Minggu, 17 Mei 2020

Renungan hari ini: JIKA DUNIA MEMBENCI KAMU

Renungan hari ini:

JIKA DUNIA MEMBENCI KAMU



Yohanes 15:18 (TB)  "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu"

John 15:18 (NET)  “If the world hates you, be aware that it hated me first”

Dunia pastilah akan selalu berusaha membenci hal-hal yang bersifat surgawi. Dunia dan surga tidak bisa menyatu karena dunia penuh dengan kegelapan sementara surga penuh dengan sinar dan cahaya kemuliaan TUHAN. Cukup sering Yesus menyebut kata “dunia”: “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kau”  (Yoh. 15:18). Di sini Yesus tidak memaksudkan “dunia” dalam artiannya yang konkrit sebagai tempat tinggal manusia, melainkan sebagai kemanusiaan yang telah jatuh ke dalam dosa. Dalam tulisan-tulisan Yohanes, “dunia” mewakilkan suatu sistem dari yang jahat, yang dikendalikan oleh kuasa-kuasa kegelapan. Setiap hal yang ada di dalam sistem itu bertentangan/berlawanan dengan pemerintahan Allah. Dengan tegas Yesus mengatakan kepada para murid-Nya: “Karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yoh. 15:19).  

Yesus mengalami sendiri apa artinya kebencian itu. Oleh karena itu Dia wanti-wanti mengingatkan para murid-Nya: “Seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu” (Yoh. 15:20). Nubuatan Yesus ini telah terbukti benar pada segala zaman melalui kisah hidup para kudus.  

Apakah yang dimaksudkan oleh Yesus dengan kata “dunia”? Dalam bagian Injil Yohanes lainnya, Yesus memproklamasikan kasih Bapa-Nya akan dunia dengan tindakan mengutus Putera-Nya yang tunggal guna menyelamatkannya (Yoh. 3:16). Namun penggunaan kata “dunia”  dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus itu mengacu kepada semua mereka yang menghuni bumi, puteri dan putera Bapa. Akan tetapi, pada bacaan Injil hari ini Yesus berbicara mengenai “dunia” sebagai sistem kemanusiaan yang tidak tunduk kepada Allah, melainkan yang berada di bawah pengaruh Iblis. Kalau Yesus berbicara mengenai “dunia” yang membenci para murid-Nya, maka Dia mengacu pada pertempuran antara kegelapan dan terang. 

Yesus berkata-kata kepada para murid-Nya guna menyadarkan mereka (Yoh. 15:8). Sampai berapa sadarkah kita bahwa jalan-jalan atau cara-cara dunia bukanlah jalan-jalan atau cara-cara Allah? Apabila kita hidup sebagai anak-anak Allah, maka kata-kata kita dan tindakan-tindakan kita di sana sini akan “bertabrakan” dengan “dunia”. Oleh karena itu baiklah bagi kita untuk senantiasa mengingat hal ini, sehingga dengan demikian kita tidak akan menjadi terkejut jika kita menghadapi oposisi selagi kita berupaya untuk melakukan kehendak Bapa surgawi. 

Hidup sebagai anak-anak Allah menyangkut tindakan melepaskan nilai-nilai “dunia” yang umumnya berlaku, misalnya mendahulukan kepentingan pribadi kita dan lain sebagainya. Sebagai anak-anak Allah, cara kita menjalin relasi harus didasarkan atas pemberian-diri dan rekonsiliasi. Kita tidak akan mencari-cari kesempatan untuk membalas dendam, namun akan menyerahkan tindakan penghakiman kepada Allah saja dan berdoa bagi para “musuh” kita (= orang-orang yang mendzolimi diri kita). Sikap dan perilaku kita haruslah berdasarkan ajaran Yesus dalam “Kotbah di Bukit” (Mat. 5-7) dan hukum kasih. Karena itu, kita kadang-kadang akan menemukan diri kita dalam posisi “sendiri” dalam prinsip-prinsip kita, bahkan barangkali sampai diasingkan, dimusuhi, didzolimi oleh orang-orang lain, justru karena mau menjadi seorang “tanda lawan”. 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana seharusnya kita menangani “kebencian” yang harus dihadapi oleh semua pengikut Yesus? 

Pertama, baiklah kita memeriksa diri kita sendiri untuk melihat apakah diri kita terprovokasi oleh tindakan kita guna melakukan kehendak Allah atau oleh kesombongan dan kekerasan kepala kita. Roh Kudus dapat menolong kita untuk menentukan apakah ada sesuatu dalam tindakan-tindakan kita atau motif-motif yang melatar-belakangi tindakan-tindakan kita tersebut yang bertentangan dengan kehendak-Nya. 

Kedua, marilah kita meneladan Yesus dan kerendahan hati-Nya. Yesus mengasihi dan bahkan mengampuni mereka yang menyalibkan diri-Nya, dan Dia mengajak kita untuk memiliki sikap yang sama terhadap siapa saja yang memusuhi kita, menyakiti hati kita dlsb. karena kesaksian Kristiani kita. Putera Allah datang ke dalam dunia tepatnya karena dunia merupakan sebuah tempat yang dipenuhi kegelapan. Ia datang untuk membebaskan semua orang yang berada dalam cengkeraman si Jahat dan tidak tahu sedikit pun tentang kasih Allah: “Mereka tidak mengenal Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh. 15:21). Ia memilih para pengikut-Nya dari dunia ini untuk menjadi terang dalam kegelapan. Dengan melakukan hal itu, Yesus mengatakan bahwa mereka akan mengalami penganiayaan; namun Ia juga menjamin bahwa mereka akan menyaksikan “kasih mengalahkan kebencian”, “kehidupan akan menang atas kematian”.  Karena itu, janganlah kecut iman kit ajika dunia membenci kita. (rsnh)

Selamat memulai karya dalam Minggu ini

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...