Rabu, 08 September 2021

Renungan hari ini: “JANGAN KUATIR” (Filipi 4:6)

 Renungan hari ini:

 

“JANGAN KUATIR”




 

Filipi 4:6 (TB) "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur"

 

Philippians 4:6 (NET)  "Do not be anxious about anything. Instead, in every situation, through prayer and petition with thanksgiving, tell your requests to God"

 

Nasihat “Jangan Kuatir” ini Paulus sampaikan kepada jemaat di Filipi untuk menguatkan iman mereka menghadapi segala pergumulan iman mereka. Tentu setiap orang dapat mengalami kuatir, takut, dan cemas di dalam hidupnya. Ketiga kata negatif yang terkait erat dan saling digunakan sebagai sinonim. Dalam masa pandemi Covid 19 sekarang ini kita mengalami banyak ketakutan, masalah kesehatan, ancaman kematian, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, keamanan keluarga, dsb. Melalui rasa takut, kuatir, dan cemas, sering berujung membuat kita kehilangan damai dan sukacita. 

 

Apa sebenarnya perbedaan ketiga kata tadi? Untuk lebih memahami kita dapat membedakan ketiga kata ber-eratan tersebut.

 

Pertama, kuatir (worry) berbicara tentang segi kognitif atau berpikir tentang masalah atau ketakutan yang menyebabkan rasa takut itu. Kuatir adalah berpikir tentang hal-hal di depan yang menciptakan perasaan cemas. Kuatir ada proses berpikir. Berpikir hal-hal yang membangunkan ketakutan akan mencuri sukacita kita.

 

Kedua, takut (fear) adalah respon emosi terhadap suatu ancaman yang benar-benar ada. Misalnya penyakit berat yang dialami, atau ancaman yang dibayangkan, misalnya membayangkan mengalami Covid-19 dan dirawat di rumah sakit. Dengan berpikir ancaman-ancaman itu menimbulkan perasaan negatif takut itu. Dan ini akan mencuri waktu kita sekarang karena ketika kita merasa takut bisa menyebabkan kita kehilangan kekuatan untuk menikmati dan melakukan hal-hal yang perlu kita lakukan sekarang.

 

Ketiga, kecemasan adalah antisipasi terhadap ancaman-ancaman ke depan ditandai dengan kegelisahan mendalam. Misalnya cemas kapan Covid-19 akan selesai, akan kehilangan pekerjaan, akan mengalami gangguan kesehatan, dsb. Ketika kita cemas, dia akan mencuri damai kita.

 

Dari data sebuah survey, 7,3% atau 1 dari 13 orang menderita masalah kecemasan, kuatir yang sudah kronis (parah). Tidak heran Alkitab banyak berbicara tentang takut, kuatir dan cemas yang menunjukkan perhatian Tuhan terhadap masalah ini. Bisa dipahami karena takut ini mencuri anugerah Allah hidup dengan damai sejaterah dan sukacita-Nya. Bahkan kurang lebih dalam Alkitab ada 365 ungkapan 'Jangan takut!' seolah-olah Tuhan sangat sadar kekhawatiran yang dialami manusia dan mengingatkan dan memberikan dorongan setiap hari agar tidak takut.

 

Kita mengenal tiga jenis takut. Pertama, takut akan ancaman yang nyata sehingga kita bereaksi menghindarkan ancaman itu. Misalnya kita bahaya infeksi virus Corona, karena itu kita tinggal di rumah, sering cuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain dan menjaga kesehatan. Ini adalah takut yang sehat, yaitu takut yang melindungi diri dari bahaya (Ams. 27:12).

 

Kedua adalah “takut Tuhan”. Takut Tuhan adalah sikap yang menghormati Tuhan karena siapa Dia adalah Allah. Sikap ini memiliki dampak luas karena berhubungan dekat dengan iman kepada Dia, takut melakukan dosa; menghormati otoritas yang Tuhan tetapkan, yaitu keluarga, gereja dan pemerintah. Ini adalah takut yang sehat dan membawa segala berkat Allah (Misal, Ams. 19:23).

 

Ketiga, takut kronis, tidak sehat karena tidak jelas lagi penyebabnya. Kita tahu takut ini dimulai dari dosa dan dari sitasi yang dialami, didengar atau diasumsikan. Takut kronis potensi menjadi kecemasan, stres dan depresi. Takut kronis membuat kita kehilangan kekuatan, sehingga tidak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Jelas Allah tidak menghendaki kita memiliki roh takut seperti ini (2 Tim. 1:7).

 

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana car akita menghadapi?

 

Pertama, belajar menerima situasi. Para psikolog berpendapat bahwa menerima situasi yang sering ditolak misalnya keadaan buruk adalah cara terbaik untuk mampu memulai mengurangi rasa kuatir. Dalam hal ini khususnya anak-anak Tuhan bukanlah hal yang sukar untuk dilakukan. Karena orang yang mengenal Dia tahu bahwa situasi yang menghawatirkan sekalipun tidak berarti bahwa Allah sedang meninggalkan umat-Nya. Tetapi justru anak-anak Allah tahu kepada siapa ia datang. Yah.. memang tidak mudah untuk memutar balik perasaan kita, akan tetapi ini juga adalah bagian daripada proses anak-anak Tuhan untuk semakin dewasa dalam menyikapi segala setuatu bahwa kemungkinan masalah besar yang akan terjadi.

 

Kedua, berharaplah kepada Allah. ”Berharap” adalah kata klasik yang sangat sering digunakan oleh orang-orang Kristen untuk menantikan sesuatu yang lebih baik dalam hidupnya. Tak hanya orang kristen tetapi mereka yang memiliki ideologi sekuler. Berharap adalah sikap terbaik tanpa harus menguras energi dan memperburuk suasana, karena berharap adalah salah satu usaha kognitif untuk menerima sesuatu yang lebih baik. Dalam hal ini orang Kristen adalah ahli dalam berhapa, suka menaruh harap tekhususnya kepada Tuhan. Namun tak jarang pula orang kristen yang sebelumnya berhadap tetapi oleh karena goncangan dan kekhawatiran membuat pengharapannya pudar melemah, bahkan berhenti berharap (hopeless). Untuk menemukan kembali sikap ini, kita perlu datang kembali sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk memperbaiki sikap hati kita yang mulai dingin kepada Tuhan, melalui firman dan hikmat yang Ia berikan dapat menolong kita untuk berdamai kembali dengan diri kita.

 

Ketiga, mengucap syukur. Dalam ajaran kekristenan mengucap syukur adalah cara terbaik untuk menerima segala hal atau apapun yang kita alami. Mulai dari yang terburuk sampai yang terbaik. Tindakan mengucap syukur membuat disukai Allah, karena hal ini tandanya bahwa kita mengharagai setiap kehidupan kita bahkan situasi yang buruk sekalipun. Allah akan sangat menyukai pribadi-pribadi yang mengucap syukur untuk kemudian berkat-berkat Tuhan akan dialirkan kembali kepada kita. Lebih lanjut, tak lupa bahwa mengucap syukur ini kita bahwa dalam doa dan permohonan-permohonan kita kepada Allah, kita anak-anakNya akan sangat dikasihi dan memberikan keadamaian dan jalan keluar untuk setiap masalah-masalah kita. Karena itu, kurangilah rasa takut tetapi tingkatkanlah keberanian di dalam TUHAN menghadapi semua pergumulan hidup kita. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...