Renungan hari ini:
“MELIHAT AKHIR”
Pengkhotbah 7:8 (TB) "Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati"
Ecclesiastes 7:8 (NET) "The end of a matter is better than its beginning; likewise, patience is better than pride"
“Melihat akhir”, artinya penilaian kita tidak ditentukan pada awal, tetapi pada akhir. Ketika kita menguji seseorang, kita akan memberikan penilaian itu pada saat ujian berakhir. Hidup kita pun demikian, dulu kita bisa saja buruk dan jahat, tetapi setelah berjuang melawan dosa dan kejahatan kita pun mengalami perubahan. Bangsa Indonesia pun dulu dijajah Belanda, tetapi setelah berjuang melawan penjajah, akhirnya kita merdeka.
Hari ini kita merayakan “Hari Kemerdekaan RI ke 76”. Kita sudah merasakan kebebasan dari sang penjajah yang menggerogoti kebebasan kita dulu. Kini kita sudah menjadi sebuah negara yang diakui dan berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya di dunia. Indonesia sudah digolongkan menjadi sebuah “negara maju” bukan lagi sebagai sebuah “negara berkembang”. Perkembangan dan pertumbuhan negara ini tidak terlepas dari pengamatan TUHAN. TUHAN mengenal perbuatan dan rancangan para penjajah, itu sebabnya Ia menolong bangsa kita untuk meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Artinya, kemerdekaan yang kita rayakan sekarang adalah juga bagian dari rencana TUHAN bagi bangsa Indonesia.
Mungkin kita bertanya, apa maksud Raja Salomo di perikop ini? Menurut Salomo, orang berhikmat akan memandang suatu hidup yang berkualitas, hanya melalui sebuah proses penempaan dan kalau kita bisa bertahan dalam proses penempaan tersebut.
Akhir lebih baik dari awalnya? Contohnya: seperti halnya waktu kita studi, proses belajar sangatlah sulit tapi setelah kita lulus, kita akan sangat bersuka cita! Contoh lain: seorang ibu yang melahirkan, seorang petani waktu memanen, hutang rumah yang terlunasi. Dalam hidup kita, akan ada saat-saat di mana kita mempunyai sebuah pergumuluan di antara awal dan akhir; mungkin sebuah pengalaman yang pahit dan sakit (penyakit, dikecewakan teman, kegagalan, dan sebagainya).
Apa rahasianya agar kita bisa melihat sesuatu akhir lebih baik dari awalnya? Pengkotbah memberikan beberapa tips, yakni:
Pertama, kita harus memiliki panjang sabar dan jangan tinggi hati. Kita harus belajar bersyukur saat di proses oleh Tuhan, bukannya protes. Saat ada orang mengoreksi kita, apakah kita kesal? Itu menunjukkan kesombongan kita.
Kedua, kita jangan lekas lekas marah. Orang sombong dan tidak sabaran, akan marah atau putus asa saat ada ujian. Dia tidak akan melihat akhir hidup yang lebih baik, karena dia tidak pernah merasa puas dan bisa menerimanya. Padahal Tuhan tidak melepas kita, Dia bersama kita selalu. Tuhan ada bersama Daniel di gua singa!
Ketiga, kita jangan hidup di masa lalu. Dalam ayat 10, dikatakan: “Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?” Hanya orang bodoh yang bertanya demikian, kata Salomo. Orang berhikmat tahu makna penderitaan dan proses; orang berhikmat yang bisa melihat akhir, bukan saat di proses, atau membandingkan masa lalu.
Pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah manfaat mengetahui akhir lebih baik dari awal?
Pertama, menolong kita keluar dari perasaan menyesal. Di ujung akhir tahun ini, kita mungkin akan diingatkan akan hal hal atau kesempatan yang kita lewati, yang sudah hilang. Penyesalan adalah ibarat sengat yang menyakitkan. Orang sering dihantui akan kegagalan atau keburukan di masa lalu, sehingga tidak bisa maju dan tenggelam dalam penyesalan. Banyak orang di akhir ajalnya atau saat ditimpa penyakit yang parah, menyesal: tidak menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya, atau tidak melayani Tuhan saat bisa. Menyesal karena masa lalu baik kalau kita mau berubah dan bertobat (1Yoh. 1:9).
Kedua, dapat menenangkan kita dari rasa kuatir akan masa depan. Kalau kita tahu ada yang lebih baik di akhir, kita akan tenang dan tidak merasa kuatir akan masa depan. Kekuatiran menghambat sebuah kemajuan. Bahkan di tengah penganiayaan yang kita terima, kita bisa melihat bahwa pada akhir nya, kita akan bisa bertemu dengan Tuhan dalam kemuliaan di akhir hidup kita. Tuhan selalu menjanjikan pengharapan di tengah penderitaan kita (Yer. 29:11).
Ketiga, memberi dorongan bagi iman kita. Iman kita akan memberikan kekuatan bagi kita untuk menyelesaikan proses yang kita sedang alami. Alkitab selalu mengajak kita untuk memandang masa depan – contoh: Abraham berjalan terus biarpun dia meninggalkan tanah asalnya, tidak pernah mengeluh ingin kembali, Paulus dalam 2Timotius 4:6-7, ia melihat akhir hidupnya adalah sesuatu yang mulia, bersama dengan Tuhan. Karena itu, berjuanglah untuk berubah agar pada akhir hidup kita, hidup kita jauh lebih baik.
Selamat Merayakan Hari Kemerdekaan RI ke 76