDAHAN

Renungan hari ini: 

PERANG BUKAN SEBUAH KESUDAHAN



Markus 13:7 (TB) "Dan apabila kamu mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang, janganlah kamu gelisah. Semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya" 

Mark 13:7 (NET) "When you hear of wars and rumors of wars, do not be alarmed. These things must happen, but the end is still to come” 

Jika terjadi perang, itu bukan sebuah tanda bahwa dunia akan berakhir dan segalanya akan selesai. Sepanjang sejarah justru terlihat bahwa peperangan kebanyakan tidak berurusan dengan benci membenci. Ketika bangsa melawan bangsa, itu disebabkan karena kebencian. Kebencian ini sering dipakai sebagai isu pemicu dari peperangan untuk menutupi isu yang lebih besar yang terjadi di belakang semuanya. 

Ada apa sebetulnya di belakang sebuah peperangan? Apa yang mau dicapai oleh sebuah peperangan? Jawabannya adalah: uang. Peperangan adalah ungkapan keserakahan manusia yang ingin merampok orang lain. Di belakang peperangan adalah ketidakpuasan diri dengan apa yang dimilikinya dan ingin memiliki milik orang lain. Maka peperangan tidak bisa lepas dengan penjarahan. Alkitab pun mencatat hal yang sama. Ketika Tuhan memerintahkan bangsa Israel, yang dipimpin oleh Saul, untuk membersihkan seluruh bangsa Kanaan, Saul merasa sayang untuk menghabisi ternak-ternak jarahannya. Inilah natur manusia yang selalu tidak mau merugi, sehingga selalu ingin mendapatkan hasil dari tindakan yang dilakukan, termasuk tindakan peperangan. Semua peperangan dilakukan untuk menjarah, dan akhirnya hitungannya hanyalah untung dan rugi. Semua pihak yang ikut dalam suatu peperangan, termasuk pasukan perdamaian, ketika perang selesai mereka bagi-bagi jarahan. Jadi di balik peperangan ada kepentingan ekonomis. 

Jadi perang adalah eksistensi keserakahan manusia yang sampai di puncaknya sehingga tidak lagi sungkan untuk menghabisi banyak sekali orang demi untuk mendapatkan keuntungan. Ini termasuk perampokan kelas berat. Peperangan juga untuk memutar roda perekonomian. Pada saat terjadi kerusuhan tahun 1998, terjadi kepanikan sehingga banyak orang yang tadinya tidak berniat menjual barang menjadi menjual barang, dan yang semula tidak berniat membeli menjadi berniat membeli barang. Ekonomi menjadi bergerak. 

Nas hari ini menjelaskan bahwa deru perang dan kabar perang memang harus terjadi, tetapi hal itu belumlah kesudahannya. Kita bukan hanya sekedar tahu fakta tetapi kita juga harus mempunyai sikap dalam menghadapi fakta tersebut. Kalau faktanya benar maka sikap kita juga akan benar, demikian juga sebaliknya. Tetapi hal ini bukan hanya sampai di sini, kalau kita tahu akan fakta dan siap hati menghadapinya maka hal itu hanya dalam tahap prevensi. Alkitab meminta kita melampaui hal itu karena bukan itu tujuan akhirnya. 

Ketika melihat dan mendengar tentang perang, orang akan cenderung menyimpulkan terjadinya kiamat. Ketika terjadi kerusuhan tahun 1998, banyak orang Kristen yang gamang karena tidak menyangka kalau orang Kristen bisa menjadi korban. Banyak orang yang panik lalu menjual seluruh barang milik mereka dengan harga sangat murah kemudian lari ke luar negeri. Sesampai di luar negeri, hidup menjadi sulit sehingga suami-istri menjadi berantem dan keluarga menjadi hancur. Semuanya itu terjadi karena kepanikan yang terlalu berlebihan. Karena itu, jika terjadi sebuah perang janganlah kita mengambil kesimpulan bahwa kita akan mengalami kesudahan tetapi marilah kita berhikmat untuk menyikapi setiap peperangan dan bahkan jika bisa mengurangi peperangan itu sendiri. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...