Sabtu, 08 Januari 2022

Kotbah Minggu Epiphanias 1 Minggu, 09 Januari 2022 (Lukas 3:15-17; 21-22)

 Kotbah Minggu Epiphanias 1

Minggu, 09 Januari 2022

 

“YESUS ADALAH ANAK ALLAH”

Khotbah: Lukas 3:15-17; 21-22   Bacaan: Yesaya 43:1-7




 

Hari ini kita memasuki Minggu 1 Setelah Epiphanias (berarti menampilkan, menjadi kelihatan, tampil). Minggu ini kita akan membahas tema “Yesus adalah Anak Allah”. Tema ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa, iblis dan maut.  Menurut Yohanes Pembaptis, Mesias itu bukan Mesias politik seperti yang diharapkan bangsa Yahudi, akan tetapi Mesias yang membaptis dengan Roh Kudus dan Api.

 

Jika kita mempelajari lebih dalam perikop kotbah Minggu ini, maka kita akan menemukan beberapa pelajaran tentang bukti-bukti bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diutus datang ke dunia ini.

 

Pertama, baptisan Yesus berbeda dengan baptisan Yohanes (ay. 16). Yohanes Pembaptis membedakan pembaptisan yang dilakukannya dengan yang akan dilakukan Yesus Kristus. Menurut Yohanes 3:26; 4:1-2, Ia (Yesus) memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes Pembaptis, - meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, - Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa dia membaptis dengan air (sebagai tanda pertobatan, Mat. 3:11) (sambil mengaku dosanya, mereka dibaptis, Mrk.1:5b), dan yang dibaptis akan diampuni dosa-dosanya (bd. Mrk.1:4). Pembaptisan menurut Yohanes Pembaptis adalah materai pertobatan orang yang dibaptis dan pengampunan dosa orang terbaptis oleh TUHAN. Di sini tidak diberitahu tentang metode Yohanes Pembaptis membaptiskan orang yang bertobat/mengaku dosanya. Tetapi dapat dibayangkan, bahwa orang yang akan dibaptis disuruh turun ke dalam Sungai Yordan (karena kata-kata Yohanes : Aku membaptis kamu dengan air dapat diartikan dengan Aku membaptis kamu dalam air), lalu Yohanes Pembaptis memintanya mengaku dosa sebagai tanda pertobatannya, kemudian Yohanes Pembaptis memandikan atau membenamkan (arti kata Yunani: baptizo) sambil mengatakan berita pengampunan dosa bagi si terbaptis. Dengan demikian dosa orang terbaptis diampuni, dan dia menerima hidup sebagai orang yang telah diampuni dosa-dosanya, yang tentu saja diharapkan tidak melakukan dosa lagi. Si Terbaptis kembali menjadi orang Yahudi yang beragama yang benar (agama Yahowa). Yohanes Pembaptis menjelaskan beberapa hal yang perlu dilakukan orang yang sudah terbaptis (baca: Lukas 3:8-14). 

 

Salah satu kelebih-berkuasaan Yesus - menurut Yohanes Pembaptis – adalah bahwa Yesus membaptis dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan (dalam) api (autos humas baptisei en pneumati hagiĆ“ kai puri). Baptisan ini tidak menghilangkan baptisan dengan (dalam) air. Makanya murid-murid Yesus melaksanakan baptisan dengan (dalam) air (baca: Yoh.3:26; 4:1-2). Tetapi baptisan air itu masih perlu dilengkapi dengan baptisan dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan (dalam) api. Tanda yang nyata dalam diri seseorang yang telah dibaptis dengan (dalam) Roh Kudus dan api adalah: (1) imannya naik kelas, dari iman kepada  keselamatan Tauratis (syariah) atau keselamatan karena menjalankan hukum-hukum agama, menjadi iman kepada keselamatan yang dianugerahkan TUHAN dalam Yesus Kristus, dan karenanya dia membuat hidupnya sebagai ucapan syukur kepada TUHAN yang menyelamatkannya. (2) menjadi saksi atau bersaksi atas pengampunan dosanya. (3)  mampu mengampuni dosa orang lain. (4) bersaksi atas karya Tuhan Yesus Kristus yang  utusan Yahowa menyediakan keselamatan bagi seluruh manusia. (5) meninggalkan keagamaan-lamanya, yang membelenggunya dengan berbagai ajaran yang membokong kebebasan intelektualnya. Sebenarnya baptisan dengan Roh Kudus dan api ini selalu diperbaharui kepada setiap orang percaya yang sudah dibaptis dalam nama Allah Bapa, dan nama Yesus Kristus dan nama Roh Kudus, apabila berkat menurut Bilangan 6:24-26 atau berkat menurut 2 Korintus 13:13 disampaikan kepada orang percaya tersebut. 

 

Kedua, Yesus memiliki kuasa menghakimi (ay. 17). Di sini Yohanes Pembaptis menegaskan kuasa Yesus menghakimi dan menghukum orang yang tidak mendengar seruan bertobat, dan tidak mau masuk di dalam Kerajaan Sorga atas undangan Yesus Kristus. Tidak ada kuasa seperti itu di tangan Yohanes Pembaptis dan di tangan nabi manapun selama bumi ini masih ada. Gambaran yang diberikan Yohanes Pembaptis itu sangat sederhana, dan sangat biasa diketahui oleh umat Yahudi. Bagi Yesus tidak sulit memilah mana/siapa yang berguna bagi-Nya dan siapa yang harus disingkirkan/dilenyapkan. Itu semudah menampi (Batak Toba: mamurpur) padi atau gandum agar jerami dan lapung (bulir yang tidak bernas/bulir kosong) tersisih dari bulir-bulir bernas (berisi). Angin yang berembus untuk menampi ada dalam kuasa Yesus, dan penampi juga ada di  tangan-Nya. Walau seluruh dunia ini menyangkal bahwa Yesus yang punya kuasa “menghakimi”, “menghukum”, bukan penyangkalan itu yang berlaku. Penyangkalan atas kuasa Yesus itu akan membuat semakin banyak orang menjadi jerami atau/dan lapung. Yesus pasti datang dari sorga untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. 

 

Ketiga, ada suara yang datang dari surga (ay. 21-22). Suara yang mendeklarasikan siapa Yesus datang dari langit, dari tempat mana Roh Kudus itu datang. Suara itu bisa saja sangat lembut tetapi sangat jelas di dengar semua orang yang sudah dibaptis itu.  Tidak diketahui sampai di mana suara itu terdengar atau bergema. Bisa saja dibayangkan, bahwa suara itu kedengaran sampai ke telinga hingga ke lubuk hati manusia di Asia, Amerika, Afrika, Australia, Eropah, atau seluruh dunia. Kalau tidak terdengar di sana waktu itu, maka melalui pencatatan suara itu dalam kitab Lukas  dan penterjemahannya ke seluruh bahasa yang digunakan manusia, membuat suara ini terdengar di seluruh dunia dan dalam bahasa yang dipahami dan digunakan setiap orang. Tugas manusia – tanpa kecuali – adalah mendengar apa yang dikatakan suara itu: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Yunani: su ei ho huios mou ho agapetos, en soi eudokesa = Engaku adalah Anak-Ku Yang Kekasih-Ku, di dalam (dengan) Engkau Aku berkenan). (Ibrani: ’attah beni ’ahubi, beka hapatsti = Engkau Anakku, yang Aku kasihi, di dalam Engkau Aku berkenan).

Ada dua orang tokoh berdiri di sungai Yordan itu: Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nazareth. Suara dari langit mengatakan: Engkaulah...? Siapakah yang dimaksud. Bisa saja masing-masing dari mereka berdua mengatakan dirinyalah yang dimaksud dengan “engkau”. Tetapi penanda kepada siapa kata-kata itu ditujukan adalah hinggapnya Roh Kudus kepada Yesus, dan bersamaan dengan itu suara itu dikatakan. Jadi yang dimaksud dengan “Engkau” adalah Yesus dari Nazareth, yang dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Lukas mengikuti pemberitaan Markus. Untuk lebih jelas bahwa Yesus yang dimaksud Anak Allah, Matius membuat kalimat itu sebagai berita dengan kalimat dalam bentuk orang ketiga: Inilah Anak-Ku... (Mat.3:17), dan dalam Injil Yohanes pemberitahuan itu berupa penjelasan panjang dari Yohanes Pembaptis sendiri (baca: Yoh.1:29-34; 3:22-36).

 

Suara dari sorga itu yang mengatakan Yesus adalah Anak Allah. Itu bukan tukang-tukangan umat Kristen. Sewaktu Yesus hendak ada dalam kandungan Maria, suara malaikat itu yang memberitahu bahwa yang dikandungan itu, yang akan bernama Yesus, akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Malaikat sorgawi itu yang memberitahu bahwa bayi yang lahir dari rahim Maria di Betlehem adalah Kristus, Tuhan, Juruselamat. Menurut Yesus bahwa Petrus mengenal Yesus sebagai Mesias dari Allah karena Bapa-Nya Yesus yang disorga menyatakannya kepada Petrus (bd. Mat.16:17). Para murid Yesus hanya mengikuti pemberitaan itu dalam mengenal Yesus. Injil yang memberitahukan Yesus sedemikian bukan Injil palsu. Pemberitahuan dan penyangkalan tentang hal itu, yang ditulis orang jauh (bahkan ratusan tahun berikutnya) merupakan berita rekayasa iman dan palsu walaupun itu diatur sedemikian agar logis dan masuk akal manusia. Yesus tidak pernah mengatakan diri-Nya Tuhan (kyrios/adonay), tetapi tidak melarang murid-murid-Nya memanggil DIA Tuhan. Alasannya, karena panggilan sedemikian bisa saja tidak menyinggung para penganut agama abrahamistis yang ada waktu itu. 

 

Suara dari sorga itu menegaskan: “kepada-Mulah Aku berkenan” (en soi eudokesa = di dalam Engkau lah Aku berkenan). Kepada Yesus yang terbaptis dan dihinggapi Roh Kudus itu pemilik suara itu berkenan. Preposisi en dapat diterjemahkan dengan kepada (LAI), dan juga di dalam. Harus dipertimbangkan apa maksud uacapan itu: Kepada Engkau? atau Di dalam Engkau? Kalau en berarti kepada, berarti ada oknum yang jauh membuat tindakan terhadap “Engkau”. Tetapi kalau en berarti di dalam, itu menunjuk bahwa ada oknum yang berada dalam diri si “Engkau”.  Dua pengertian ini dapat digunakan untuk memahami ucapan itu. Yesus itu adalah Firman Yang Menjadi Manusia. Melihat Yesus berarti melihat Allah Bapa. Kasih agapetos lah yang menghantar sampai kesimpulan: Dirimu adalah diriku, dan Diriku adalah Dirimu.

 

RENUNGAN

 

Dari pembahasan di atas, maka ada beberapa hal yang patut kita renungkan dan hayati dalam Minggu 1 Epiphanias ini, yakni:

 

1)    Marilah kita hidup sebagai manusia yang sudah ditentukan sebagai warga Kerajaan Sorga. Sebagai warga sorga yang masih tinggal di bumi kita harus menunjukkan sikap yang baik dan benar di hadapan sesama manusia.

2)    Senantiasa hidup dalam pertobatan. Pertobatan itu bisa terjadi berkali-kali. Itu tergantung pada seberapa banyak kita melakukan dosa dan kejahatan, maka sebanyak itupulalah kita harus melakukan pertobatan.

3)    Hidup sebagai orang yang sudah diampuni untuk mengampuni. Kita harus senantiasa saling memberikan pengampunan sebagai bukti kita sudah melakukan pertobatan. Karena itu, jadilah orang yang meyakini bahwa Yesus adalah Anak Allah yang telah datang ke dunia ini untuk memberikan penebusan dan keselamatan kekal kepada kita semua. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

 

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...