Sabtu, 06 November 2021

KOTBAH MINGGU XXIII SETELAH TRINITATIS Minggu, 07 Nopember 2021 “MENGASIHI BUMI DAN SEGALA ISINYA” (Mazmur 146:1-10)

 KOTBAH MINGGU XXIII SETELAH TRINITATIS

Minggu, 07 Nopember 2021

 

MENGASIHI BUMI DAN SEGALA ISINYA”

Kotbah: Mazmur 146:1-10  Bacaan: 2 Petrus 3:1-7




 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu Keduapuluh tiga Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Mengasihi Bumi dan Segala Isinya”. Bumi dan segala isinya adalah ciptaan TUHAN. Wajarlah kita mengasihinya. Jika kita mengasihi bumi dan segala isinya, tentu kita akan mengalami kebahagiaan. Pemazmur menyadari betapa pentingnya kita mengasihi bumi dan segala isinya. Hal itu tampak dari untaian syair yang ditulisnya dalam mazmur.

 

Mulai dari Mazmur 146 sampai Mazmur 150, oleh para ahli kitab suci, disebut Mazmur Hallel. Itu disebabkan karena kelima Mazmur tersebut selalu diawali dan diakhiri dengan seruan Halleluya (Pujilah Tuhan). Jika dilihat dengan cara seperti ini, maka boleh dikatakan bahwa seluruh koleksi 150 Mazmur ini akhirnya dipuncaki dengan seruan Hallel tersebut. Seluruh perjalanan ziarah dalam tonggak-tonggak mazmur itu bermuara pada pekik Hallel. Dan hal itu sangat luar biasa karena akhirnya puncak seluruh ziarah kita dalam mendalami Mazmur-mazmur ini bermuara pada seruan “Pujilah Tuhan” (Laudate Dominum) itu sendiri. 


Berbicara soal mengasihi bumi dan segala isinya, maka kita akan berpikir dari seorang penolong dan penyelamat atas bumi ini. Jika kita cermati saat ini,  ada banyak tokoh penolong dalam hidup manusia. Bahkan dalam dunia perfilman modern (Holywood) dewasa ini, ada banyak tokoh penolong yang hebat-hebat: superman, spiderman, batman, avenger dll. Dengan caranya sendiri tokoh-tokoh penolong ini memberi pertolongan bagi manusia yang sedang mengalami masalah ataupun kesulitan hidup. Mazmur ini juga menawarkan sosok penolong yang lain dari dunia iman dan kepercayaan. Sang penolong itu tidak lain ialah Tuhan Allah sendiri. Pemazmur yakin bahwa hanya Dia-lah satu-satunya sang penolong yang handal. Hal itulah yang dikemukakan dengan sangat jelas dalam judul Mazmur ini: “Hanya Allah satu-satunya penolong.” 

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah cara kita mengasihi bumi dan segala isinya? Belajar dari perikope kotbah Minggu ini, kita mendapatkan beberapa cara mengasihi bumi dan segala isinya, yakni:

 

Pertama, kita harus terus berupaya memuji dan memuliakan TUHAN (ay. 1-2). Kitab Suci mengungkapkan bahwa dalam gubahan lirik mazmur pujiannya ini, pemazmur rindu untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Memuji dan memuliakan TUHAN hanya bisa kita lakukan selagi kita ada. Itu berarti selama kita punya kesempatan tinggal di bumi ini, kita harus memuji dan memuliakan TUHAN baik dalam ibadah, doa, persekutuan, kesaksian, dan diakonia kita. 

 

Kedua, kita harus menghindari percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan (ay. 3-4). Mempercayakan diri kepada kepada para bangsawan akan membuat bumi dan segala isinya hancur. Mengapa? Karena jika nyawanya melayang (baca: mati), maka mereka akan kembali ke tanah, dan pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya. Bumi dan segala isinya (termasuk Gereja) ini bukanlah dikuasai oleh para bangsawan tetapi dikuasi oleh TUHAN. Jika Gereja sudah dikuasai oleh hati manusia yang bejat dan jahat, yang haus akan kekuasaan, maka ingat Gereja pun akan hancur berantakan. 

 

Pemazmur juga mengingatkan kita semua, agar hendaknya kita jangan percaya kepada para bangsawan yang hendak mengatur dunia ini. Para bangsawan itu tentu akan mengekspolari bumi dan segala isinya untuk memenuhi Hasrat dan kebutuhan perut mereka saja. Mereka akan mengabaikan kedamaian di bumi ini. Pemazmur juga mengingatkan kita bahwa para bangsawan itu tidak dapat memberikan keselamatan. Mereka sendiri pun akan mati dan butuh diselamakatkan. 

 

Yang paling keras menegor kita adalah Yeremia, Yeremia berkata dengan keras, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yer. 17:5). Disebut terkutuk orang yang mengandalkan manusia atau kekuatannya sendiri daripada Tuhan adalah pertanda bahwa orang tersebut meremehkan Tuhan dan menganggap Tuhan tak sanggup menolong. 

 

Ketahuilah bahwa para bangswan itu memiliki keterbatasan kekuatan, kemampuan, kesanggupan, kepandaian, kasih dan ketulusannya. Karena itu “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?” (Yes. 2:22). Itulah sebabnya pemazmur pun berkata “Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.” (Mzm. 118:8-9).

 

Ketiga, kita harus menjadikan ALLAH Yakub sebagai penolong kita (ay. 5). Allah Yakub adalah Allah penolong bagi semua orang. Dalam Kitab Mazmur 54:4 disebutkan,  “Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku.” Di sini, secara dan tersurat, pemazmur menyatakan bahwa sesungguhnya, Allah adalah penolong kita. Bahwa Tuhanlah yang menopang kita. Juga dalam Surat Ibrani 13:6, “Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” Oleh sebab itu dengan yakin kita dapat mengatakan bahwa Tuhan adalah Penolong kita. Karenanya, kita tidak akan takut. Kita tidak akan gamang. Penolong kita satu-satunya adalah TUHAN bukan para bangsawan di dunia ini.

 

Keempat, kita harus mampu membebaskan orang yang terkurung (ay. 7). Hal ini sudah menjadi tugas kita untuk mengasihi bumi ini. Tuhan menjadi teladan bagi kita sebab TUAHN sendiri telah membebaskan orang-orang yang terkurung dan membuka mata orang-orang buta. Tuhan setia dalam menegakkan keadilan untuk semua orang yang diperas. Dia adalah Allah yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. Sebagai orang percaya kita pun punya cara untuk menolong mereka yang terkurung dalam kebodohan, kemiskinan, penderitaan, ketidakadilan, pemerasan dll. Disinilah perlunya kepintaran, dan kebijaksanaan. Semua keadaan tadi tidak bisa hanya diselesaikan dengan “kerendahan hati”, “senyum dan tunduk”. Untuk menyelesaikan itu kita harus punya pengetahuan, kepandaian agar kita mampu membebaskan orang-orang bodoh, miskin, melarat, tertindas dari semua pergumulan mereka agar mereka mendapatkan kebebasan dan kebahagiaan.

 

Kelima, kita harus menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda (ay. 9). Kita akan menjaga dan menegakkan orang-orang asing, anak yatim dan janda dengan penuh belas kasihan. Hindarilah merampas hak-hak orang asing dan janda. Sebaliknya, kita harus memberikan perhatian khusus bagi mereka. Kita harus mendampingi, mengadvokasi, dan bahkan menjadi sabahat bagi mereka. Dengan menjadikan mereka sahabat, maka mereka tidak merasa dipinggirkan, dikusilkan dan sendiri lagi. Mereka adalah bagian dari kita dalam memuji dan memuliakan Allah.

 

RENUNGAN

 

Pertama, untuk mengasihi bumi dan segala isinya ini adalah merupakan tangung jawab kita bersama. Tidak mungkin hal ini tercapai jika dikerjakan oleh pribadi-pribadi kita. Kita memiliki keterbatasan untuk mewujudnyatakan hal ini. Tetapi ketika kita bergandengan tangan, menjalin Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, maka kita yakin dan percaya bahwa tugas mengasihi bumi dan segala isinya ini akan bisa kita raih dan capai.

 

Kedua, untuk mengasihi bumi dan segala isinya kita harus terus mengandalkan TUHAN bukan para bangsawan. Tentu terlihat jauh berbeda. TUHAN adalah pencipta segalanya, para bangsawan adalah ciptaan. Konyollah hidup kita jika menggantungkan hidup kita kepada ciptaan. Pencipta tidak akan lenyap karena Dia kekal sampai selama-lamanya, tetapi ciptaan akan mati dan ditelan bumi. Pencipta adalah Sang penyelamat, sementara ciptaan butuh diselamatkan. Karena itu, hindarilah menggantungkan harapan dan iman kepada para bangsawan tetapi teruslah berharap kepada TUHAN agar bumi dan segala isinya dapat terpelihara dengan baik. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...