Senin, 22 April 2019

Renungan hari ini: BELAJAR PERCAYA

Renungan hari ini: 

BELAJAR PERCAYA



Yohanes 11:25B (TB) “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" 

John 11:25B (NET) "The one who believes in me will live even if he dies” 

Percaya adalah kata kuci keberhasilan. Orang yang diselamatkan oleh TUHAN adalah orang percaya. Karena imanmu engkau diselamatkan. Itu berarti percaya adalah jalan menuju keselamatan. Orang beriman sering mengatakan kalau kepercayaan kepada Tuhan adalah lawan untuk rasa kuatir. Namun, kadang-kadang kita sulit memercayai Tuhan karena berbagai macam faktor. 

Pertanyaan kita adalah bagaimana cara kita memercayai TUHAN?

Pertama, memperbaiki gambaran kita tentang Tuhan, dan melihat gambaran Tuhan tentang kita. Gambaran kita tentang Tuhan bisa dibentuk dari berbagai macam faktor. Kalau sudah pernah berkali-kali mengalami peristiwa buruk dalam hidup, tidak jarang bagi kita untuk merasa kecewa dan marah pada Tuhan. Sebagai orang beriman, kita sering mendengar cerita atau kesaksian bahwa Tuhan itu baik, siap untuk menolong, tidak akan membiarkan kita tanpa jalan keluar, begitu berdoa pasti dikabulkan, dan sebagainya. Namun, kenyataan tersebut tampaknya tidak terjadi dalam hidup kita. Peristiwa buruk yang bertubi-tubi kemudian membuat kita kelelahan, karena segala macam usaha yang sudah kita coba untuk keluar dari situasi tersebut tetap tidak membuahkan hasil. Kita menunggu intervensi atau pertolongan dari tempat Yang Mahatinggi, tetapi nihil. “Dengan demikian, Tuhan pastilah tidak ada, karena Ia membiarkan semua yang buruk terjadi pada diri saya,” begitu pikir kita karena marah dan kecewa. 

Hubungan kita dengan orangtua, terutama ayah, juga bisa mempengaruhi gambaran kita tentang Tuhan sebagai Bapa. Kalau hubungan kita dengan orang tua kurang baik, kemungkinan kita juga sulit melihat Tuhan sebagai Bapa yang baik. 

Belajar untuk memperbaiki gambaran tentang Tuhan yang selama ini kamu miliki membutuhkan banyak rahmat, kerendahan hati, kerelaan untuk bersikap fair, dan ketulusan. Kamu perlu memohon kepada Tuhan agar Ia menunjukkan diri-Nya yang sesungguhnya kepadamu secara pribadi. Kamu juga perlu mengenali sifat-sifat-Nya, apa yang Ia sukai, apa yang tidak Ia sukai, mengapa Ia mengabulkan doa yang satu dan bukan doa yang lain, bagaimana cara Ia mengasihi, apa maksud hukuman Tuhan, dan banyak hal lain.

Kedua,mempelajari rencana Tuhan atas hidup kita. Tuhan selalu ingin menguji kita; Tuhan akan selalu menempatkan penderitaan tanpa kebahagiaan di dalam hidup kita; kebahagiaan tidak ada di dunia ini dan baru ada tercapai di surga, sehingga segala sesuatu yang akan terjadi adalah kesedihan; Tuhan selalu menunggu kapan kita tergelincir dan berdosa; pemikiran-pemikiran seperti ini adalah pemikiran yang sangat toksik, yang bisa membuat kita selalu berpikir bahwa kejadian buruk ibarat singa yang siap menerkam di depan pintu.

Pemikiran-pemikiran yang toksik seperti di atas membuat kita tidak percaya akan kebaikan Tuhan, sehingga kita akan membuat pilihan berdasarkan kekuatiran karena berusaha “melarikan diri dari ancaman kejadian buruk”. Sejujurnya, seseorang yang mampu melakukan segala sesuatu tetapi merencanakan kejahatan adalah ancaman yang paling mengerikan karena tidak mungkin bisa kita hindari. Untungnya, Tuhan yang sanggup melakukan segala sesuatu tidak pernah merancangkan yang buruk di dalam hidup kita. Tuhan sendiri telah berkata, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer. 29:11).

Ketiga,melepaskan apa yang ada di luar kendali kita. Salah satu pelajaran yang cukup berat untuk kita alami adalah melepaskan kesempurnaan yang ada di dalam otak kita. Kita merencanakan masa depan yang “sempurna” dan tidak ingin keluar jalur dari apa yang sudah kita rencanakan. Karena kuatir akan hal-hal buruk yang akan terjadi, kita berusaha mengendalikan segala hal, termasuk hal-hal yang mungkin sebenarnya ada di luar kendali kita, misalnya perasaan orang lain terhadap kita, faktor lingkungan di mana kita hidup, kondisi dan situasi zaman, atau masa depan.

Melepaskan apa yang ada di luar kendali kita, lalu berfokus pada apa yang dapat kita lakukan dan usahakan, dapat membuat beban kita lebih ringan karena tidak terlalu banyak yang harus kita pikirkan. Tuhan akan mengerjakan apa yang menjadi bagian-Nya bagi hidup kita, dan kita hanya perlu mengerjakan apa yang menjadi bagian kita. Lebih baik lagi, kalau kita bisa menyerahkan semua yang ada di luar kendali kita kepada Tuhan. Pikirkanlah, ada Seseorang yang sanggup melakukan segala sesuatu dan menginginkan yang terbaik dalam hidupmu. Karena itu, belajarlah percaya agar kita beroleh keselamatan hidup kita. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...