Kamis, 09 Agustus 2018

Renungan hari ini: BENAR-BENAR MERDEKA

Renungan hari ini: 

BENAR-BENAR MERDEKA



Yohanes 8:36 (TB) "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka" 

John 8:36 (NRSV) "So if the Son makes you free, you will be free indeed” 

Benar-benar merdeka berarti kemerdekaan itu sudah nyata. Tidak ada lagi yang mengikat dan menekan kita. Kita terbebas dan merdeka dari segala kuasa dosa. Dalam nas ini kita akan belajar tentang merdeka yang benar-benar merdeka. Merdeka di sini bukan kaitannya dalam arti politik, ekonomi dan lain-lainnya dari suatu negara, melainkan dalam arti rohani atau disebut dengan kemerdekaan sejati.  Ada beberapa kebenaran penting tentang kemerdekaan Ilahi yang dapat dipelajari dari bagian perikop Firman Tuhan ini, yaitu:

Pertama, kemerdekaan itu dijanjikan dan diberikan oleh Yesus Kristus (ay. 34-36). Kemerdekaan yang ditawarkan Kristus adalah bersifat rohani. Kemerdekaan yang ditawarkan Kristus bukan suatu revolusi yang bersifat politik. Tujuan kedatangan-Nya adalah untuk membebaskan jiwa-jiwa yang terbelenggu oleh dosa daripada mengalahkan kekuasaan Romawi atau kekuatan fisik di sekeliling kita. Kristus datang untuk membebaskan orang-orang yang berdosa /hidup dalam perbudakan dosa (ay. 34) di manapun orang itu berada. 


Kedua, dimerdekakan Kristus untuk hidup sesuai dengan tujuan penciptaan. Kita diciptakan untuk berjalan atau bersekutu dengan Allah, tetapi dosa telah merusak hubungan yang kita dengan Allah sehingga kita terpisah dengan Allah. Yesus Kristus adalah satu-satunya yang dapat membebaskan kita untuk menikmati hidup sebagai anak Allah daripada hidup sebagai anak iblis (perhambaan dunia). 


Namun terkadang dalam memperoleh kemerdekaan yang sungguh-sungguh itu, kita menghadapi hambatan dan tantangan, seperti:
1.    Tidak mengakui sebagai hamba dosa (ay. 32-33). Pernyataan mereka bahwa mereka tidak pernah hidup sebagai budak bukan hanya tidak akurat tetapi merupakan kesombongan rohani dan sikap membenarkan diri. Padahal Israel pernah mengalami perbudakan di bawah pemerintahan Asyur, Babilonia, Persia, Kekaisaran Romawi. Bahkan sekarang mengalami perbudakan yang terbesar yaitu dosa mereka sendiri, namun mereka pun tidak mau mengakui sebagai hamba dosa. 

2.    Mempercayai kebenaran atau agama mereka sendiri untuk menyelamatkan. Orang-orang Yahudi percaya dengan agama mereka yang turun-temurun dan ritual yang dijalankan dapat menyelamatkan mereka, mereka tidak percaya keselamatan hanya dalam Yesus Kristus. Jika dalam ayat 31 dikatakan Yesus”…orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya” percaya mereka adalah setelah melihat mujizat yang diadakan Yesus (lihat 2:23). Jelas bahwa iman yang salah tentang Kristus tidak akan dapat memerdekakan mereka dari dosa. 


Jadi, kemerdekaan yang benar-benar merdeka diperoleh hanya melalui iman yang benar dalam Kristus. Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (ay. 31). Tanda iman yang benar tidak hanya pengakuan verbal bahwa kita percaya Kristus. Tanda iman yang benar adalah “tinggal” (abide/dwell) dalam Firman Yesus (Firman Allah).

Tinggal dalam Firman Allah artinya untuk mendapatkan kemerdekaan sejati itu harus mau tinggal (dwell) dalam Firman Allah. Jadi, Firman Tuhan bukan dijadikan sebagai pajangan atau aksesoris, atau sewaktu-waktu saja dibutuhkan, atau paket program yang hanya untuk suatu masa tertentu, melainkan terus menerus tinggal dalam hidup kita dan yang mengubahkan hidup kita. 


Tinggal dalam Firman-Ku berarti tidak dapat ditemukan di tempat lain.Tidak dapat ditemukan dalam pengajaran atau firman tokoh agama lain, surat pengakuan dosa yang dibuat manusia atau peraturan hukum yang lain. Kemerdekaan atau kebebasan sejati hanya ditemukan dalam Kristus. 
Karena itu, maukah dan sudahkah kita tinggal dalam Firman Kristus? (rsnh)


Selamat berkarya untuk TUHAN

“AMA GKPA YANG UNGGUL MELAYANI DALAM KELUARGA” (Efesus 5:23-28)

“AMA GKPA YANG UNGGUL MELAYANI DALAM KELUARGA”
(Efesus 5:23-28)



PENDAHULUAN
Pertama-tama saya menyambut baik acara Pesta Ama GKPA se-Distrik II Sipirok Dolok Hole (SDH) ini dalam rangka memeriahkan dan menyemarakkan “Tahun Ama GKPA 2018”. Kedua, selamat merayakan pesta sukacita ini dalam kebersamaan Ama dalam berbagai kegiatan baik Festival Kor Ama, Seminar, KKR, dan Ibadah Syukuran Ama GKPA Distrik II. Ketiga, kiranya kegiatan Ama ini semakin menjalin hubungan Ama GKPA semakin kuat untuk menjadi kaum Ama yang mampu menopang dan mendukung pertumbuhan keluarga, Gereja dan masyarakat.

Dalam rangka memeriahkan Tahun Ama di GKPA Distrik II ini, kita akan mencoba mendiskusikan bersama tentang “Ama GKPA yang Unggul Melayani dalam Keluarga”. Mari kita gali bersama keunggulan kita dalam rangka melayani keluarga kita, juga Gereja GKPA dan serta masyarakat kita.

Ama GKPA Yang Unggul Melayani

Ama yang unggul melayani pastilah diidam-idamkan setiap istri dan anak-anak di tengah keluarga. Ama yang unggul melayani pasti akan membawa berkat bagi setiap keluarga. Ama yang unggul melayani akan membawa keuntungan besar. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan pelayanan ama yang unggul melayani (excellent service) antara lain:
a.     Isteri akan senang dan akan memberikan pelayanan yang terbaik kepada suami dan anak-anak.
b.     Menumbuhkan kepercayaan istri dan anak-anak. 
c.     Mempertahankan keluarga agar tetap loyal beriman kepada Yesus Kristus.
d.     Dapat menumbuhkan semangat fanatis kepada GKPA.

Unggul melayani adalah suatu konsep pelayanan yang dilakukan oleh kaum Ama GKPA untuk melayani keluarga (baca: isteri dan anak-anak) dengan baik. Bisa diartikan bahwa ini adalah usaha agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Secara etimologi, pelayanan bisa diartikan sebagai usaha melayani kebutuhan keluarga. Pada dasarnya melayani adalah kegiatan yang bersifat tidak berwujud yang ditawarkan kepada keluarga yang dilayani. Karakteristik unggul melayani dinyatakan sebagai berikut:
a.     Sifatnya tidak bisa diraba, tetapi bisa dirasakan.
b.     Merupakan tindakan nyata bukan isapan jempol.

Unggul melayani adalah suatu pola layanan terbaik yang mengutamakan kepedulian terhadap keluarga. Unggul melayani (Excellent service)ini dasarnya sama dengan customer service, dan customer care,hanya berbeda pada konsep pendekatannya saja. Namun yang paling penting dalam memberikan pelayanan kepada keluarga, minimal harus ada tiga hal pokok, yaitu: peduli pada keluarga, melayani dengan tindakan terbaik, dan memuaskan keluarga. Jadi, keberhasilan ama unggul melayani tergantung pada penyelarasan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggungjawab dalam pelaksanaannya di tengah-tengah keluarga.

Dalam rangka menjadikan kita menjadi ama yang unggul melayani maka kita juga akan memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan harapan dan kepuasan keluarga. Sehingga dalam pelayanan yang unggul terdapat dua elemen penting yang saling berkaitan yaitu pelayanan dan kualitas. Kualitas pelayanan sendiri memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Namun dari beberapa definisi yang dikemukakan, terdapat beberapa kesamaan, yakni:
a.     Kualitas merupakan usaha untuk memenuhi harapan keluarga.
b.     Kualitas merupakan kondisi mutu yang setiap saat mengalami perubahan.
c.     Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan proses yang memenuhi harapan keluarga.

Intinya, unggul melayani itu adalah kita harus mampu:
1.     Membuat keluarga merasa penting.
2.     Melayani dengan ramah, tepat, dan cepat.
3.     Pelayanan yang mengutamakan kepuasan keluarga.

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana cara Ama GKPA agar bisa menjadi ama yang unggul melayani di tengah-tengah keluarga? Untuk menjadi ama yang unggul melayani kita harus bisa menjadi ama yang “TEDUH”.Apa itu ama yang TEDUH?

Pertama,ama GKPA menjadi “T”anggap.Sebagai ama di tengah keluarga kita harus cepat tanggap dan peka terhadap apa yang terjadi dengan isteri dan anak-anak kita. Kita harus menjadi orang yang pertama tahu apa yang terjadi dan dirasakan oleh keluarga kita. Jangan kita lebih tahu apa yang terjadi di tetangga sebelah atau keluarga lain sementara apa yang terjadi di keluarga kita tidak kita ketahui. 

Kedua,ama GKPA menjadi “E”mpati.Seorang ama harus bisa berempati dengan istri dan anak-anak kita. Setiap hari kita harus menjalin hubungan emosional dengan mereka. Sebagai seorang suami kita harus bisa merasakan apa yang dirasakan oleh istri dan anak-anak kita dan menolong mereka di kala mereka mengalami pergumulan. Kita harus siap mendengar keluhan mereka dan memberikan nasihat dan bimbingan bagi mereka.

Ketiga,ama GKPA menjadi “D”ambaan.Seorang ama harus bisa menjadi dambaan seorang istri dan anak-anak kita. Kita bisa menjadi panutan, teladan, figure yang baik di tegah-tengah keluarga. Ama yang menjadi dambaan keluarga akan selalu membawa berkat dan kebahagiaan keluarga. 

Keempat,ama GKPA menjadi “U”jung Tombak.Seorang ama harus bisa menjadi ujung tombak keluarga untuk mencari dan membutuhi nafkah kehidupan jasmani dan rohani. Kita menjadi ama yang bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan bagi keluarga. Kita menjadi pembela dan pemimpin serta kepala keluarga yang berkualitas. Kita bukan menjadi ujung tanduk yang setiap hari menanduk istri dan anak-anak. Tetapi kia adalah ujung tombak yang berada di garda depan dalam rangka menjadikan keluarga kita menjadi keluarga kebanggan.

Kelima,ama GKPA menjadi “H”armonis.Seorang ama harus bisa menjadikan kehidupan keluarga yang harmonis. Walau ada banyak masalah dan pergumulan di tengah keluarga, namun sebagai ama kita mampu menjadikan suasana tetap harmonis dan rukun dengan keluarga. Kita harus bisa rebut rukun di tengah keluarga. Bisa saja kita bertengkar dengan istri dan anak-anak tapi harus berakhir dengan kebahagiaan. Pergumulan membuat kita semakin harmonis bukan membuat kita semakin kacau-balau.

Couple bagi Isteri
Selain itu, agar kita menjadi ama yang unggul melayani maka kita juga harus bisa menjadi “COUPLE”(pasangan) yang baik bagi istri kita.

C = Closeness (Kedekatan.) “Sebab itu seorang laki laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej. 2:24). Awal pernikahan sangat penting untuk menciptakan suasana atau kebiasaan hubungan erat di antara suami istri, sebelum mereka menghadapi masalah di kemudian hari.

O = Openess (Keterbukaan). Istri menginginkan keterbukaan dari suaminya, karena itu jangan ada yang ditutupi oleh suami. Istri ingin agar masalah yang dihadapi suaminya juga menjadi masalah bersama.

U = Understanding (Pengertian). Istri mendambakan pengertian dari suaminya dan suami diharapkan untuk banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh istri.

P = Peacemaking (Menciptakan Perdamaian). Istri berharap bahwa suaminya dapat menjadi juru damai di antara mereka. Suami diharapkan untuk bersikap rendah hati dan mau mengakui kesalahan yang dilakukannya serta meminta maaf kepada istrinya. Permintaan maaf yang enggan diucapkan dapat menimbulkan dendam di hati istri dan menjadi sumber pertengkaran yang tidak ada habisnya. “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang” (Roma 12:18).

L = Loyalty (Kesetiaan). Istri harus yakin bahwa suaminya cinta dan setia kepadanya, sehingga membuatnya bersemangat dan termotivasi. Inilah yang Tuhan inginkan dalam perkawinan, yaitu pasangan suami-istri yang setia satu sama lain sampai maut memisahkan mereka. 

E = Esteem (Penghargaan). Istri menginginkan agar suaminya menghargai pendapatnya dan memberi dorongan kepadanya. Ia juga berharap bahwa suaminya menghargai apa yang dilakukannya bagi keluarga.

Sebagai ama GKPA kita harus memberikan kasih yang tak bersyarat. “Hai suami kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Ef. 5:25). Di dalam Efesus 5:28-29 juga dikatakan, “Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. Siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.”

Ayah Dalam Keluarga GKPA
Seorang ama di dalam keluarga GKPA wajib mengenalkan anak-anaknya kepada Tuhan dan mendidik mereka agar siap menghadapi masa depan. Efesus 6:4 mengatakan, “Dan kamu, bapak-bapak, jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Amsal 2:6: juga mengajarkan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

Apakah tugas mengenalkan anak-anak kepada Tuhan dapat dipercayakan kepada pendeta atau guru Sekolah Minggu? Tentu saja tidak. Tugas ini tidak dapat didelegasikan kepada orang lain, karena merupakan tangung jawab orangtua. Pendeta dan guru Sekolah Minggu hanya membantu anak-anak untuk mengenal Tuhan, tetapi bimbingan yang terutama harus dari ayah dan ibu, yang menjadi panutan bagi anak-anak mereka dalam sikap dan kehidupan mereka sebagai anak-anak Allah.

Pendidikan adalah proses penanaman dan pengembangan hal-hal yang baik dalam diri anak. Karena itu orangtua perlu terlebih dahulu mempunyai pemahaman yang baik tentang apa yang perlu dipupuk demi kepentingan hari depan anak-anak mereka. Pendidikan membutuhkan kerja sama yang erat antara ayah dan ibu. Keduanya perlu sepakat dalam mengarahkan pendidikan itu dan sama-sama mengajarkan hal yang benar. Jika upaya ini hanya dilakukan oleh ibu, kelak ayah akan melihat hasil suatu produk yang mungkin berbeda sekali dengan apa yang dikehendakinya.

Apa yang dilarang oleh ibu, hendaknya juga tidak diizinkan oleh ayah. Apa yang dikecam ayah, jangan disanjung oleh ibu. Amsal 1:8 dengan tegas menyatakan hal itu, “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.” Begitu juga kalau ayah dan ibu berbeda pendapat, apalagi terlibat konflik, sebaiknya hal itu tidak dilakukan di depan anak-anak mereka.

Ama menjadi Teladan bagi anak-anak
Ama yang unggul melayani harus bisa menjadi teladan bagi anak-anak kita. Bagaimana menjadi ama teladan di tengah-tengah keluarga?

Pertama,kita harusjujur.Seorang ayah harus jujur mengakui kesalahannya kepada anak dan istrinya, demikian pula kepada orang lain. Buatlah suasana akrab di dalam keluarga, agar masing-masing mau mengakui perbuatannya yang salah dan meminta maaf, sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya. Orangtua yang tidak rendah hati mengakui kesalahannya, memberikan teladan buruk kepada anak-anaknya, dan kelak juga akan menanggung akibatnya.
Kedua, kita haruskonsisten.Kata dan perbuatan kita harus sama. Orangtua juga harus menghindari tindakan menganak-emaskan anak yang satu, dan memojokkan anak yang lain, sehingga timbul persaingan tidak sehat di antara anak-anak itu. Anak yang dikalahkan akan merasa iri, dendam atau rendah diri, sedangkan anak yang dimenangkan akan bersikap sombong dan tidak mau mengalah.

Ketiga,kita harus punyaintegritas.Kepentingan keluarga dan kepentingan bersama harus didahulukan. Hal ini dicontohkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia berdoa di taman Getsemani untuk menyerahkan diri sebagai penebusan dosa manusia: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42). Billy Graham pun tidak gentar menghadapi celaan orang banyak ketika ia mengunjungi seorang pendeta yang di penjara karena korupsi, “sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10).

Keempat,harus menjalin komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik sangat penting di dalam sebuah keluarga dan harus dimulai sejak awal pernikahan. Anak-anak yang sejak kecil dididik untuk membina komunikasi yang baik dengan orangtua mereka, akan selalu merasa nyaman untuk mencurahkan isi hati kepada orangtua mereka, meskipun mereka sudah beranjak dewasa.

Untuk bisa berkomunikasi dengan baik, ayah yang bijaksana harus lebih banyak mendengarkan anak dan tidak cepat membuat kesimpulan sendiri yang akhirnya membuat anak menutup diri. Buatlah suasana yang terbuka dan bersahabat, dan hindarilah penggunaan kata-kata yang otoriter dan merasa benar sendiri. Sedapat mungkin, berbicaralah kepada anak dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. Ada pepatah yang mengatakan, “Masuklah kandang ayam dengan berkotek-kotek, dan masuklah kandang kambing dengan mengembik.”

Keempat pokok di atas sangat membantu seorang ayah di dalam mendidik anak-anaknya, karena mereka memercayainya dengan sepenuh hati. Kita juga harus selalu melibatkan Tuhan di dalam mendidik anak-anak kita, karena anak-anak merupakan anugerah indah yang Tuhan percayakan kepada kita untuk dipelihara dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang.

Memang tidak mudah mendidik anak-anak, karena kita tidak dapat terus-nenerus bersama mereka. Banyak hal yang dapat memengaruhi mereka, baik teman-teman, lingkungan, televisi, ataupun internet, yang belum tentu berdampak baik bagi pertumbuhan mereka. Namun kita harus berpikir positif dan melakukan tugas yang menjadi bagian kita. Tuhan akan menolong kita.

Penutup
Masih banyak lagi yang bisa kita sharingkan dalam kesempatan ini, namun karena keterbatasan waktu maka saya hanya bisa menyampaikan itu saja dulu. Saya berharap dalam diskusi nanti kita bisa gali lebih dalam lagi apa makna dari Ama GKPA yang unggul melayani dalam keluarga. Ama yang sudah unggul melayani dalam keluarga maka dia pasti akan menjadi ama yang unggul melayani dalam Gereja GKPA dan masyarakat di mana kita tinggal. Ingat kita harus menjadi Ama yang Unggul Melayani dalam keluarga, bukan Ama yang “Unggil” atau “Unggal” Melayani. (rsnh)


INTEGRITAS - KOMITMENT PELAYAN GEREJA KRISTEN PROTESTAN ANGKOLA GKPA

INTEGRITAS - KOMITMENT PELAYAN
GEREJA KRISTEN PROTESTAN ANGKOLA
GKPA



1.         Pendahuluan
Menjadi pelayan di Gereja TUHAN sangat perlu memiliki integritas dan komitment yang tinggi. Sejak awal ketika kita menyerahkan diri menjadi pelayan TUHAN di Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) ini, kita harus memiliki integritas dan komitmen yang jelas. Seorang Pelayan (baca: pendeta) di GKPA harus punya integritas dan komitmen yang tinggi, baik kepada dirinya sendiri, kepada Gereja (baca: GKPA) dan kepada TUHAN Sang Pemilik Gereja itu sendiri. Jika tidak memiliki integritas dan komitmen yang tinggi, lebih baik mengundurkan diri dan mengurunkan niatnya melayani TUHAN di GKPA.
Saat ini GKPA berjuang menuju Gereja Yang Unggul Melayani Dalam Kebersamaan. Ini visi GKPA 2016-2041. Dengan visi ini, GKPA sangat membutuhkan para pelayan Gereja yang memiliki integritas dan komitmen yang tinggi di hadapan TUHAN dan di hadapan jemaat-Nya. Menjadi Gereja yang unggul melayani dalam kebersamaan dituntut dari pelayanan para pelayanan GKPA menghasilkan pelayanan yang bermutu dan berkualitas. Para pelayan harus punya komitmen pada dirinya dan kepada TUHAN bahwa dia bersedia mempersembahkan dirinya untuk TUHAN dengan mematuhi segala perintah TUHAN dalam Kitab Suci, Tata Gereja dan Tata Laksana GKPA, Konfesi GKPA, RPP GKPA, dan Peraturan lainnya. Komitmen ini harus terlihat dari awal hingga akhirnya menyelesaikan tugas pelayanannya di GKPA. Jika merasa tidak mampu, masih ada kesempatan untuk merenungkan tugas panggilan ini dan bisa memilih lanjut atau berhenti sampai di sini. Jangan rusak Gereja TUHAN ini hanya karena tidak memiliki integritas dan komitmen yang tangguh.

2.         Definisi
2.1.      Integritas
Integritas merupakan salah satu atribut terpenting/kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Integritas itu sendiri berasal dari kata Latin “integer”,yang berarti:
a.    Sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.
b.    Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuanyang memancarkan kewibawaan; kejujuran.

Secara singkat integritas itu dapat diartikan sebagai sebuah keselarasan dari apa yang kita imani (beliefs),dengan apa yang kita katakana(words),dan apa yang kita lakukan (actions). Artinya, integritas itu merupakan hasil dari iman, perkataan, dan tindakan kita yang selaras dalam kehidupan kita sehari-hari (Lih. Gambar). Integritas itu merupakan sebuah hasil dari tindakan iman yang diperkatakan dan dilakukan berulang-ulang di dalam pelayanan kita di tengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat. 
Dr. Kenneth Boa (President dari Reflections Ministries, Atlanta) menggambarkan integritas sebagai lawan langsung dari kemunafikan. Ia mengatakan, bahwa seorang munafik tidaklah qualifieduntuk membimbing orang-orang lain guna mencapai karakter yang lebih tinggi. Tidak ada seorang pun yang menaruh respek kepada seorang pribadi yang berbicara mengenai permainan yang baik, namun dirinya sendiri gagal untuk bermain seturut peraturan permainan yang ada. Apa yang dilakukan seorang pemimpin mempunyai dampak yang lebih besar atas mereka yang dipimpinnya daripada apa yang dikatakannya. Seseorang dapat lupa 90% dari apa yang dikatakan oleh seorang pemimpin, namun dia tidak akan melupakan bagaimana sang pemimpin itu hidup. Apabila kita berbicara mengenai integritas pada hari ini, kita mengacu pada term-term yang berhubungan dengan etika, moralitas, keotentikan, komitmen, namun yang kita butuhkan adalah suatu pemahaman yang jelas tentang konsep integritas. Integritas berurusan dengan keutuhan dan nurani seorang pribadi – kualitas karena benar terhadap diri sendiri.
Integritas dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya pemimpin namun juga yang dipimpin. Orang-orang menginginkan jaminan bahwa pemimpin mereka dapat dipercaya jika mereka harus menjadi pengikut-pengikutnya. Mereka merasa yakin bahwa sang pemimpin memperhatikan kepentingan setiap anggota tim dan sang pemimpin harus menaruh kepercayaan bahwa para anggota timnya melakukan tugas tanggung-jawab mereka. Pemimpin dan yang dipimpin sama-sama ingin mengetahui bahwa mereka akan menepati janji-janjinya dan tidak pernah luntur dalam komitmennya. Orang yang hidup dengan integritas tidak akan mau dan mampu untuk mematahkan kepercayaan dari mereka yang menaruh kepercayaan kepada dirinya. Mereka senantiasa memilih yang benar dan berpihak kepada kebenaran. Ini adalah tanda dari integritas seseorang. Mengatakan kebenaran secara bertanggung jawab, bahkan ketika merasa tidak enak mengatakannya.
Kehidupan integritas memerlukan mental yang ikhlas dalam meningkatkan standar kejujuran diri sendiri. Diperlukan komitmen untuk menjalani kehidupan integritas. Diperlukan keinginan, niat suci, dan keyakinan yang sangat kuat untuk menjalani kehidupan integritas. Diperlukan kesadaran dan pengetahuan untuk terus-menerus meningkatkan standar dan kualitas diri sendiri. Dan, terus-menerus, seumur hidup menyempurnakan kualitas kejujuran, tanggung jawab, serta keyakinan bahwa integritas adalah sesuatu yang bisa mendatangkan kebaikan buat diri sendiri dan orang lain. Diperlukan konsistensi diri terhadap nilai-nilai positif dan kebajikan tertinggi. Dan semua ini, hanya bisa terjadi ketika Anda bertindak untuk merubah mental Anda menjadi lebih berintegritas, merubah sifat, karakter, kepribadian, dan penampilan diri yang memperlihatkan integritas secara utuh.
Kualitas integritas terlihat dari karakter dan kepribadian sehari-hari, dapat terlihat dari apa yang dilakukan sehari-hari. Intinya, integritas terlihat melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Contoh: Anda berkomitmen untuk memiliki tubuh yang bugar, sehat, dan berotot. Untuk bisa mewujudkannya, Anda harus memiliki integritas yang konsisten. Bila Anda sudah memiliki integritas, Anda akan menjadi pribadi yang sangat jujur kepada diri sendiri dan sangat bertanggung jawab untuk mewujudkan komitmen Anda. Kejujuran dan tanggung jawab Anda akan mendorong Anda menjadi sangat disiplin dan rajin untuk berolahraga, diet sehat, tidur yang cukup, berpikir positif, serta menjalani gaya hidup yang sehat dan holistik. Dan, tidak ada rintangan apapun yang bisa menghentikan Anda untuk memiliki tubuh yang bugar, sehat, dan berotot. Anda akan bereaksi dan menanggapi semua kesulitan dan hambatan dengan keyakinan untuk tetap mewujudkan komitmen Anda. Integritas adalah fondasi yang menguatkan rasa tanggung jawab dan kejujuran dari nilai-nilai kehidupan yang lainnya.
Integritas meningkatkan keteguhan terhadap implementasi kejujuran dan tanggung jawab; meningkatkan pengabdian kepada kejujuran dan tanggung jawab yang lebih besar; meningkatkan kemampuan untuk menjaga ucapan dan perbuatan dalam satu energi positif; dan menjadikan diri sebagai orang yang dapat dipercaya untuk menjalankan kejujuran dan tanggung jawab besar.
Ketika karakter Anda sudah berdasarkan integritas, maka karakter Anda tersebut selalu fokus untuk mendisiplinkan diri Anda dalam nilai-nilai positif. Biasanya, Anda yang berkarakter integritas menjadi sangat tekun, rajin, ulet, disiplin, berani, berjuang, tidak pernah menyerah, jujur, bertanggung jawab, dan berjiwa kesatria dalam mempertanggung jawabkan semua perbuatan dan tindakan tanpa takut. Integritas adalah fondasi yang sangat kokoh dan tangguh untuk menghasilkan karakter dan kepribadian yang sangat jujur dan bertanggung jawab.
Anda yang berkarakter integritas mampu menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi, prestasi luar biasa, dan kinerja yang selalu melampaui target. Anda yang benar-benar jujur dengan diri sendiri akan berusaha untuk melakukan pekerjaan dan tanggung jawab dengan sangat baik pada situasi apapun. Contoh karyawan yang berkarakter integritas di tempat kerja: hadir ke kantor lebih awal, bekerja lebih keras dan cerdas, berkonsentrasi pada setiap detail, sikap dan perilaku berdasarkan nilai-nilai inti perusahaan, jujur dan bertanggung jawab terhadap apapun yang diamanatkan kepadanya, sangat rajin untuk meningkatkan kompetensi dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pekerjaannya.
Orang-orang berkarakter integritas menjalani hidup dari dalam ke luar. Intinya, menjadi sangat jujur untuk menjalani kehidupan dari hati nurani, dan tidak berbohong kepada nilai-nilai kehidupan yang menjadi fondasi dari karakter diri. Integritas merupakan sebuah nilai yang sangat mahal dan sangat jarang bisa dimiliki. Tidak semua orang mampu memiliki integritas di dalam karakter dan kepribadiannya. Sangatlah mudah untuk bisa memiliki banyak uang, kekayaan materi yang melimpah ruah, dan kemewahan hidup yang luar biasa. Tetapi, sangatlah tidak mudah untuk memiliki integritas yang konsisten di dalam karakter, kepribadian, sikap, dan perilaku diri. Integritas adalah sebuah nilai yang sangat suci. Jadi, ketika karakter seseorang berfondasikan integritas yang kuat, maka jiwa dan perilakunya menjadi sangat suci dan bertanggung jawab di dalam kejujuran yang penuh reputasi.     

2.2.      Komitmen
Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati dan tekad demi mencapai sebuah tujuan, sekalipun ia belum dapat mengetahui hasil akhir dari tujuan tersebut. Berjerih payah dan berkorban demi menyelesaikan "tujuannya" sekalipun semua orang meninggalkannya. Istilah komitmen pada dasarnya merujuk kepada kemampuan seseorang untuk bertahan dan setia menjalani aktivitas tertentu. Seseorang yang mengaku memiliki sikap komitmen yang tinggi harus memiliki jiwa kesetiaan dan juga ketahanan mental yang kuat. Orang yang memiliki sifat komitmen tidak akan goyah dan malas hanya karena permasalahan yang sepele di dalam aktivitas yang dijalaninya. Lebih dari itu orang yang memiliki jiwa komitmen akan terus bertahan dan bertanggung jawab terhadap apa yang pernah diucapkannya.
Jika dikaji dari segi terminologis, istilah komitmen pada dasarnya berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata “commiter” yang artinya adalah menyatukan, menggabungkan, mengerjakan, dan mempercayai. Jika diartikan dari asal katanya, maka komitmen merupakan sikap setia dan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh seseorang yang telah memutuskan untuk bergabung ke dalam aktivitas keanggotaan lembaga tertentu.
Menurut para ahli sendiri, pengertian komitmen adalah suatu janji yang diucapkan seseorang kepada dirinya sendiri dan orang lain, yang dicerminkan dari setiap tindakan atau pun perilaku yang dijalankannya. Menurut para ahli, komitmen sangat berkaitan erat dengan watak, sifat, dan karakter yang ada dalam diri seseorang.Misalnya, Sri Kuntjoro, mengatakan komitmen organisasi merupakan rasa identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas yang dinyatakan oleh seseorang terhadap organisasinya.Sama dengan L. Mathis dan H. Jackson, komitmen organisasi merupakan keyakinan anggota dalam menerima setiap tujuan organisasi dan memiliki kemauan untuk tinggal bersama atau pun meninggalkan perusahaan yang akhirnya tampak dari ketidakhadiran atau pun dari angka perputaran anggota.Sedangkan Griffin, berpendapat bahwa pengertian komitmen organisasi adalah suatu sikap yang menunjukkan sampai sejauh mana seseorang mengenal dan mau terikat dengan organisasinya. Jika seorang anggota memiliki komitmen yang tinggi, maka ia akan melihat dirinya sebagai anggota organisasi yang sejati.Hal senada juga disampaikan P. Robins & H. Jackson, komitmen organisasi merupakan kondisi seseorang yang memihak sebuah organisasi serta tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut.Dan terakhir, Colquitt LePine & Wessonberpendapat, komitmen organisasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengingatkan seseorang mengenai keanggotaannya dalam suatu organisasi tertentu.
Komitmen menurut Kamus Bahasa Indonesia: adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tanggungjawab tindakan kita melakukan, menjalankan, memasukkan, mengerjakan. Komitmen dalam keseharian diungkapkan dalam perkataan yang menyatakan sebuah kesanggupan untuk berbuat sesuatu. Komitmen mengandung unsur kontinuitas. Artinya kita bersedia untuk melaksanakan janji kita tidak hanya pada saat ini, tetapi berkelanjutan dan secara terus menerus sampai selesai. Komitmen itu dimulai dengan kata, dan mewujudkannya dengan menjalankan kata tersebut. Hal ini merupakan tantangan bagi kita yang membuat komitmen. Jadilah “walk the talk”, melakukan apa yang Anda katakan. Pastikan Anda tidak menjanjikan sesuatu yang Anda sudah tahu pasti tidak mungkin dapat tepati. Orang sejati selalu menepati apapun yang diucapkannya. Inilah awal mula munculnya rasa percaya pada diri sendiri dan dari orang lain. 

3.         Integritas dan Komitmen Pelayanan di GKPA
3.1.      Integritas dalam Kitab Suci
Sebelum kita mendalami integritas menjadi pelayan di GKPA, ada baiknya kita melihat pengertian integritas menurut Kitab Suci. Secara eksplisit (jelas) kita tidak menjumpai istilah “integritas” dalam Alkitab, namun secara implisit (tersamar) tersebar di seluruh bagian Alkitab, khususnya berkaitan dengan orang-orang yang dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya. Setidaknya ada tiga integritas yang dicatat dalam Kitab Suci, yakni: Pertama,integritas iman. Setiap orang percaya harus memiliki integritas iman yang baik. Artinya jika ia percaya kepada Allah, maka ia harus memiliki sikap dan tindakan yang sesuai dengan imannya itu. Allah menghendaki agar ada keterpaduan antara hati yang percaya dan mulut yang mengaku (Rm. 10:10). Kedua,integritas diri.Yang dimaksudkan dengan integritas diri di sini adalah keterpaduan antara perkataan dengan perbuatan kita.  Orang-orang Farisi dikecam oleh Tuhan Yesus karena mereka tidak memiliki integritas diri yang baik. Mereka mengajarkan hukum Taurat tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka adalah orang-orang munafik (Mat. 23:23-36). Itulah sebabnya Yohanes menyatakan bahwa kita mengasihi bukan hanya dengan perkataan tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1Yoh. 3:18). Ketiga, integritas pelayanan.Setiap orang percaya juga harus memiliki integritas pelayanan yang baik. Orang yang berintegritas baik dalam pelayanan adalah orang yang bisa dipercaya. Ketika kepadanya dipercayakan suatu pelayanan oleh Tuhan sendiri sesuai dengan talentanya, maka ia akan memegang teguh kepercayaan itu dengan pertolongan Roh Kudus, tidak peduli apakah pelayanan itu besar atau kecil. (a) Yitro, mertua Musa, menasihati menantunya agar dalam rangka meringankan tugas-tugas yang diembannya yaitu menghakimi umat Tuhan, ia mengangkat orang-orang yang memiliki integritas tinggi dalam pelayanan: cakap, takut akan Allah, dapat dipercaya, dan benci akan suap (Kel. 18:21). (b) Untuk pengawasan atas Yerusalem, Nehemia memilih Hanani dan Hananya, karena mereka adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan takut akan Allah … lebih dari pada orang-orang lain (Neh. 7:2). (c) Rasul Paulus juga menasehatkan agar Timotius benar-benar mencari orang yang dapat dipercaya untuk dimuridkan menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang berkomitmen dan militan (2Tim. 2:2).

3.1.1.   Pentingnya Integritas bagi pelayan di GKPA
Timbul pertanyaan kita, mengapa kita harus memiliki integritas?
1.    Karena integritas adalah kualitas yang Tuhan cari dalam diri seseorang.1Petrus 1:16 mengatakan demikian, “Kuduslah kamu! Sebab Aku kudus.“ Sebagai mahkluk yang diciptakan menurut citra diri Allah, Allah menghendaki kita untuk berusaha menjadi sama dengan Dia.
2.    Integritas menentukan masa depan kita.Orang yang memiliki integritas pasti memiliki masa depan yang lebih baik karena dia adalah pribadi yang benar dihadapan Tuhan dan manusia.
3.    Integritas kita berpengaruh pada lingkungan. Bila kita hidup sebagai orang yang berintegritas maka apa yang kita lakukan sedikit banyak akan diikuti oleh orang yang disekitar kita apalagi bila kita adalah seorang pemimpin. Cara berpikir kita akan diikuti oleh orang yang kita pimpin.
4.    Integritas adalah kotbah yang hidup. Bila kita hidup sebagai orang yang memiliki integritas maka orang akan mengenal bahwa orang Kristen adalah orang yang berintegritas, apa yang kita katakana dengan mudah akan di terima oleh orang lain sehingga kita lebih mudah menginjili mereka karena hidup kita sudah memberikan kesaksian yang banyak pada mereka.
5.     Integritas merupakan salah satu kunci untuk meraih keberhasilan atau kesuksesan.Seperti arti dari integritas yaitu suatu cara seseorang dapat slalu konsisten terhadap memegang nilai-nilai yang ada. Jika seseorang memegang teguh nilai-nilai atau prinsipnya maka kesuksesan dapat dia dicapai. Dalam dunia kerja integritas tentunya sangat diperlukan, dapat dilihat banyak sekali orang-orang yang jabatannya tinggi dan mencapai kesuksesan dalam dunia kerja karena dia mempunyai integritas yang baik.
6.     Integritas membuat manusia mampu untuk memimpin dan dipimpin. Dalam kehidupan ini pastinya ada dua posisi yaitu yang memimpin dan yang dipimpin. Bagi yang dipimpin, jika dihubungkan dengan integritas maka kemampuan untuk tetap setia terhadap orang yang memimpinnya. Orang yang memiliki integritas merupakan orang yang memiliki pribadi dengan kualitas yang baik, dan orang berkualitas merupakan pribadi yang dapat belajar dari orang lain serta pribadi yang mampu untuk bekerjasama dengan orang lain.
7.     Dengan integritas dapat membuat seseorang mendapatkan kepercayaan. Maksudnya kepercayaan berkaitan dengan kata-kata yang diwujudkan menjadi kenyataan yaitu dengan tindakan yang dilakukan secara jujur. Karena dengan kejujuran maka akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Dengan kejujuran juga maka setiap saat akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain dan tidak hanya sekedar mendapatkan kepercayaan dari segi perkataan saja tapi mendapatkan juga dari segi tanggung jawab.
8.     Integritas dapat menghasilkan reputasi yang baik. Dengan integritas maka seseorang tidak hanya memiliki citra yang baik saja di mata orang-orang, tapi juga akan memiliki reputasi yang baik. Karena jika seseorang memiliki integritas yang baik maka orang tersebut akan menyesuaikan perkataan maupun tindakan yang dilakukannya. Perkataan yang baik akan menghasilkan citra yang baik sedangkan perkataan dan tindakan yang baik akan menghasilkan reputasi yang baik di mata orang lain.

3.1.2.   Integritas pelayan di GKPA
Apakah integritas yang diharapakan dari pelayan GKPA? 
Pertama,harus memiliki loyalitas.Seorang pelayan GKPA harus loyal kepada Firman TUHAN dan kepada GKPA dan segala yang berkaitan dengan tugas panggilan yang diembankan GKPA kepada kita. Loyalitas menjadi salah satu tolok ukur dari pelayan GKPA yang unggul dan berkualitas di tengah jemaat.
Kedua,harus tanggung jawab.Seorang pelayan GKPA harus bertaggung jawab mewujudkan visi dan misi GKPA dan bertanggung jawab pada tugas yang diembankan kepadanya hingga mencapai masa pension dari GKPA. Tanggung jawab adalah tanda dari kedewasaan pribadi. Orang yang berani mengambil tanggung jawab adalah mereka yang bersedia mengambil risiko, memperbaiki keadaan, dan melakukan kewajiban dengan kemampuan yang terbaik. Peluang menuju sukses terbuka bagi mereka. Sementara itu, orang yang melarikan diri dari tanggung jawab merasa seperti sedang melepaskan diri dari sebuah beban (padahal tidak demikian). Semakin kita lari dari tanggung jawab, semakin kita kehilangan tujuan dan makna hidup. Kita akan semakin merosot, merasa tidak berarti dan akhirnya menjadi pecundang (penghasut).
Ketiga,harus dapat dipercaya, jujur dan setia.Seorang pelayan GKPA harus dapat dipercaya, jujur dan setia pada tugas panggilannya sesuai dengan janji tahbisannya (tohonannya). Kehidupan kita akan menjadi dipercaya, apabila perkataan kita sejalan dengan perbuatan kita; tentunya dalam hal ini yang kita pandang baik atau positif. Sebuah pribahasa mengatakan “Kemarau setahun akan dihancurkan oleh hujan sehari”, yang artinya segala kebaikan kita akan runtuh dengan satu kali saja kita berbuat jahat. 
Keempat,harus konsisten.Seorang pelayan GKPA harus konsisten mulai dari awal hingga akhirnya. Konsisten berarti tetap pada pendirian. Orang yang konsiten adalah orang yang tegas pada keputusan dan pendiriannya tidak goyah. Konsisten bukan berarti sikap yang keras atau kaku. Orang yang konsisten dalam keputusan dan tindakan adalah orang yang memilih sikap untuk melakukan apa yang benar dengan tidak bimbang, karena keputusan yang diambil beradasrkan fakta yang akurat, tujuan yang jelas, dan pertimbangan yang bijak. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah konsistensi dimulai dari penguasaan diri dan sikap disiplin.
Kelima,harus bisa menguasai dan mendisiplin diri.Seorang pelayan GKPA harus bisa menguasai dan mendisiplinkan dirinya sendiri sebagai hamba TUHAN di tengah-tengah warga jemaat. Banyak orang keliru menggambarkan sikap disiplin sehingga menyamakan disiplin dengan bekerja keras tanpa istirahat. Padahal sikap disiplin berarti melakukan yang seharusnya dilakukan, bukan sekedar hal yang ingin dilakukan. Disiplin mencerminkan sikap pengendalian diri, suatu sikap hidup yang teratur dan seimbang. 
Keenam,harus berkualitas.Seorang pelayan GKPA harus berkualitas. Berkualitas dalam melayani, berkotbah, kunjungan jemaat, administrasi Gereja, hubungan ekumenis, dll. Kualitas hidup seseorang itu sangat penting. Kualitas menentukan kuantitas. Bila kita berkualitas maka hidup kita tidak akan diremehkan. Kitab Suci menuliskan dengan gamblang tentang kehidupan para tokoh Alkitab, ada yang gagal ada yang berhasil. Integritas hidup berkualitas adalah kehidupan yang membiarkan orang luar menilai diri kita. Pada saat menyenangkan ataupun pada saat tidak menyenangkan. 

3.2.      Komitmet dalam Kitab Suci
Sama seperti integritas, kata komitmen dalam Kitab Suci tidak diseubutkan secara eksplisit, namun secara implisit komitmen itu tampak dalam teks-teks Kitab Suci. “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah” (Kol. 3:23-24). Apabila direnungan dengan mendalam, ayat tersebut sedang mengajarkan agar dalam segala aspek kehidupan, hendaknya setiap orang percaya melakukannya dengan motivasi yang tulus, benar dan segenap hatinya, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Mengapa? Karena Tuhan ternyata memberikan reward atau penghargaan atau upah kepada setiap anak-anak-Nya. Apapun juga yang dilakukan seseorang untuk mempermuliakan Tuhan, maka sesungguhnya jerih payah tersebut tidak sia-sia. Alkitab menegaskan, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1Kor. 15:58).
Dasar dari setiap komitmen yang kita lakukan adalah karena cinta Tuhan yang telah mengasihi kita (Yoh. 3:16). Cinta itu akan membuat kita mengasihi Dia diatas segalanya dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Mat. 22:37-40). Dengan dasar itulah, maka setiap orang seharusnya memberi diri untuk melayani Tuhan, dan bukan diatas dasar yang lain. Cinta melahirkan komitmen. Cintai Tuhan, cintai gereja atau organisasi pelayanan dimana kita terhisab dan jadikan sebagai rumah kita. Maka cinta itu akan melahirkan komitmen untuk mencintai panggilan Tuhan dan pelayanan yang dipercayakan-Nya serta melakukan pelayanan dengan segenap hati (bukan lagi sekedar rutinitas atau pekerjaan pelayanan).
Dengan cinta TUHAN kita akan mampu bertanggung jawab. Rasa tanggung jawab merupakan ciri kedewasaan. Orang yang bertanggung jawab dengan pelayanan, pasti: (a) Tidak akan mau datang terlambat. (b) Akan melakukan latihan/persiapan/doa sebelum melayani Tuhan. (c) Akan memberi pelayanan yang terbaik kepada Tuhan melalui talenta yang Tuhan berikan. (d) Selalu melakukan evaluasi diri, mencari kelemahan dan kekurangan dalam pelayanannya, dan berusaha memperbaiki kualitas hidup dan pelayanannya sehingga mengalami pertumbuhan kualitas pelayanan yang tentunya terlihat dari komentar atau reaksi dari sesama pelayan Tuhan maupun jemaat yang dilayani.

3.2.1.   Komitmet Pelayan GKPA

Dari penjelesan di atas, maka paling tidak ada 5 komitmen yang harus dipegang baik-baik, kalau ia mau hidupnya berkenan kepada Allah dan mau melayani TUHAN di GKPA. 

Pertama,berkomitmen kepada Tuhan Sang Pemilik GKPA hingga mati (Mat. 22:37-38).Komitmen utama seorang pelayan GKPA haruslah kepada Tuhan. Dalam praktiknya komiten kepada Tuhan itu diwujudkan dalam :
(a) Ketaatan kepada Tuhan. Ketaatan itu harus 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan seterusnya, tidak boleh hanya taat ketika pada hari minggu saja digereja.
(b) Bersedia melayani Tuhan seumur hidup (Mzm. 27:4). Kalimat: ”diam di rumah Tuhan seumur hidupku”,  bisa ditafsirkan sebagai, "melayani Tuhan seumur hidup."  Ada orang-orang yang masa mudanya sangat giat melayani Tuhan. Mereka menjadi pengurus kaum muda, guru sekolah minggu dll. namun setelah Tuhan berikan pekerjaan dan usaha yang baik, mereka jauh dari Tuhan dan tidak mau melayani lagi.  Ada orang-orang yang sangat giat melayani sebelum menikah dan sebelum punya anak. Tapi setelah menikah dan memiliki anak mereka jadi lupa Tuhan.
(c) Menghasilkan buah kehidupan yang memuliakan Tuhan (Yoh.15:8). Bagaimana agar hidup kita senantiasa menghasilkan buah Roh? (1). Hidup di dalam Tuhan (Yoh. 15:4). Ranting yang menghasilkan buah adalah ranting yang masih menempel pada batangnya. Jika ranting sudah terlepas dari batangnya maka ia akan mati. Demikian juga dengan hidup kita, kita harus senantiasa tinggal di dalam Dia. Hanya dengan hidup di dalamNya kita bisa berbuah. Kasih, sukacita, kesabaran dan buah Roh lainnya tidak dapat kita buat-buat. Damai sejahtera tidak bisa didapatkan dari keindahan maupun kenikmatan dunia ini. Buah Roh datangnya hanya ketika hidup kita berjalan seturut dengan firman-Nya. (2). Hidup dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 5:16). Keinginan Roh dan keinginan daging merupakan dua hal yang bertentangan dan tidak dapat disatukan (Gal. 5:17). Keinginan daging jelas sekali dinyatakan pada Gal 5:19-21. Bila kita masih menuruti keinginan daging, maka hidup kita tidak akan menghasilkan buah. Biarlah hidup kita senantiasa dalam pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus akan memampukan kita untuk dapat berjalan seturut dengan perintahNya, sehingga hidup kita dapat menghasilkan buah.

Kedua,berkomitmen kepada keluarga.Seorang pelayan GKPA harus berkomitmen untuk menjaga dan memelihara keluarganya di tengah-tengah warga Gereja dan masyarakat. Komitmen kepada keluarga berarti menganggap keluarga sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan dan dijaga dalam hidup ini. Dalam praktiknya hal itu berupa : 
(1) Menjadikan komitmen dan bukan perasaan sebagai dasar perkawinan. Perasaan (feeling) kita terhadap pasangan dan anak-anak kita sering naik turun. Kadang sangat baik, kadang buruk! Nah, kalau perkawinan anda didasari pada perasaan anda, maka perkawinan itu akan naik turun. Oleh sebab itu perkawinan harus didasari oleh komitmen! Komitmen untuk apa ? Untuk tetap bersama sampai selamanya, apapun yang terjadi.  
(2) Mencintai dan fokus pada pasangan anda (Ams.5:18-19 ; 31:10-12). Maksudnya, dalam hidup berumahtangga kita harus secara fokus mencintai pasangan kita lebih dari yang lain, kecuali Tuhan! Lalu, bagaimana caranya fokus mencintai pasangan? (a) Jadikan pasangan anda lebih penting dari pekerjaaan anda. (b) Jadikan pasangan ada lebih penting dari hobi anda. (c) Jadikan pasangan anda lebih penting dari teman-teman anda. (d) Jadikan pasangan sebagai raja atau ratu dalam keluarga. Ketika anda fokus pada mencintai pasangan, maka pasangan anda juga akan fokus mencintai anda. 
(3) Mengembangkan perasaaan memiliki pada keluarga (Mzm.103:11-13). Maksudnya, anda harus mengembangkan perasaan keterikatan (memiliki) yang kuat pada sekuruh anggota keluarga. Orang tua harus memiliki perasaan senasib sepenanggungan, dengan cara: (a) Kesedihan mereka adalah kesedihan anda. (b) Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan anda. (c)  Berilah waktu yang cukup untuk berbicara dan bermain dengan anak-anak anda. (d) Perhatikanlah kebutuhan anak anda dengan seksama.

Ketiga,berkomitmen kepada Gereja.Seorang pelayan GKPA harus punya komitmen kepada GKPA. Komitmen kepada gereja dapat ditunjukan melalui:
(a) Kesetiaan hadir dalam kebaktian (Ibr. 10: 25). Komitmen kepada gereja pertama-tama harus ditunjukkan pada kesetiaan untuk hadir dalam setiap kebaktian minggu. Kita hadir karena kita merasa terikat dan merasa memiliki gereja kita!
(b) Perduli pada pertumbuhan gereja. Berikutnya, komitmen pada gereja kita tunjukkan dengan sikap pro aktif untuk mencari jiwa sehingga gereja kita bisa bertumbuh dengan cepat.
(c) Perduli pada kebutuhan gereja. Orang yang erkomitmen kepada gerejanya akan perduli dengan kebtuhan gerejanya. Misalnya : Panitia natal butuh dana, maka ia akan bersedia memberi yang terbaik yang ia punya.

Keempat,berkomitmen pada pelayanan/pekerjaannya (Kol. 3:23). Setiap pelayan GKPA harus punya komitmen untuk melakukan pelayanan yang terbaik, yang unggul dan berkualitas. Menurut Alkitab bekerja itu juga merupakan panggilan orang percaya. Orang yang berkomitmen dalam pekerjaannya akan melakukan hal yang terbaik untuk menyelesaikan tugas yang diembannya. Orang yang bekerja dengan komitmen akan menghasilkan yang terbaik yang bisa dihasilkannya. Bekerja dengan sebaik-baiknya berarti  :
(a) Tidak bekerja asal-asalan. Bekerja asal-asalan berarti asal bekerja tapi tidak ada semangat, gairah maupun keinginan untuk menghasilkan yang terbaik.
(b) Tidak buang-buang waktu (ngobrol, buka internet di kantor, main game dsb). Penelitian menunjukkan bahwa sebagian waktu karyawan kantor dihabiskan untuk ngobrol dan main internet yang membuat produktifitas kerja berkurang.
(c) Tidak asal selesai . Orang yang begini berprinsip : Yang penting pekerjaan selesai, masalah mutu pekerjaaan nggak diperhatikan

Kelima,berkomitmen kepada Negara. Seorang pelayang GKPA harus berkomitmen untuk menjaga keutuhan NKRI. Orang kristen memiliki 2 kewarganegaraan, yaitu :
(a) Warga Negara Kerajaan Sorga. Sebagai akibat dari imannya kepada Kristus maka setiap orang percaya secara otomatis memiliki hak untuk menjadi warga Negara Kerajaan Sorga.
(b) Warga Negara dimana ia tinggal. Namun disisi lain, orang percaya juga merupakan warga Negara dari Negara dimana ia tinggal. Nah disini setiap orang percaya jga harus punya komitmen terhadap negara dimana ia tinggal. Bagaimana caranya ? Bersedia bela Negara, bersedia membayar pajak, bersedia taat pada pemerintah yang diatasnya.

Penutup
Integritas dan komitmen adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam diri seorang pelayan GKPA. Dengan integritas dan komitmen yang baik dan tinggi maka GKPA akan bisa mencapai visi dan misinya ke masa depan. Pelayan yang berkualitas akan menghasilan pelayanan yang unggul. Kiranya dengan pemahaman ini, para pelayan yang hendak mengabdikan diri melayani di GKPA sudah tahu dan sadar betul  akan tugas panggilannya sebagai hamba TUHAN di GKPA. Jadi tidak ada lagi alasan di kemudian hari untuk mangkir dari tugas panggilan itu. Tidak ada lagi pelayan GKPA yang malas, membangkang dan melawan GKPA dan TUHAN. Tetapi kita berharapan semua pelayan GKPA adalah pelayan yang lemah lembut dan taat kepada GKPA dan terlebih kepada TUHAN. Semoga!!! (rsnh)


Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...