Renungan hari ini:
“JANGAN BERSUNGUT-SUNGUT”
Keluaran 16:12 (TB) "Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu"
Exodus 16:12 (NET) “I have heard the murmurings of the Israelites. Tell them, During the evening you will eat meat, and in the morning you will be satisfied with bread, so that you may know that I am the Lord your God”
Sungut-sungut adalah istilah atau kata yang diartikan sebagai sebuah tindakan mengeluh dan mempersalahkan Tuhan atau orang lain atas suatu keadaan tertentu. Bersungut-sungut merupakan tindakan yang berkaitan dengan perkataan mulut, namun ada hubungan mendalam dengan apa yang terkandung dalam hati, sebab perkataan yang keluar dari mulut berasal dari hati. Sungut-sungut termasuk dosa.
Bersungut-sungut adalah reaksi spontan yang timbul karena ketidakpuasan, kekecewaan, ataupun kekesalan yang timbul akibat apa yang diterima tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena ketidakmampuan mengatasi kekecewaan dan ketidakpuasan, maka timbulah reaksi bersungut-sungut. Reaksi ini biasanya dimiliki oleh pribadi yang kurang bersyukur atau tidak pernah bersyukur. Karenanya sikap dan response selalu negatif.
Bangsa Israel terlihat bersungut-sungut manakala dalam pengembaraan mereka saat keluar dari mesir menuju tanah perjanjian menemui tantangan dan halangan. Lalu mereka membandingkan situasi saat itu dengan situasi sebelumnya saat mereka dalam penindasan Mesir. Kebiasaan ini sebenarnya adalah sebuah kebiasaan yang tidak baik, yakni membanding-bandingkan sebuah situasi saat ini dengan situasi sebelumnya, karena akan meperkeruh suasana hati bangsa Israel sehingga mereka kehilangan rasio akal sehat.
Bangsa Israel setelah keluar dari Mesir dan masuk dalam padang gurun, masalah demi masalah mulai mereka hadapi. Selama 430 tahun mereka jadi budak membuat mereka tidak siap ketika menghadapi tantangan atau masalah.
Mereka mulai bersungut-sungut kepada Musa dan Harun yang mereka anggap sebagai biang keladi yang membuat mereka menderita. Secara tidak langsung mereka sesungguhnya bersungut-sungut kepada Allah karena Allah yang memerintahkan Musa dan Harun untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.
Bersungut-sungut atau mengomel atau menggerutu merupakan bukti mereka tidak percaya kepada Allah. Mereka pikir Allah tidak sanggup melepaskan mereka dari masalah yang mereka hadapi di padang gurun. Mereka melihat masalah lebih besar dari 10 tulah yang Allah nyatakan di depan mereka ketika membawa mereka keluar dari Mesir. Allah menolong mereka tetapi mereka harus menjalani 40 tahun di padang gurun akibat bersungut-sungut.
Mungkin keadaan kita seperti bangsa Israel, kita sedang mengalami masalah. Kita berada di padang gurun, masalah demi masalah menerpa kita. Kita putus asa dan sepertinya tidak melihat jalan keluar. Tetapi jangan bersungut-sungut, karena persungutan tanda tidak percaya kepada Allah dan membuat Allah sedih karena meragukan kuasa-Nya.
Dalam kehidupan bergereja dan bersekutu seringkali kita merasakan hal yang seperti itu. Pergantian Pendeta terkadang membawa gejolak dalam kehidupan persekutuan. Kondisi itu akan semakin keruh manakala ada pribadi-pribadi yang suka membanding-bandingkan situasi saat ini dengan situasi yang lalu. Dianggapnya sosok yang sekarang kurang berkualitas dibandingkan yang sebelumnya. Jika ini terus terjadi maka ada potensi gejolak yang tidak kecil yang pada akhirnya menghambat kita dalam membangun persekutuan di GKPA yang kita cintai ini.
Mari mengatasinya dengan menjadi pribadi yang selalu bersyukur tanpa membanding-bandingkan situasi saat ini dengan yang lalu. Manakala kita mampu menerima dengan pribadi yang baru tentu membawa situasi yang baru. Tak perlu terlalu reaktif dalam menyikapinya. Terimalah saja dengan syukur dan doa, karena Tuhan pasti punya rencana yang terbaik atas persekutuan kita
Bagaimana supaya tidak bereaksi dengan bersungut-sungut, terhadap persoalan yang terjadi?
Pertama, kita harus mampu mengucap syukur (1 Tes. 5:18). Adalah reaksi yang baik ketika diperhadapkan dengan persoalan yang kita tampilkan adalah “Ucapan Syukur.” Itu artinya kita bisa menerima kejadian apapun dan situasi apapun dengan hati yang lapang dan teguh bahwa kejadian apapun itu baik.
Kedua, kita harus mengingat segala sesuatu mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Kalau kita memahami kebenaran ini, maka kita mengerti bahwa “Masalah itu hanya menjadi bungkus dari kebaikan ALLAH.” Di dalam setiap persoalan ada kebaikan ALLAH di dalamnya bagi kita, untuk itu tidak usah bersungut-sungut sebab kita akan menerima kebaikan di dalam masalah itu.
Ketiga, kita harus hati-hati dengan mulut kita (Ams. 18:21). Hidup dan mati dikuasai oleh lidah, jika kita suka menggemakannya maka akan memakan buahnya, olehnya hati-hati dengan perkataan kita ketika meresponi suatu persoalan atau kejadian. Apa yang kita katakan akan berdampak dalam hidup kita, mengenai perkataan harus hati-hati sehingga kita tidak mengalami dampak yang buruk. Karena itu, berjuanglah untuk tidak besungut-sungut sebab itu bukan sikap orang yang beriman kepada TUHAN. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini