Sabtu, 05 Februari 2022

KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS V Minggu, 06 Pebruari 2022 “MENJADI PENGIKUT YESUS” (Markus 1:16-20)

 KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS V

Minggu, 06 Pebruari 2022

 

MENJADI PENGIKUT YESUS

Kotbah: Markus 1:16-20  Bacaan: Yesaya 6:9-13




 

Dalam Minggu ini kita memasuki Minggu Epipahnias V. Tema kotbah yang akan kita renungkan “Menjadi Pengikut Yesus”. Menjadi pengikut Yesus itu berarti ada proses yang akan kita jalani dan lewati. Dalam perikope Minggu ini kita melihat Yesus sedang memanggil empat orang menjadi murid-Nya, yakni Simon, Andreas, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes. Keempat orang ini bekerja sebagai nelayan. Tentu ketika kita berbicara tentang “Panggilan”, konotasinya selalu tentang orang yang dipanggil untuk jadi Hamba Tuhan seperti keempat murid tadi, padahal kalau kita melihat Kitab Suci, bukan sekedar itu saja. Hidup ini adalah panggilan.

 

Dalam perikop panggilan Tuhan Yesus kepada Yakobus, Yohanes, Andreas, dan Simon ini, Markus sengaja mengulang-ulang satu kata, yaitu “jala”. Ini bukan sekedar mengingatkan bahwa mereka adalah nelayan, tapi bahwa dengan jala itu mereka bisa mendapatkan ikan. Jala merupakan alat, dan melalui alat ini mereka dapat menangkap ikan sebagai sumber penghasilan; bahkan jika mereka kerja sungguh-sungguh, dengan jala ini mereka bisa menjadi kaya, hidup yang diberkati.

 

Dalam keseluruhan ceritanya, ada beberapa hal yang ditampilkan; ada TuhanYesus, ada murid yang dipanggil, Danau Galilea, jala, ayah, orang upahan, perahu, dan banyak orang-orang di sekitar tempat itu. Kita berbicara secara alegoris, bahwa setiap manusia memiliki keadaan yang sama juga di tempat kita berada; ada sekolah, fasilitas-fasilitas, tempat bekerja, kantor, masyarakat, bahkan orang-orang upahan (pembantu-pembantu). Waktu semua itu dirangkai menjadi satu, akan tampak jelas perbedaan antara orang Kristen/orang-orang percaya dengan orang-orang tidak percaya; dan yang membedakan cuma satu, bukan situasinya, melainkan panggilan.

 

Panggilan itulah yang membedakan kita. Tuhan Yesus mengatakan: “Marilah ikut Aku, kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Dari penjala ikan menjadi penjala manusia; dalam bahasa Inggrisnya: dari fisherman menjadi fishers of men.Ini satu kata yang dekat, hampir mirip, tapi sebenarnya merupakan terobosan, satu perubahan yang dahsyat, satu transformasi melalui panggilan itu, karena jikalau tidak mau mendengar maka mereka akan kehilangan arah hidup sehingga apapun yang dilakukan semuanya sia-sia. Fisherman itu suatu pekerjaan di dalam dunia kesementaraan, lalu dipanggil menjadi penjala manusia, ditransformasi menjadi sesuatu yang bernilai kekekalan. Inilah Kekristenan.

 

Ketika Yesus memanggil Petrus, Petrus langsung meninggalkan jalanya dan mengikut Dia. Apakah kita pikir ini gampang? Petrus ini, dikatakan bahwa dia langsung ikut, meninggalkan semuanya. Itu tidak gampang. Kalau seandainya saat itu Petrus menolak, maka kita tidak pernah tahu kisah tentang Petrus, tentang bagaimana pergumulan Petrus. Kalau dia menolak, dia raib ditelan oleh kesementaraan, “siapa itu Petrus” jadi tidak penting. Dan saat itu Petrus sedang menebarkan jalanya, dia sibuk; dia menebarkan jalanya karena dia tahu saat itu musim tangkap ikan. Panggilan selalu merupakan satu ujian yang berat. Mana yang lebih mudah, menerima pelayanan saat usaha kita sedang sepi, tidak ada pekerjaan, atau saat usaha sedang sukses, booming, ramai, dan kita pasti sibuk? Tuhan Yesus seringkali mengambil orang-orang yang sedang dalam keberhasilan, untuk menguji mereka, apakah mereka bisa melepaskannya atau tidak. Ujian itu bisa datang, dan datangnya sewaktu-waktu. Seperti juga panggilan kepada Abraham, yang sudah mapan di situ, sudah punya banyak relasi, lalu tiba-tiba Tuhan berkata: “Tinggalkan tempat ini.” 

 

Selanjutnya dikatakan: Lalu mereka segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Mrk 1:18). Kata “segera” muncul di sini. Dalam Injil Markus, kata “segera” ini seringkali muncul. Mengapa kata “segera” itu muncul. Markus pernah menerima satu masalah, dia meninggalkan pelayanan karena ogah-ogahan. Di situ Paulus marah sekali. Dalam perjalanan kedua, Paulus berkata kepada Barnabas bahwa orang ini tidak bisa diajak ikut, dia tidak bertanggung jawab. Salahkah Paulus? Tidak. Paulus itu orang yang tegas, dia orang yang hebat, dia tidak main-main; dia akhirnya membawa Silas yang bisa berkotbah. Jadi Paulus bukan orang yang sembarangan, dia sudah memperhitungkan bahwa orang seperti Markus memang tidak bisa diajak. Tapi tarikan yang lain, Barnabas yang penuh dengan belas kasihan, mengatakan: “Sudahlah, kasih kesempatan lagi”.

 

Tentu saja semua punya kekurangan dan punya kelebihan, semua pasti ada side effect-nya. Kita dibentuk dari imanensi dan transendensi, dari kasih dan keadilan; dan itu tidaklah gampang. Di tengah-tengah keadaan ditarik dari satu sisi dan ditarik dari sisi yang lain, itu tidak gampang. Pada waktu itu, Markus akhirnya ikut karena Barnabas. Tapi bukan berarti Markus mengabaikan kata-kata Paulus, Markus tahu Paulus itu hamba Tuhan yang benar, lalu dia mulai bergumul dan bergumul. Justru karena tarikan inilah Markus bertobat. Dia menjadi salah seorang penulis Injil. Dan yang lebih indah, Paulus mengerti bahwa rupanya yang dia katakan terlalu keras, sehingga di kemudian hari dia mengatakan: “Panggillah Markus, dia penting untuk kita.” Ini tentunya ini bukan karena situasi atau dinamika yang like-dislike, bahwa yang ini tidak cocok dengan kita, dsb. karena Kekristenan bukan seperti itu.

 

Perkataan “segera” ini penting sekali; dikatakan bahwa segera, langsung, mereka meninggalkan jalanya dan mengikut Dia. Mereka meninggalkan ayahnya, meninggalkan perahunya, meninggalkan orang-orang upahannya. Dan itu berarti mereka juga meninggalkan kekayaannya, karena kalau mereka nelayan yang miskin, tidak mungkin memakai orang upahan. Kita sebagai orang yang bekerja, waktu mau pergi seringkali bingung bagaimana nanti orang-orang yang ditinggalkan, maka dalam hal ini yang dilakukan Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes bukan sesuatu yang main-main. Ini sulit sekali. Tapi mereka lakukan karena tahu hidup mereka bukan fokus pada kekayaan dan keberhasilannya. Hidup mereka berfokus pada apa yang Tuhan mau. Jadi bukan kekayaan melainkan panggilan. Dan panggilan ini sebenarnya adalah kalimat pembebasan dari ikatan pekerjaan itu yang mengikat, membelenggu, memborgol Saudara. Barangsiapa yang belum mau terjun di dalam pelayanan, orang ini sebenarnya belum dibebaskan, masih ada ikatan yang membelenggu sehingga sulit untuk melayani Tuhan. Selalu mikir, selalu hitung-hitugan, karena di balik jala itu ada profesi, ada kenikmatan, yang seringkali justru menghalangi pelayanan. Tapi saat Yesus memanggil mereka untuk meninggalkan profesi yang begitu menggiurkan, pelayanan itu adalah anugerah Tuhan yang begitu besar, maka seharusnya kita segera menerimanya. Saudara mungkin berpikir saya bicara gampang, tapi sebenarnya pergumulan saya juga seperti itu. Melayani tidaklah semudah itu. Waktu kepada Yesaya dikatakan ‘kamu mengabarkan Injil, nanti orang tidak akan menerima kamu’, mungkin Saudara pikir ‘ini ngomong apaan, emangnya ‘gak ada kerjaan??’ Tapi Yesaya taat karena ini Tuhan yang suruh, ini adalah panggilan Tuhan yang tidak pernah salah.

 

Jadi mereka menangkap panggilan sebagai kairos; dan kata “segera” muncul. Orang yang dipanggil untuk melayani Tuhan, itu bukan karena dia hebat punya banyak talenta, melainkan karena Tuhan berbelas-kasihan mau melepaskan dia dari ikatan pekerjaan itu. Kita selalu diikat di dalam kesementaraan, terpatri di situ, berfokus pada apa yang Saudara dapatkan, yang sebenarnya –kalau mau jujur– tidak akan bisa membuat Saudara puas, selalu kurang, kurang, dan kurang, karena hati manusia ada satu kekurangan yang tidak bisa dipenuhi oleh apapun kecuali Tuhan sendiri. Kita betul-betul tidak sadar, kita terus terperangkap dan terfokus di situ. Kita perlu satu transformasi.

 

Apakah Tuhan hanya memakai orang-orang yang hebat saja? Orang-orang yang pintar saja? Atau orang-orang yang kaya saja? Apakah Tuhan memakai orang karena melihat dari bentuk fisik saja? Jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah tidak. Karena Tuhan bisa memakai siapa saja.  Kita bisa melihat dalam Alkitab Tuhan bahkan memakai orang-orang yang dianggap rendah, atau orang-orang biasa untuk melakukan perkara yang luar biasa. Contohnya: Musa (seorang yang kurang pandai berbicara), Daud (hanya penggembala domba dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan saudara-saudaranya), Yeremia (tidak pandai berbicara, dan masih muda), Yusuf (yang dibuang oleh saudara-saudaranya), bahkan dalam perikop kita pada saat Tuhan memanggil dan memakai orang-orang biasa seperti  Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes yang hanya adalah nelayan yang tidak mempunyai pendidikan yang tinggi dan masih banyak lagi contoh-contoh di Alkitab ketika Tuhan memakai orang-orang yang biasa. 

 

Tuhan juga memakai orang-orang yang pintar, yang punya pengaruh, seperti Lukas (Penulis kitab Lukas yang merupakan seorang Dokter), Paulus (seorang yang pintar, dan mempunyai pengaruh), jadi dapat disimpulkan Tuhan bisa memakai siapa saja, karena apa yang dilihat Tuhan tidak seperti apa yang dilihat oleh manusia karena Tuhan melihat hati (2 Sam. 16:7). Kuncinya bukan karena kekuatan, kepandaian, atau kekayaan kita dipakai Tuhan, tetapi tanggapan positif yang kita berikan kepada panggilan-Nya. Saat kita mau dipakai oleh Tuhan, kita mau atau tidak? Dipakai Tuhan bukan berarti kita harus jadi pendeta, kita harus sekolah Alkitab, kecuali bagi kita yang memang terpanggil untuk itu. Akan tetapi dipakai Tuhan bisa lewat kehidupan kita, kita bisa menjadi berkat bagi orang lain, kita menyatakan kasih Tuhan lewat perbuatan kita, kita bisa membantu pekerjaan Tuhan lewat doa, daya, dan dana. Dalam doa, kita bisa berdoa bagi pekerjaan Tuhan, dalam daya, kita bisa ambil bagian dalam pelayanan (singer, WL, pemain musik, penerima tamu, tamborin, dll), dalam dana, kita bisa menopang pelayanan Tuhan dengan harta yang kita miliki.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana sikap/tanggapan kita saat Tuhan mau memakai kita menjadi alat-Nya? Kalau bertolak dari ayat 17: Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."Maka sikap atau tanggapan yang harus dimiliki dalam hal ini merespon panggilan Tuhan adalah:

 

Pertama, kita harus menjawab panggilan Yesus. Dalam ayat 17 Yesus berkata “Mari” ini adalah sebuah kata ajakan, undangan panggilan, di mana keputusan sepenuhnya ada pada kita, kita mau atau tidak?  Kalau kita membaca dalam Markus 1:16-20, saat Tuhan Yesus mengajak Petrus dan Andreas, apakah mereka menolak, tidak. Mereka menerima panggilan Tuhan, dan kalau dilihat mereka bahkan meninggalkan pekerjaan mereka untuk menerima panggilan Tuhan. Dalam hal ini mereka meninggalkan kehidupan mereka yang lama, dan mau menerima panggilan Tuhan.

 

Tuhan mau memakai kita, tetapi terkadang kita yang mengeraskan hati kita, kita selalu mengatakan saya belum bisa, saya belum siap. Kita tidak perlu ambil contoh yang sulit, contoh yang sangat muda ketika bapak/ibu, saudara/i semua datang ke tempat ini untuk beribadah, untuk datang berdoa, ini merupakan respons sikap yang baik terhadap Tuhan. Mungkin saat bapak/ibu, saudara/i ke tempat ini, meninggalkan segala kesibukan, pekerjaan. Ini merupakan langkah awal yang baik untuk  merespon panggilan Tuhan untuk siap dipakai oleh Tuhan. Akan tetapi jika untuk datang beribadah saja, atau untuk datang berdoa saja, kita tidak mau, bagaimana Tuhan mau memakai kita. Ingat bahwa dibutuhkan kerelaan yang didasari oleh kesadaran penuh untuk memenuhi panggilan Tuhan. Bukan karena merasa terpaksa atau dipaksa. Kerelaan mencakup kesiapan kita dan melepaskan keinginan atau harapan pribadi.

 

Kedua, kita harus mengikuti teladan dan perintah Yesus. Ayat 17 Yesus juga berkata, “Ikutlah”, kata ikutlah merupakan sebuah kata perintah, ketika kita sudah menjawab ya terhadap panggilan Tuhan, maka Tuhan ingin kita mengikut Dia.  Kata Ikutlah menunjuk kepada sikap yang mau melangkah di belakang Yesus. Pada saat ada seseorang yang menyuruh kita untuk mengikutinya, apakah kita akan berjalan didepan orang tersebut atau di belakangnya, pasti kita akan berjalan di belakangnya, mengikuti ke mana di pergi dan kita melihat bagaimana Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes dan murid”lainnya selalu mengikuti ke manapun Yesus pergi, dalam hal ini Tuhan Yesus mau kita mengikuti teladan Tuhan Yesus, selama Tuhan Yesus berada di bumi, banyak hal yang Tuhan Yesus ajarkan lewat perbuatan dan perkataan-Nya, Inilah yang harus kita ikuti. Ingat bahwa saat kita mengikuti manusia, manusia bisa mengecewakan kita, karena semua manusia masih bisa berbuat salah. Akan tetapi jika kita memandang Yesus sebagai satu-satunya teladan yang harus kita ikuti maka kita tidak akan pernah kecewa.

 

Salah satu contoh yang bisa kita teladani dari Yesus adalah, kehidupannya yang penuh kasih, inilah sikap yang harus kita miliki. Maukah kita melihat sekitar kita dan melakukan apa yang pernah dilakukan oleh Yesus? Maukah kita mengikuti semua teladan Yesus? Jika kita mengaku murid-murid Yesus, pengikut Yesus, Orang Kristen seharusnya kita mengikuti teladan Yesus. Jika perbuatan dan perkataan kita tidak seperti Yesus, dapatkah kita disebut sebagai pengikut Yesus?. Memang dalam mengikuti teladan Yesus, kita harus memiliki komitmen.  Mungkin kita mencoba menjawab “kita kan masih manusia biasa, masih bisa buat salah,” ia siapa juga yang bilang kita bukan manusia, jika dilihat dalam pembacaan kita, Petrus salah satu contoh, dia masih melakukan kesalahan, bahkan sampai menyangkal Yesus, akan tetapi kita lihat bagaimana kehidupannya setelah dia menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. Tuhan memakai dia dengan luar biasa. Dan saya yakin Tuhan juga bisa memakai saya, dan kita semua yang manusia biasa untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang luar biasa. Asalkan kita mau mengikuti teladan Yesus dan menyerahkan diiri kita seutuhnya.

 

Ketiga, kita harus siap dibentuk dan dipakai Yesus. Kata ketiga yang diucapkan Yesus dalam ayat 17 adalah “Kujadikan”, kata ini menunjuk kepada apa yang akan Tuhan lakukan dalam kehidupan kita.  Jika dilihat dalam teks ini, Petrus dan Andreas adalah seorang penjala ikan. Akan tetapi ketika mereka mau menerima panggilan Tuhan serta mengikuti Tuhan Yesus maka, Yesus menjadikan mereka bukan lagi sebagai penjala ikan melainkan penjala manusia. Dalam hal ini Tuhan memakai apa yang ada pada mereka, yang awalnya menjala ikan, sekarang menjala manusia, jadi dapat diaplikasikan kepada kita adalah Tuhan akan pakai apa yang ada pada kita, masa lalu kita, pekerjaan kita, talenta kita, atau apapun itu untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang besar. 

 

Kita bisa lihat banyak contoh dalam Alkitab. Musa yang hanya memiliki tongkat, Tongkat itu dipakai Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya (tongkat berubah menjadi ular, tongkat itu yang dipakai untuk membela laut Teberau). Daud yang awalnya seorang penggembala domba, dan peralatan sebagai penggembala domba  seperti tongkat, dan senjata untuk mengalahkan binatang-binatang buas. Itu juga yang dipakai oleh Tuhan saat Daud mengalahkan Goliat, bukan hanya itu saja yang awalnya menggembalakan domba, Daud dipakai Tuhan menggembalakan umat Israel. Paulus, yang dulunya Ekstrim dan Radikal dalam menganiaya orang Kristen, dipakai Tuhan juga secara Ekstrim dan Radikal untuk memberitakan Injil. Oleh sebab itu Tuhan bisa memakai apa saja yang ada pada kita, baik itu pekerjaan kita, masa lalu kita, talenta kita, apapun itu bisa dipakai Tuhan.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu V Epiphanias ini?

 

Pertama, maukah kita dijadikan Tuhan seperti apa yang Tuhan kehendaki? Kata “Kujadikan” berarti Tuhan mau membentuk kita melalui proses kehidupan, sehingga kita menjadi alat Tuhan yang siap dipakai oleh Tuhan. 

 

Kedua, maukah kita mengikuti teladan Tuhan Yesus, dan kita siap dibentuk dan dipakai-Nya untuk melayani Keluarga, Gereja dan Masyarakat? Kita harus yakin dan percaya di manapun, kapanpun, dan walaupun kita hanya orang biasa, yang mungkin tidak diperhitungkan oleh dunia, kita akan dipakai Tuhan untuk menyatakan kasih dan kuasa-Nya di tengah-tengah kehidupan ini. Karena itu, berilah dirikita untuk dipakai TUHAN menjadi alat-Nya selama kita masih hidup di dunia ini. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...