Rabu, 09 Januari 2019

Renungan hari ini: KAWAN SEWARGA KELUARGA ALLAH

Renungan hari ini: 

KAWAN SEWARGA KELUARGA ALLAH



Efesus 2:19 (TB) "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah" 

Ephesians 2:19 (NET) "So then you are no longer foreigners and noncitizens, but you are fellow citizens with the saints and members of God’s household” 

Yang menjadi fokus utama kita dalam sebuah keluarga adalah keluarga inti yaitu suami atau istri dan anak-anak setelah keluarga itu keluarga besar dan kemudian rekan sekerja dalam Tuhan. Adat istiadat yang baik haruslah dimulai dari keluarga. Dimulai dari sebuah keluarga kita belajar menghormati orang tua, menghargai satu dengan lain dan menjaga kehangatan keharmonisan antara sesama keluarga. Kita akan merasa terganggu jika ada orang yang menggangu keluarga kita. Tapi yang perlu kita kita, jika keluarga kita menjadi keluarga yang utuh maka tidak akan ada yang bisa mengganggu keluarga kita. Ada dua prinsip dasar dalam keluarga yang harus kita lakukan agar kita menjadi keluarga yang utuh. 

Untuk menjaga keluarga, masing-masing anggota keluarga harus mengetahui tugas dan tanggung jawab. Sebagai seorang istri, memiliki tugas untuk tunduk, merawat suami dan anak-anak. Suami memiliki tugas untuk mengasihi istri dan memelihara kehidupan anak-anak. Tugas suami istri haruslah dilakukan oleh pasangannya dan bukan orang lain yang menggantikannya. Seorang istri haruslah berpenampilan menarik didepan suaminya untuk menjaga keromantisan hubungan intim suami istri dan keharmonisan bagi anak-anak. 



Ada dua hal yang hendak kita pelajari dari nas hari ini,

Pertama,“Kawan sewarga” (SUMPOLITÊS)Berasal dari dua kata SUN (sama/ bersama-sama) dan POLIS (kota). Jadi, SUMPOLITÊS secara harfiah berarti “orang-orang yang menjadi warga dari kota yang sama”; misalnya sama-sama warga DKI Jakarta. Lawannya adalah kata “pendatang” (PAROIKOS), yaitu warga asing yang berkunjung di suatu kota atau negara.

Analogi pertama ini menekankan tentang kesamaan hak sebagai warga yang sama. Kita sama-sama diakui sebagai bagian dari segala sistem kota yang ada. Jika ada Pilkada, kita sama-sama punya suara untuk memilih, bahkan sama-sama bisa dipilih.

Dalam Gereja, kita semua adalah bagian integral dalam organisasi atau kelembagaan Gereja. Sama-sama punya hak untuk melayani dan dilayani, sehingga tidak boleh ada yang merasa “tidak layak” menjadi bagian dalam pelayanan bersama.

Maka, tugas Gereja adalah menjamin bahwa semua kita mendapatkan pelayanan yang sama, tanpa dibeda-bedakan. Begitu juga, Gereja punya tugas untuk merangkul dalam setiap aktivitas pelayanan. Sebaliknya, sebagai warga Gereja, kita punya tanggung jawab dan kewajiban yang sama untuk ikut andil dalam setiap aktivitas pelayanan Gereja.

Kedua, “anggota-anggota keluarga” (OIKEIOS). Berasal dari kata OIKOS (rumah/ keluarga). Jadi, OIKEIOS adalah “orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan menjadi anggota keluarga dalam rumah itu”. Lawannya adalah kata “orang asing” (XENOS), yaitu orang yang datang bertamu di satu rumah.

Analogi kedua lebih menekankan pada ikatan persaudaraan sebagai bagian dari keluarga besar orang-orang percaya. Landasan persekutuan kita adalah kasih, artinya kita hadir di sini untuk “mengasihi” dan “dikasihi”, sehingga kita saling mengasihi satu dengan yang lainnya. Sebagai anggota keluarga, kita diikat kuat oleh persaudaraan di dalam Kristus, sehingga ada empati yang dibangun di antara jemaat. Tidak boleh ada jemaat yang tersingkirkan atau terasingkan dalam Gereja.

Terkait dengan tema minggu ini: BELONGING, maka ada dua poin penting sehubungan dengan status kita sebagai “kawan sewarga” dan “anggota keluarga”:

Pertama, ada rasa “dimiliki”. Rasa “dimiliki” menekankan bahwa kita sungguh-sungguh terikat sebagai sesama warga dan sesama anggota keluarga. Ikatan itu sangat kuat, sehingga kita menyatu sedemikian rupa dengan Gereja kita. Gereja adalah “tanah kelahiran kita”, sebab di sinilah kita “lahir baru” dalam pengenalan akan Kristus. Gereja juga adalah “orang tua kita”, sebab di sinilah kita diasuh dan dibesarkan dalam pelayanan kasih. Jadi, kalau sudah terikat seperti itu, maka kita tidak akan merasa terlalu gampang untuk pindah Gereja hanya karena ada masalah di antara kita. Sama seperti seorang warga tidak akan mudah pindah kewarganegaraan hanya karena ada konflik dalam suatu negara. Begitu juga, seorang anak tidak akan putus hubungan keluarga hanya karena dia berkelahi dengan kakaknya atau adiknya. Adanya rasa “dimiliki” mendorong kita untuk mau terlibat aktif dalam upaya memperbaiki masalah-masalah yang ada dan menjaga agar keutuhan itu terus terpelihara.

Kedua,ada rasa “memiliki”.Rasa “memiliki” mendorong kita untuk bertanggung jawab atau terbeban dengan segala aktivitas pelayanan Gereja. Ada kepedulian yang tinggi terhadap setiap hal yang terjadi di dalam Gereja, termasuk bagaimana kita bisa mengelola kelangsungan Gereja. Karena itu, jadilah menjadi kawan sewarga Allah yang baik. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...