Minggu, 19 Desember 2021
“IMMANUEL: ALLAH BESERTA KITA”
Kotbah: Yesaya 7:10-16 Bacaan: Roma 15:7-13
Saat ini kita memasuki Minggu Adent IV. Dalam Minggu ini kita akan merenungkan tema “Immanuel: Allah Beserta Kita”. Tema ini muncul dari sebuah pergumulan panjang dari cerita kehidupan Raja Ahas yang tidak mau mengandalkan TUHAN saat mengalami pergumulan. Pada saat itu, Raja Ahas sedang menghadapi ancaman serangan koalisi kerajaan Israel dan Siria. Di tengah situasi ancaman itu, Tuhan menyampaikan sebuah pesan kepada Raja Ahas melalui Yesaya. Tuhan menguatkan mereka bahwa kedua kerajaan tersebut seperti “puntung api yang berasap” (ay. 4). Artinya, kedua kerajaan tersebut tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Keduanya tidak akan bertahan sehingga tidak perlu ditakuti oleh orang-orang Yehuda.
Tuhan meminta supaya Raja Ahas teguh percaya (ay. 9). Mengingat situasinya yang sulit, Tuhan tahu hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Maka dari itu, Yesaya menyuruh Raja Ahas untuk meminta tanda dari Tuhan. Sayangnya, Raja Ahas menolaknya (ay. 12). Memang betul bahwa kita tidak boleh mencobai Tuhan. Tetapi, jawaban Raja Ahas ini menunjukkan bahwa dia ingin meminta bantuan dari raja Asyur, bukan Tuhan.
Padahal, sebelumnya Tuhan sudah memberikan tanda melalui kedua anak Yesaya. Yang pertama dinamai Syear-Yasub(“beberapa akan kembali”). Ini menunjukkan adanya orang-orang yang akan kembali dari pembuangan. Kemudian, Maher-Syalal Hash-Bas (“perampasan yang tangkas, perampokan yang cepat”). Ini menunjukkan bahwa akan ada barang-barang yang dibawa keluar dari Samaria, ibukota Israel. Jadi, Israel tidak akan bertahan.
Jawaban Raja Ahas tersebut membuat Tuhan murka sehingga Dia memberikan tanda dalam bentuk kelahiran Imanuel (nantinya secara penuh diwujudkan melalui kelahiran Tuhan Yesus). Peristiwa ini menunjukkan bahwa penyertaan Tuhan tidak selalu diterima oleh orang. Maukah kita percaya pada Tuhan di masa yang genting, dan bukannya meminta tolong pada pihak lain? Tuhan akan menyertai kita dalam segala keadaan.
Selain respons dan sikap Raja Ahas yang tidak memedulikan TUHAN, Raja Ahas juga tidak peka terhadap “tanda” yang diberikan Allah kepadanya. Pada hal dalam hidup ini kita akan selalu melihat tanda untuk mengingatkan kita harus melakukan sesuatu. Jika kita mengabaikan pertanda tersebut tanpa melakukan apa-apa, kita akan rugi. Misalnya, jika hari berawan, maka kita harus mempersiapkan payung, kalau tidak ketika hujan kita akan basah kehujanan. Karena itu, ketika ada pertanda muncul, kita harus berpikir bagaimana meresponinya.
Pada perikope Minggu ini kita melihat bahwa raja Ahas rugi karena mengabaikan pertanda yang diberikan oleh nabi Yesaya. Ini adalah tanda keselamatan yang berkaitan dengan keselamatan seluruh Negara raja Ahas, tetapi raja tetap tidak mau menerimanya. Akhirnya ia dikalahkan oleh Asyur (Negara yang dia ingin bersekutu). Sesungguhnya nabi Yesaya sudah memperingatkan Raja Ahas supaya meminta suatu pertanda dari Tuhan tapi raja menolak memohon Tuhan dengan alasan yang kelihatannya “baik”. Kemudian Yesaya menyatakan suatu pertanda bahwa ada Imanuel yang akan membuat Negaranya bangkit, tapi raja tetap menolak pertanda keselamatan ini. Pada dasarnya ini adalah pertanda yang memiliki pengharapan dan mendatangkan keselamatan, tetapi raja Ahas tetap mengandalkan kekuatan sendiri untuk menghadapi musuh. Kemudian Allah memakai bangsa Asyur untuk menghukum raja Ahas. Jika raja Ahas mau menerima tanda keselamatan ini, ia akan dapat menikmati kasih karunia, tetapi raja Ahas justru menolak tanda ini maka bencana menimpa dirinya.
Jika tema kita “Allah menyertai kita”, pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah penyertaan Allah itu bagi kita? Setidaknya ada lima bentuk penyertaan Allah bagi kita, yakni:
Pertama, Allah memberikan perhatian-Nya. Allah berfirman: Yesaya menyampaikan firman-Nya kepada raja Ahas untuk meminta suatu tanda dari Tuhan. Ini merupakan tanda bahwa Allah masih memberi perhatian kepada Ahas untuk kembali ke jalan Tuhan, yaitu meninggalkan kehidupan yang menyakiti hati Tuhan.
Kedua, Allah memberi petunjuk-Nya. Yesaya dalam menyampaikan isi hati Allah kepada Ahas, dengan suatu petunjuk yaitu meminta tanda dari Tuhan. Tanda yang dimaksudkan adalah keselamatan dari ancaman bangsa-bangsa yang menekannya saat itu, yaitu Aram dan Israel/Samaria.
Ketiga, Allah memberi harapan. Allah mengutus Yesaya untuk berfirman, dan memberi petunjuk merupakan inisiatif Allah memberikan pengharapan bagi Ahas bahwa Tuhan pasti akan menolong ketika menghadapi kesusahan. Sesungguhnya Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya sendiri, karena kasih-Nya yang begitu besar bagi umat-Nya.
Tetapi Ahas tidak mendengarkan firman yang disampaikan Yesaya, dia justru mengabaikan usulan yang diberikan Allah melalui Yesaya. Ahas lebih memilih keputusannya yaitu meminta pertolongan dari raja Asyur. Karena perbuatan Ahas tidak mengindahkan perintah Tuhan, bukan hanya Ahas tapi seluruh keluarganya, sehingga Yesaya menyampaikan ayat 13 bahwa Ahas bersama keluarganya (Keluarga Daud) telah banyak “melelahkan” orang, dan “melelahkan” Allah juga.
Melelahkan disini diterjemahkan “berduka”, dalam hal lain disebut menjijikan. Sekalipun Ahas dan keluarganya membuat Allah berduka karena perbuatan mereka, tetapi itu tidak mengurangi kasih setia Tuhan kepada umat-Nya, dan tidak menghalangi janji penyertaan Allah bagi umatNya.
Keempat, Allah memberi Kasih Karunia. Bukti dari kasih setia Tuhan kepada umat-Nya dalam ayat 14 mengatakan Allah sendirilah yang memberikan suatu tanda yaitu janji kelahiran sang Mesias yang disebut Imanuel. Kata “Tuhan sendirilah” memberi petunjuk kepada kita bahwa ini adalah inisiatif Allah, tidak ada unsur karena perbuatan manusia. Manusia siapapun tidak ada andil dalam janji Allah menghadirkan Imanuel. Janji kedatangan Imanuel lahir dari seorang wanita/keturunan wanita merupakan janji Allah kepada manusia pertama dan iblis (Kej. 3:15).
Ahas menolak untuk meminta tanda kepada Allah, meskipun begitu Allah dengan sendirinya memberikan tanda itu kepada Ahas. Memang janji kedatangan Imanuel belum pada masa pemerintahan Ahas, tapi perlu diingat bahwa Imanuel adalah pribadi Allah itu sendiri, artinya Imanuel bukanlah hanya pada masa kedatangan-Nya melalui kelahiran tetapi sebelum manusia diciptakan janji Imanuel sudah berlaku. Kelahiran Yesus Kristus adalah pemenuhan seluruh janji Allah akan Imanuel.
Kelima, Allah memberi Penyelamatan. Tanda yang diberikan Allah melalui Yesaya kepada Ahas dan umat-Nya mengenai “Imanuel” itu memang janji kelahiran Yesus dan itu diungkapkan Yesaya kembali pada pasal 9 tentang kedatangan Raja Damai. Tanda itu juga pada waktu itu juga diwarisi oleh kelahiran anak Yesaya dalam pasal 8:3-4, artinya pasal 7:15-16 dan pasal 8:3-4 memiliki makna yang sama yaitu penyelamatan terhadap bangsa Yehuda dari penindasan raja Asyur. Jika dilihat pada sejarah sesudah nubuatan, pada masa selanjutnya Damsyik dan Efraim di jarah oleh Raja Asyur dan dibawah ke pembuangan. Nubuatan Yesaya terjadi di tahun 734 SM dan pada 732 SM Asyur mengalahkan Siria yaitu Damsyik, dan pada 722 SM Asyur menyerbu kerajaan utara yaitu Israel Samaria.
Dalam hal ini digenapi tentang janji Allah akan penyelamatan kepada Ahas dan umat-Nya dari kerajaan Asyur, walau nantinya Asyur dikalakan oleh bangsa Babel dan kemudian mengalahkan Yehuda dan membawa raja Yehuda bersama umat-Nya ke pembuangan, tapi itu sudah tidak lagi masa pemerintahan Ahas.
RENUNGAN
Setiap manusia pasti pernah mengalami ketakutan, entah karena persoalan keluarga, sakit-penyakit, bisnis, karir, studi, pasangan hidup dan sebagainya. Ketika kita mengalami ketakutan, ada dua alternatif pilihan: Pertama, kita dapat mencoba untuk mengatasinya sendiri. Kedua, kita akan berharap kepada Tuhan dalam doa dengan meminta bimbingan-Nya tentang apa yang harus kita lakukan.
Raja Ahas telah memutuskan bahwa dia memilih aternatif yang pertama, mengandalkan pikirannya sendiri. Dan berakibat kekacauan dalam kehidupannya dan kehidupan bangsanya. Dari sini kita belajar, bahwa hanya TUHAN yang bisa memberitahukan tentang masa depan. Hanya TUHAN yang mahakuasa. Hanya TUHAN yang sanggup mengatasi ketakutan kita. Janganlah kita menjadi seperti Raja Ahas yang bersandar kepada kekuatan manusia, yang hanyalah makhluk ciptaan TUHAN, dan bukannya bersandar kepada Sang Pencipta.
TUHAN selalu hadir di tengah-tengah kita, lahirnya Tuhan Yesus Kristus adalah “bukti” dan “tanda” bahwa Ia ada bersama-sama kita. Ia hadir bersama-sama kita di segala suasana, baik suka maupun duka, susah maupun gembira, takut maupun tentram sentosa. Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga ia berkata, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20b). Di saat-saat rasa takut melanda, ingatlah firman-Nya dan Dia selalu berada di pihak kita. Kita harus percaya kepada janji-Nya, sebab “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya” (Yes. 7:9b). Karena itu, teruslah meyakini dalam hidupkita bahwa Allah berserta kita, “Immanuel”. (rsnh)
Selamat beribadah dan merayakan Advent IV