Sabtu, 07 Januari 2023

Kotbah Minggu Epiphanias 1 Minggu, 08 Januari 2023 “KEHENDAK ALLAH DIGENAPI DI DALAM YESUS” (Matius 3:13-17)

 Kotbah Minggu Epiphanias 1

Minggu, 08 Januari 2023

 

“KEHENDAK ALLAH DIGENAPI DI DALAM YESUS”

Khotbah: Matius 3:13-17   Bacaan: Mazmur 29:1-11


 

Hari ini kita memasuki Minggu 1 Setelah Epiphanias (berarti menampilkan, menjadi kelihatan, tampil). Minggu ini kita akan membahas tema “Kehendak ALLAH Digenapi di Dalam Yesus”. Tema ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa apa yang dilakukan Yesus di dunia ini adalah merupakan penggenapan dari kehendak Allah atas dunia ini. 

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang dilakukan Yesus dalam rangka menggenapi kehendak Allah atas dunia ini? Ada beberapa hal yang dilakukan Yesus dalam rangka menggenapi kehendak Allah atas diri-Nya dan dunia ini, yakni:

 

Pertama, Yesusm memiliki kerinduan untuk taat dan melakukan kehendak Allah (ay. 13). Mari kita memerhatikan ayat 13, “Yesus datang dari Galilea ke Yordan”.  Dalam menempuh suatu jarak dalam suatu perjalanan, sebenarnya Matius sedang menggambarkan semangat ketaatan Yesus untuk melakukan apa yang di kehendaki oleh Bapa. Yesus meninggalkan Galilea menuju sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes. Hal ini menunjukkan tekad dan kesungguhan-Nya menuruti kehendak Allah, yaitu menjadi sama dengan manusia tanpa terkecuali. Sebab ketika Yohanes mengatakan bahwa ia yang membutuhkan baptisan (karena memang Yohaneslah yang layak di baptis), Yesus menjawab bahwa pembaptisan atas diri-Nya bukan masalah kebutuhan sebagai seorang berdosa (karena YESUS bukan org berdosa) tetapi masalah ketaatan-Nya untuk menggenapi kehendak Allah.

 

Yesus bisa dengan mudah berkata, “Ini adalah baptisan pertobatan. Kamu mengakui bahwa aku tidak memiliki dosa, jadi aku tidak butuh baptisan ini.” Tetapi Yesus tidak melakukan hal itu, melainkan Yesus menundukkan diri pada semua ketetapan Allah. Dia akan menundukkan diri jika itu merupakan ketetapan Allah. Bandingkan semangat yang terkandung di dalam ayat-ayat ini dengan semangat kebanyakan orang Kristen. Sering kali, orang Kristen akan berkata, “Ya, aku percaya kepada Yesus. Tapi mengapa aku perlu dibaptis? Aku tidak butuh baptisan.” Kontras yang sangat menyolok! Yesus, yang benar-benar tidak membutuhkan baptisan dari segi kewajiban legal, tetapi memberi diri untuk dibaptis. Tetapi orang- orang berdosa malah tidak merasa perlu untuk dibaptis. Bagi mereka baptisan itu tidak penting. Dapatkah kita melihat kontras di antara kedua semangat itu, di antara sikap-sikap tersebut? Perbedaan yang sungguh luar biasa! Orang yang tidak membutuhkan baptisan ternyata memberi diri untuk dibaptis. Dan mereka yang benar-benar membutuhkan baptisan justru tidak memandang bahwa baptisan itu penting bagi mereka. Mereka belum mengerti semangat Kristus. Dapatkah kita melihat semangat itu? Inilah penyakit utama gereja zaman sekarang –  penolakan untuk tunduk.

 

Penolakan untuk tunduk adalah alasan mengapa ada begitu banyak orang Kristen yang tanpa kuasa. Mereka tidak ada sukacita dan keengganan untuk tunduk. Hal ini merupakan alasan mengapa Allah tidak menghendaki untuk memakai mereka.

Kedua, YESUS merendahkan hati (ay. 15). Dalam ayat 15 Yesus menjawab Yohanes, “Biarlah hal ini terjadi…”  Mengapa Yesus harus di baptis oleh Yohanes? Ada beberapa alasan mengapa  Yesus mau merendahkan hati-Nya dan mau dibaptis oleh Yohanes, yakni:

1.  Menggenapkan seluruh kehendak Allah (Mat. 3:15; bnd. Im. 16:4; Gal. 4:4-5). Melalui baptisan, di depan umum Kristus menyerahkan diri kepada Allah dan kerajaan-Nya sehingga dengan demikian menggenapi tuntutan Allah yang benar.

2.  Menempatkan diri-Nya setara dengan orang berdosa sekalipun Ia sendiri tidak perlu bertobat dari dosa (2 Kor. 5:21; 1 Ptr. 2:24).

3.  Menghubungkan diri-Nya dengan gerakan baru dari Allah yang memanggil setiap orang kepada pertobatan; perhatikan pesan Yohanes Pembaptis sebagai pendahulu Mesias (Yoh. 1:23,32-33).

 

Ketiga, YESUS menerima pemuliaan TUHAN  (ay. 16-17). Pemuliaan ini terjadi akibat dari kerinduan dan kemauan Yesus untuk taat dan melakukan kehendak Allah Bapa serta mau merendahkan hati. Ayat 16 dan 17 merupakan bagian yang menjelaskan tentang kemuliaan yang Yesus terima dari Allah Bapa sebelum Ia memulai pelayanan-Nya. Dimulai dengan turunnya Pribadi Ketiga (Roh Kudus) dari Allah Tritunggal untuk memberikan kuasa kepada Yesus. Turunnya Roh Kudus merupakan suatu penglihatan yang luar biasa, karena penglihatan tersebut membawa Yohanes sampai pada inti dari suatu pengenalan yang benar tentang Yesus sesuai dengan yang difirmankan sebelumnya oleh Allah (Yoh. 1:32-33). Lebih luas lagi, tujuan Roh Kudus turun ke atas Yesus untuk memperlengkapi-Nya dengan kuasa untuk melaksanakan karya penebusan-Nya bagi dunia yang berdosa.

 

Kemudian Allah menyatakan perkenan-Nya atas Yesus dengan suara yang terdengar dari sorga, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (ay. 17). Apakah arti orang yang berkenan? Definisi dari kata “berkenan” adalah merasa senang (dipakai sebagai kata penghormatan kepada orang besar). Menurut KBBI “kenan”, “berkenan” berarti: 1) merasa senang (suka, sudi, setuju) seperti: kami mohon Bapak ~ memimpin sidang pada pertemuan kita nanti; 2) dengan segala senang hati (dipakai sebagai kata penghormatan kepada orang besar). Perkenan (nomina) = izin; persetujuan = perkenaan.

Berarti orang yang bekenan bagi Tuhan adalah orang tersebut cocok dengan Tuhan, selaras dengan Tuhan. Dalam konteks Ibrani dan Yunani: orang yang berkenan itu di urapi ole Tuhan, artinya sah sesuai dengan keinginan Tuhan dan dibuktikan dengan pengurapan minyak kepada orang tersebut sehingga ia selaras dengan Tuhan. Artinya pengurapan itu melalui sebuah proses bukan melalui proses yang instan di hadapan Tuhan. 

 

Panggilan untuk menjadi seorang pribadi yang berkenan kepada Allah, adalah panggilan yang kudus. Allah memanggil kita, untuk menjadi pribadi yang berkenan dihadapan-Nya. Di dalam Alkitab baik Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru, ALLAH selalu melihat  dan memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang hidupnya berkenan kepada Dia. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menuliskan tentang pria dan wanita yang berkenan kepada Allah, contoh seperti: Daud, Esther, Ayub dan Yesus. Seorang yang berkenan kepada Allah, akan memenuhi panggilannya, dengan berusaha hidup sungguh-sungguh untuk menyukakan hati Tuhan. Orang yang berkenan kepada Allah tidak mencari pujian untuk dirinya sendiri! Tetapi apa yang dilakukan dan dikerjakannya, hanya untuk kemuliaan Tuhan, sehingga orang seperti ini, tampak dari kerendahan hatinya, tidak sombong, mudah untuk mengampuni, mengasihi Tuhan, tidak mencuri kemuliaan Tuhan. Jika orang itu dipakai Tuhan, dia akan memberikan kemuliaan hanya bagi Tuhan, dengan hidup kudus dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Orang yang berkenan kepada Allah, bukan berarti dia mengasingkan dirinya dari keramaian dan tidak bergaul dengan yang lainnya, dia tetap bekerja, mengurus rumah tangganya, bergaul dengan sesamanya, tetap menjalani kehidupan sehari-harinya, tetapi fokus dan tujuan hidupnya diarahkan kepada Tuhan, berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Tuhan, serta melayani Dia, dan hidupnya berbuah bagi kerajaan Allah.

Bagaimanakah agar hidup kita berkenan kepada TUHAN?

Pertama, kita harus menemukan dan melakukan apa yang menyenangkan Tuhan melalui hidup sesuai dengan Firman-Nya. Menyenangkan Tuhan artinya melakukan kehendak-Nya. 1 Tesalonika 2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.

 

Kedua, belajar hidup untuk orang lain dan tidak hanya menyenangkan diri sendiri. Orang yang menyenangkan Tuhan bukan orang yang menyenangkan manusia juga diri sendiri. Satu-satunya waktu dimana kita menyenangkan manusia adalah saat kita berusaha menolong mereka dengan meletakan kebutuhan mereka diatas kita untuk meneguhkan iman atau keselamatan mereka. Ini bisa jadi tidak menyenangkan mereka melalui kasih yang keras.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dan hayati dalam Minggu 1 Epiphanias ini?

 

Pertama, marilah kita memiliki ketaatan kepada kehendak Allah. Ketaatan menuntut adanya semangat untuk melakukan kehendak Allah. Siapa pun kita dan apapun status kita, ketaatan harus menjadi bagian dari hidup kita. kita harus memiliki hasrat untuk taat melakukan kehendak Tuhan. sebab untuk tujuan itulah kita di panggil menjadi hamba Tuhan.

 

Kedua, marilah kita berusaha merendahkan hati kita di hadapan TUHAN. Ketaatan menuntut kita untuk merendahkan hati. Kehendak kita harus tunduk di bawah kehendak Allah bukan kehendak kita yang tunduk di bawah kehendak Allah. Kita jangan mengatur Allah untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi kita harus memaksa dirikita tunduk dan taat kepada kehendak Allah.

 

Ketiga, marilah kita memuliakan Allah dengan cara hidup berkenan kepada-Nya. Kita harus punya prinsip bahwa melalui kita kemuliaan Tuhan terpancar bagi orang-orang di sekitar kita (dalam hidup dan pelayanan kita). Yesus telah melakukan semua itu dan Ia telah mendapat bagian yang penting dalam rencana Allah. Karena itu, marilah kita meneladani apa yang telah Yesus lakukan untuk menjadi orang yang bekenan kepada Allah selama di dunia ini. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...