Sabtu, 19 Desember 2020

KOTBAH MINGGU ADVENT IV Minggu, 20 Desember 2020 “KERAJAAN MESIAS YANG KOKOH SELAMA-LAMANYA” (2 Samuel 7:1-16)

 KOTBAH MINGGU ADVENT IV

Minggu, 20 Desember 2020

 

KERAJAAN MESIAS YANG KOKOH SELAMA-LAMANYA

Kotbah: 2 Samuel 7:1-16  Bacaan: Roma 16:25-27




 

Saat ini kita memasuki Minggu Adent IV. Dalam Minggu ini kita akan merenungkan tema “Kerajaan Mesias yang Kokoh Selama-lamanya”. Kerajaan manusia datang dan pergi. Kerajaan yang Allah dirikan untuk umat-Nya akan berdiri selamanya. Kerajaan ini bisa diwujudkan karena Allah sendiri yang sudah berjanji. Tuhan menetapkan bahwa Daud akan memiliki peran yang penting dalam rencana Allah ini. “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya." Mesias akan datang melalui keturunan Daud. Raja yang kekal ini akan duduk di atas tahta Daud dalam suatu pemerintahan yang kekal. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini” (Yes. 9:6-7).

 

Ketika para malaikat mengabarkan kepada Maria bahwa ia akan mengandung Mesias, janji-janji ini diberitakan kembali. “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk. 1:31-33). Dan suatu saat nanti, janji-janji ini akan digenapi untuk selama-lamanya (Why. 11:15).

 

Allah telah berjanji kepada Daud bahwa Allah akan membangkitkan keturunan Dau dari anak kandungnya, dan akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama ALLAH dan ALLAH akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Janji itu terus berlanjut dan bertumbuh: "Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya" (ay. 13), dan "Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya" (ay. 16). Yang dimulai sebagai janji bahwa Salomo putra Daud akan diberkati dan membangun bait menjadi hal yang berbeda - janji akan kerajaan yang kekal. Salah satu keturunan Daud lainnya akan memerintah selamanya dan membangun keluarga kerajaan yang kekal. Bagian dari janji ini merujuk kepada sang Mesias, Yesus Kristus, yang dijuluki Anak Daud dalam Matius 21:9.


Janji bahwa "keluarga," "kerajaan," dan "takhta" Daud akan ditetapkan selamanya adalah penting karena menunjukkan bahwa sang Mesias akan lahir dari garis keturunan Daud dan Ia akan menetapkan sebuah kerajaan yang akan dipimpin-Nya. Janji ini dirangkum dengan kata "keluarga," sebagai janji dinasti dalam keluarga Daud; "kerajaan," sebagaimana mengungkapkan bangsa yang diperintah oleh seorang raja; "takhta," yang menekankan otoritas pemerintahan sang raja; dan "selamanya," menekankan keabadian dan sifat tak berkondisi perjanjian-Nya dengan Daud dan Israel.

 

Timbul pertanyaan kita sekarang apakah kekokohan Kerajaan Mesias dari keturuan Daud itu?

 

Pertama, Kerajaan Mesias itu tidak tinggal diam dalam bangunan yang terbuat dari kayu aras (ay. 2). Bagi Daud, tidak pantas rasanya ia tinggal dalam bangunan yang terbuat dari kayu terbaik, kayu aras, sementara tabut Tuhan cuma diberikan tenda (ay. 2). Ini kontras di mata dan di hati Daud. Ia merasa tidak nyaman. Walaupun ia gemar berperang, namun ia juga punya hati yang religius rupanya. Kayu aras adalah jenis kayu terkuat pada zaman Perjanjian Lama di wilayah Timur Tengah. Tidak begitu jelas kayu jenis apa ini, namun Alkitab menerjemahkannya dengan “cemara Libanon”. Walau Daud berupaya hendak mendirikan tempat yang kuat bagi ALLAH, namun ALLAH menegaskan bahwa kedaulatannya melebihi Daud. ALLAH tidak tergantung kepada kekuatan bangunan Daud, melainkan sebaliknya (ay. 8-11). 


Namun demikian, rupanya kemudian Tuhan menerima rencana Daud itu tetapi bukan dia yang akan melakukannya melainkan anaknya kelak (ay. 12). Jadi, walaupun Tuhan menerima, pada awalnya Ia menolak dengan setidaknya 2 alasan: pertama, Ia lebih memilih tenda yang telah dirancang-Nya sendiri. Kedua, rumah itu tidak perlu karena Ia sendiri tidak pernah memintanya kepada Israel dan para pemimpin (hakim) orang Israel. Soal rumah yang akan dibangun kelak itu, bukan untuk Tuhan melainkan bagi nama-Nya (ay. 13). Dengan berdirinya rumah itu nantinya, Tuhan akan mengokohkan tahta kerajaan Daud melalui keturunannya itu. 

 

Kedua, Kerajaan Mesias itu didik langsung oleh TUHAN (ay. 14). Keturunan Daud yang akan menjadi Mesias itu, Tuhan sendirilah yang akan mendidiknya supaya tidak mengulang kesalahan Saul yang tidak patuh. Pola didikan itu menurut kasih sayang bapak kepada anaknya (ay. 14-15). Tuhan menjanjikan kerajaan Daud dan keturunannya itu akan kokoh selama-lamanya (ay. 16). Berkat dan janji ini bukan karena rencana Daud membangun rumah untuk Tuhan sehingga Tuhan berterima kasih. Justru dari awal Tuhan menunjukkan keberatan-Nya. Tahta “abadi” Daud itu lebih terkait kepada perjanjian Allah dengan Israel sebagai umat pilihan-Nya. Dalam ayat terakhir, sekali lagi ditekankan otoritas Tuhan atas Daud dan nabi Natan (ay. 17). 


Apa yang hendak kita renungkan dari kotbah Adven IV ini dalam kehidupan kita sehari-hari?

 

Pertama, Minggu Adven ini adalah dalam kerangka memahami akar teologis akan Raja Mesias yang dijanjikan itu. Jadi, bagi orang Israel, perikop bacaan ini menjadi salah satu bagian kitab suci yang memberikan nubuat dan pengharapan akan raja di masa depan yang mulia seperti Daud. Daud adalah raja yang tidak tertandingi dan tidak ada seperti dirinya dari semua raja Israel. Dialah raja yang mensejahterakan Israel baik secara politis, sosial, dan rohani. Raja di masa depan itu adalah Dia yang diurapi dan dipilih Allah untuk mewujudkan janji-Nya tentang sebuah kerajaan yang kokoh selamanya. Syaratnya, raja yang dijanjikan itu memiliki kualitas seperti Daud (bnd. Mat. 22:42; Yoh. 7:42). 

Sebagai penerus dari pengharapan akan Mesias yang dijanjikan itu, orang Kristen mengakui Yesus Kristus sebagai penggenapannya. Dalam hal ini, kerajaan Daud yang dijanjikan itu menjadi kerajaan dimana Allah sendiri yang memerintahnya. Dengan Yesus sebagai “tunas, yaitu keturunan Daud” (Why. 22:16) maka kehendak Allah berlaku di bumi seperti di Sorga. Dengan pengharapan yang sama, orang Kristen juga mengakui pemerintahan Yesus Kristus sebagai Raja (Rm. 10:20). Dengan pemahaman baru tentang mesias di kalangan murid-murid (orang Kristen generasi pertama) dan di lingkungan gereja (generasi kemudian), kerajaan itu diberi makna rohani sebagai Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga, yang kekuasaannya juga berlaku di bumi (Mat. 28:18), yang Rajanya adalah Kristus. 


Kedua, Bait Allah yang hendak dibangun raja Salomo itu menjadi simbol tubuh kita yang Tuhan inginkan untuk dibangun dan Ia tinggali, sebagai Bait Allah (1 Kor. 3), Bait Roh Kudus (1 Kor. 6), rumah-tubuh bagi Kristus (1 Kor. 12). Apakah kita mau membangun diri dan gereja kita untuk Kristus, sebagaimana Daud merencanakan dari hatinya? (bnd Ef. 4:12)?

 

Ketiga, hendaknya kita tidak “mengurung” Kerajaan Mesisas itu hadir dalam perayaan natal atau dalam bulan Desember saja, seolah-olah bulan Desember dan pada 25 adalah bulan dan hari Tuhan. Sesungguhnya, setiap hari, setiap pekan, setiap bulan, dan bahkan sepanjang waktu adalah milik Tuhan. Ia berkarya di dalam ruang-ruang waktu itu.  Tuhan tidak senang jika kita “mengurung” dan “memasung” diri-Nya sedemikian rupa untuk kepentingan kita sendiri, padahal Ia lebih suka kemana saja Ia mau pergi.  Raja ini akan memerintah di atas tahta Daud (2 Sam. 7:12). Secara fisik memang Salomo yang duduk di tahta Daud dan membangun bait Allah, tetapi sebenarnya secara rohani janji ini tertuju kepada Yesus Kristus. Matius 1:1 mencatat, bahwa Yesus adalah anak Daud, anak Abraham. Berarti Yesus adalah penggenapan sepenuhnya dari janji Bapa kepada Daud dan kepada Abraham. Kalau Salomo membangun bait Allah secara fisik, maka Yesus membangun bait Allah secara rohani yaitu: batin manusia (1 Kor. 6:19). Karena itu, sambutlah Kerajaan Mesias itu di dalam hati dan kehidupan kita sehari-hari. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan merayakan Advent IV

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...