Sabtu, 22 Oktober 2022

KOTBAH MINGGU XIX SETELAH TRINITATIS Minggu, 18 Oktober 2020 “IKUT MENDERITA SEBAGAI PRAJURIT KRISTUS” (2 Timotius 2:1-13 )

 KOTBAH MINGGU XIX SETELAH TRINITATIS

Minggu, 18 Oktober 2020

 

“IKUT MENDERITA SEBAGAI PRAJURIT KRISTUS”

Kotbah: 2 Timotius 2:1-13      Bacaan: Amsal 16:16-20


 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu Keduapuluh Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Ikut Menderita sebagai Prajurit Kristus”. Mau mengalami penderitaan? Pada umumnya orang akan menjawab tidak. Namun, apakah ada hidup tanpa penderitaan? Rasanya tidak ada. Setiap orang pasti punya penderitaannya sendiri. Lazimnya orang berusaha melepaskan diri dari penderitaan. Namun, orang percaya justru dipanggil untuk siap menderita sebab mereka adalah pejuang-pejuang iman.

 

Orang yang memberitakan Injil Yesus disebut "seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus" karena hal itu tidaklah mudah, dan tantangan serta hambatan senantiasa menghadang. Namun, ia rela menanggung derita demi memperdengarkan Injil Yesus Kristus, penggenapan janji Allah dan berita keselamatan bagi manusia. Perjuangan Paulus menjadi contoh. Ia dipenjara, namun firman Allah tidak dapat dibelenggu. Paulus terus berkarya dengan sabar demi membimbing sesama kepada keselamatan kekal. Semangat dan perjuangan semacam inilah yang ingin ditularkan Paulus kepada Timotius dan jemaat Tuhan pada waktu itu.

 

Apa yang membuat seorang pejuang iman kuat menghadapi penderitaan? 

Pertama, ia menjadi kuat bukan karena dirinya sendiri melainkan karena kasih karunia Tuhan. 

 

Kedua, ia berfokus pada perintah Allah, berjuang dalam menaati hukum Allah, dan bekerja keras hingga membuahkan hasil. 

 

Ketiga, ia mengikuti Yesus ke mana pun juga. Penderitaan dan kematian Yesus karena ketaatan-Nya kepada Bapa di Surga bukanlah akhir. Yesus dibangkitkan dan menang. Kemenangan Yesus akan menjadi kemenangan para pejuang iman yang setia.

 

Kehidupan di dunia makin hari makin dipenuhi dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan Injil. Bahkan, tidak sedikit orang Kristen yang hidup tanpa nilai-nilai yang diajarkan Yesus. Dibutuhkan banyak pejuang iman Kristen yang setia memberitakan Injil Kristus meski menghadapi berbagai penolakan dan rintangan. Yesus memanggil kita semua untuk menjadi pejuang iman. Kita harus siap menjawab panggilan-Nya walau harus mengalami penderitaan.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah sikap hidup seorang Hamba Tuhan yang menderita sebagai prajurit Kristus berdasarkan 2 Timotius 2:1-13?

 

Pertama, kita harus kuat dalam Kasih Karunia (ay. 1).  Nasihat pertama untuk Timotius pada bagian ini adalah “jadilah kuat.” Frase “jadilah kuat” berasal dari satu kata Yunani, endynamou (ἐνδσναμοῦ), yang berasal dari kata dasar dunamis (δύναμις) yang berarti “kemampuan; kuasa.” Jadi endynamou berarti “memberi kuasa; menjadikan kuat; atau menguatkan.” Artinya, Paulus menginginkan agar Timotius dikuatkan terus menerus. 

 

Pada pasal 1 Paulus telah mengingatkan kepada Timotius bahwa ia telah beroleh karunia dari Allah yang harus terus ia kobarkan (1:6). Bagi Paulus, Allah memberikan bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (1:7). Kata “kekuatan” pada pasal 1 ayat 7 ini adalah δσνάμεως (dynameōs) yang berasal dari kata dasar δύναμις (dynamis).17 Seperti yang telah disebutkan di atas, dynamis berarti kemampuan; kuasa. Namun kemampuan dan kuasa yang terkandung dalam kata dynamis ini bukanlah kemampuan dan kuasa yang berasal dari diri manusia. Tetapi hal ini merupakan kemampuan dan kuasa Allah (ilahi) yang bekerja dalam keberadaan manusia yang lemah dan rusak ini. Melalui surat ini Paulus hendak menyadarkan Timotius bahwa sekalipun ia memiliki kelemahan-kelemahan, tetapi ia telah menerima kuasa dari Allah untuk memberitakan Injil. Karena kasih karunia-Nya juga Ia telah menyelamatkan dan memanggil Timotius. Oleh karena itu, Timotius harus terus menerus menguatkan dirinya untuk dapat terus memberitakan Injil. 

 

Kedua, kita harus dapat dipercayai (ay. 2). Ayat 2 erat kaitannya dengan pasal 1:13-14. Di ayat 13 Paulus memerintahkan Timotius untuk memegang ajarannya oleh karena itu adalah contoh ajaran yang sehat. Jadi nasihat kedua bagi Timotius adalah “percayakanlah.” Kata Yunani yang dipakai adalah parathos (παράθοσ) dipakai untuk menyatakan perintah untuk melakukan sesuatu pada waktu perintah tersebut diberikan. Dengan sungguh-sungguh Paulus telah mempercayakan Injil kepada Timotius. Sama halnya dia ditugaskan untuk menyampaikan Injil kepada mereka, yang juga wajib menyampaikannya kepada orang lain. Perhatikan syarat yang dituntut bagi pelayan demikian – “dapat dipercayai dan “kecakapan mengajar. Jadi perintah untuk mempercayakan ajaran Paulus yang telah Timotius dengar ini, bukanlah perintah biasa. Namun Paulus sangat mengharapkan untuk Timotius meneruskan ajarannya dan mempercayakannya kepada orang yang dapat dipercaya dan memiliki kemampuan untuk mengajar orang lainnya. 

 

Ketiga, kita harus ikut menderita (ay. 3). Untuk menguatkan Timotius dalam penderitaan, Paulus mengarahkan pikirannya kepada Yesus Kristus yang sudah bangkit. Inkarnasi dan kebangkitan Yesus Kristus, yang dengan sungguh-sungguh diyakini dan dipertimbangkan dengan benar, akan mendukung seorang Kristen yang sedang menanggung segala penderitaan dalam kehidupan sekarang. Jadi, mengikuti teladan Yesus dalam menanggung penderitaan adalah terus menerus mengingat Yesus Kristus yang sudah bangkit sebagai dasar kekuatan seorang hamba Tuhan dalam pelayanan pemberitaan Injil. 

 

Nasihat ketiga bagi Timotius adalah “ikutlah menderita.” Kata Yunani yang dipakai adalah synkakopathēson (ζσνκακοπάθηζον) yang berasal dari kata dasar ζσγκακοπαθέω (sugkakopatheó), yang bermakna “menjadi atau bertindak bersama menolong satu dengan yang lain. Maksudnya adalah turut menanggung sesuatu secara bersama untuk saling mendukung atau menolong. Jadi Paulus meminta Timotius bukan semata-mata untuk bersimpati atas penderitaan Paulus, tetapi untuk mau juga menanggung penderitaan karena Injil secara terus-menerus, sama seperti yang dilakukan oleh Paulus. 

 

Ajakan Paulus untuk Timotius ikut menderita dianalogikan seperti sikap prajurit, olahragawan dan petani (ay. 4-6). 

 

a.    Sikap seorang prajurit (ay. 4). Paulus mengatakan, “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” Tidak dapat disangkal bahwa gambaran Paulus mengenai prajurit  yang fokus, disiplin dan tunduk pada komandannya ini terinspirasi dari prajurit Roma. Paulus mengatakan bahwa seorang prajurit yang sedang berjuang ini tentunya tidak akan “memusingkan diri dengan soal-soal penghidupan.” Jadi kalimat “memusingkan diri dengan soal- soal penghidupan” berarti melibatkan diri dengan urusan atau pekerjaan hidup sehari-hari. Kesimpulannya, seorang prajurit yang sedang dalam peperangan, atau yang sedang melakukan tugasnya, perlu fokus, tidak memusingkan diri dengan hal-hal sehari-hari yang tidak ada hubungannya dengan tugas yang sedang dijalankannya. Tujuan akhirnya adalah untuk menyenangkan komandannya. Paulus memakai analogi prajurit untuk menjelaskan kesiapsediaan terhadap perintah komandan dan patuh dalam menjalankan tugas yang diberikan. Pada bagian ini Paulus berusaha mengarahkan fokus Timotius kepada tugas pemberitaan Injil yang untuknya ia telah dipanggil, dan supaya Timotius menjalankannya dengan sungguh-sungguh demi menyenangkan Allah yang telah memanggil dan mengutusnya. 

 

b.    Sikap seorang olahragawan (ay. 5). Analogi kedua bagi ajakan Paulus untuk ikut menderita adalah seperti olahragawan. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga (2:5). Gambaran mengenai seorang olahragawan atau atlit yang sedang berjuang juga bukanlah hal yang baru dalam tulisan Paulus. Gambaran yang sama dituliskannya juga dalam surat 1 Korintus 9:24-27. Metafora ini jelas mengacu pada pertandingan Olimpiade. Jadi, setiap pertandingan tentunya memiliki batasan dan peraturannya, oleh sebab itu peserta yang gagal mendisiplinkan diri untuk mematuhi aturan-aturan tersebut, pasti didiskualifikasi. Oleh sebab itu Paulus ingin Timotius berlari untuk memenangkan mahkota (bnd. 2 Tim 4: 7- 8) dan tidak didiskualifikasi. Aplikasi hal ini bagi seorang Kristen adalah supaya ia memiliki kualitas disiplin yang kuat, kontrol diri, daya tahan, dan ketangguhan tertentu. Jadi ketika Paulus mengatakan, “seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga,” maka maksudnya adalah bahwa seorang atlet harus mengerahkan tenaganya, menunjukkan pengorbanan, dan disiplin untuk bertanding sesuai aturan supaya ia pantas menjadi juara. 

c.    Sikap seorang petani yang bekerja keras (ay. 6). Analogi terakhir adalah “seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya” (ay. 6). Petani yang sudah bekerja keras, dialah yang pertama-tama berhak mendapat hasil tanaman (BIS). Kata “bekerja keras” berasal dari kata kerja kopiōna (κοπιῶνηα). Kata dasarnya adalah κοπιάω (kopiaó) yang bermakna melelahkan diri sendiri, contohnya dari pekerjaan manual yang dilakukannya. Di bagian lain surat Timotius, yaitu di 1 Timotius 1:4 rasul Paulus memakai kata yang sama ketika ia mengatakan, “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup....”  Sementara itu, frase “menikmati hasil” berasal dari kata kerja metalambanein (μεηαλαμβάνειν) yang bermakna mengambil untuk diri sendiri, menerima, mengumpulkan, menyita/ memiliki. Secara khusus dalam ayat 6, kata ini juga dapat berarti “to take part,” atau mengambil bagian. 

 

Jadi, Paulus hendak menyampaikan kepada Timotius bahwa hal ia turut menanggung penderitaan, ia harus bersikap seperti prajurit yang fokus dalam perjuangannya dengan cara mengesampingkan urusan hidup sehari-hari. Ia juga harus bersikap seperti seorang atlet yang mengerahkan tenaganya, menunjukkan pengorbanan, dan disiplin untuk bertanding sesuai aturan supaya ia pantas menjadi juara. Sikap terakhir yang Paulus harapkan adalah bahwa Timotius akan berjerih payah seperti petani yang mengolah kebunnya oleh karena ia akan menikmati upah dari kerja kerasnya tersebut. Ketiga ilustrasi ini memiliki kesamaan, yaitu menekankan bahwa kesuksesan akan tercapai melalui disiplin, kerja keras dan pikiran yang tertuju kepada satu fokus.

 

Keempat, kita harus sabar menanggung pendertiaan (ay. 9-10). Di ayat 9-10, Paulus menggunakan dirinya sebagai teladan untuk Timotius bertahan dalam penderitaan. Frase “sabar menanggung” berasal dari satu kata kerja Yunani, yaitu hupomenō (ὑπομένω). Secara umum kata ini memiliki pengertian untuk tetap tinggal, untuk tetap hidup, untuk berharap, untuk berdiri teguh, untuk bertahan, untuk menanggung, untuk menderita. 

 

Jadi sekali lagi Paulus menegaskan bahwa alasan penderitaannya dan pemenjaraannya adalah karena pemberitaan Injil Yesus Kristus. Namun Paulus sabar menanggung semua ini asalkan lebih banyak orang mendengar dan menerima Injil itu sehingga mereka beroleh selamat. Mereka inilah yang disebut sebagai orang-orang pilihan Allah. Hal ini merupakan teladan Paulus dan yang ia kehendaki untuk Timotius juga miliki di dalam ia melakukan pelayanan pemberitaan Injil. 

 

Kelima, kita akan menerima pengharan (ay. 11-13). Keyakinan Paulus untuk sabar menanggung segala penderitaannya juga karena ia meyakini bahwa ada penghargaan atas kesetiaannya tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada ayat-ayat selanjutnya (11-13). Bagian ini dimulai dengan kalimat, “benarlah perkataan ini....” Kalimat ini merupakan sebuah ciri khas Paulus yang tercantum beberapa kali dalam surat-surat Pastoral. Contohnya dalam 1 Tim 1:15; 3:1; 4:9; dan Titus 3:8. 

 

Perkataan Paulus di Ayat 11-13 ini mengandung penghargaan. Bagi yang mati dengan Kristus, penghargaan yang ia dapat adalah akan hidup dengan Dia (ay. 11). Bagi mereka yang bertekun (hypomenomen) akan ikut memerintah dengan Dia (ay. 12). Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Rm. 8:17). 

 

RENUNGAN

 

Apa yang kita renungkan pada Minggu kesembilan belas setelah Trinitatis ini?

 

Pertama, milikilah sikap hidup sesuai dengan kehendak Allah. Sebagai pribadi yang menerima pelayanannya karena kemurahan Allah, maka seorang hamba Tuhan harus memiliki sikap-sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam
2 Timotius 2:1-13 rasul Paulus memberikan nasihat mengenai sikap hidup yang harus dimiliki oleh seorang hamba Tuhan. Nasihat-nasihat Paulus ini sangat relevan bagi para hamba Tuhan masa kini. Tantangan jaman, ajaran-ajaran sesat, godaan dunia, dan keinginan-keinginan daging seringkali menjadi alasan yang membuat seorang hamba Tuhan jatuh sehingga hidupnya tidak menjadi berkat bagi banyak orang. Hal ini jelas menodai pemberitaan Injil yang selama ini ia lakukan. Beberapa sikap yang harus dimiliki hamba Tuhan adalah disiplin, kerja keras dan fokus seperti yang ditunjukkan Paulus melalui gambaran seorang prajurit, olahragawan, dan petani. 

 

Kedua, berjuanglah menguatkan diri dalam segala hal. Sikap lain yang perlu dikembangkan dalam pelayanan adalah terus menerus menguatkan diri dalam segala kondisi serta sabar menanggung penderitaan. Sikap ini bukan muncul karena kondisi dari luar melainkan dimotivasi dari dalam diri, yaitu oleh cinta kepada Allah dan hormat akan panggilan-Nya. Dasar mengembangkan sikap-sikap tersebut adalah karena Yesus telah menyelamatkan dan memanggil, karena Roh Allah diberikan bagi hamba-Nya dan karena firman Tuhan diberikan untuk menuntun para hamba-hamba-Nya. 

 

Ketiga, milikilah kemurnian panggilan. Sikap hidup ini dituliskan Paulus supaya Timotius menjaga kemurnian panggilannya dan tidak terpengaruh ajaran sesat yang ada pada waktu itu. Dengan demikian, penting bagi hamba Tuhan pada masa kini untuk memelihara sikap hidup dalam menjalankan panggilannya dengan setia. Tidak hanya itu, setiap hamba Tuhan perlu mengevaluasi sikap hidup yang dimiliki selama ini, apakah masih benar atau sebaliknya. Karena itu, jadilah prajurit Kristus yang siap menderita agar kita memeroleh mahkota kemuliaan dan kehidupan. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “KUASA DAN OTORITAS YANG HANYA DIMILIKI OLEH ALLAH” (Markus 2:7)

  Renungan hari ini:   “KUASA DAN OTORITAS YANG HANYA DIMILIKI OLEH ALLAH”   Markus 2:7 (TB2) "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia men...