Minggu, 16 Desember 2018
Kotbah: Hosea 14:2-9 Bacaan: Lukas 13:23-30
Saat ini kita memasuki Minggu Adent III. Dalam Minggu ini kita akan merenungkan tema “Pertobatan dan Janji Keselamatan”.Tema utama dalam Advent III adalah pertobatan. Pertobatan adalah menjadi hal yang penting untuk meraih janji keselamatan. Tanpa pertobatan kita tidak akan bisa selamat. Bahkan baik tidaknya kehidupan kerohanian kekristenan kita tergantung dari pengalaman pertobatan kita. Beberapa orang mengalami pertobatan secara mendadak dan setelah itu kehidupannya mengalami transformasi. Namun tidak sedikit yang mengalami proses pergumulan yang sangat sulit. Pertobatan secara spontan ataupun melalui pergumulan sulit adalah baik karena mengandung sesuatu keinginan untuk berubah dari cinta kegelapan dan sekarang mengejar kesucian. Dan hal ini sangat berbeda dengan pertobatan Israel yang tidak ada kesungguhan untuk berdamai dengan Allah yang pada akhirnya akan membawa pada penghakiman.
Perikop ini adalah pasal terakhir dari kitab Hosea di mana di pasal ini ditutup dengan kalimat pengharapan yang menyegarkan jiwa manusia. Kita tahu bahwa pasal pertama kitab Hosea dipenuhi oleh kemarahan Allah terhadap bangsa pilihan yang memberontak terhadapnya. Seperti cerita dari anak terhilang yang berdosa besar terhadap Papanya, ibarat seperti banyak di dalam cerita novel yang diakhiri dengan kisah kemenangan demikian pula dengan kotbah Hosea. Murka Tuhan yang mendatangkan penghukuman telah digantikan dengan tawaran kasih Allah yang akan memberikan berkat.
Kita melihat betapa baiknya Allah kita, keinginan pendamaian bukanlah keinginan manusia melainkan hasrat Tuhan sendiri seperti kasih Kalvari yang siap mengampuni orang yang mau datang kepadanya. Memang kita melihat pada akhirnya Israel telah terlambat, pada saat kesempatan telah habis namun ternyata bangsa ini tetap tidak mau bertobat sehingga akhirnya Israel mengalami kehancuran dibawah Assyria. Namun walaupun begitu bangsa ini tetap dikasihi Tuhan, bangsa perjanjian yang akan tetap diingat Tuhan sampai selamanya seperti Tuhan mencintai Gerejanya. Pelajaran ini memberikan pengharapan bahwa masih ada kesempatan, anugerah masih terbuka, Allah masih setia menunggu pertobatan manusia.
Ada beberapa hal penting yang kita pelajari dari teks hari ini dalam rangka merayakan Advent III, yakni:
Pertama, seruan untuk bertobat (ay. 2-3).Kalimat bertobat adalah berita yang paling penting di dalam mimbar Gereja. Hosea mulai menyerukan pertobatan pada pasal 14. Kalimat bertobat adalah kalimat yang begitu powerfull yang sanggup membelah jiwa manusia sedalam-dalamnya dan kalimat ini juga yang diteriakkan oleh pahlawan-pahlawan iman didalam seluruh sejarah Gereja. Maka salah satu gereja yang benar adalah gereja yang berani meneriakkan salib Kristus dan pertobatan.
Dijaman sekarang kita sudah begitu jarang melihat ada Pengkotbah yang berani meneriakkan kalimat seperti ini. Mengapa? Karena banyak Pengkotbah sendiri yang tidak bertobat maka jikalau Pengkotbahnya sendiri tidak mengalami transformasi pertobatan bagaimana mungkin dia akan berani meneriakkan kalimat yang begitu powerfull ini? Pengkotbah yang tidak suci hidupnya, tidak beres motivasinya tidak jujur hatinya tidak mungkin memiliki keberanian untuk meneriakkan kalimat ini. Misalnya: Yohanes Pembaptis.Yohanes Pembaptis adalah seorang yang begitu unik yang memulai lembaran sejarah baru maka kotbah pertama kali di dalam Perjanjian Baru diawali dengan kalimat, “Bertobatlah kamu sebab kerajaan Allah sudah dekat” (Mat. 3:2). Teriakan-teriakan Yohanes Pembaptis yang begitu berani penuh dengan urapan Allah menyerukan manusia untuk bertobat. Maka sewaktu Yohanes memulai pelayanannya gereja mengalami transformasi selain banyaknya manusia yang bertobat dari dosa-dosa juga gereja tidak dibatasi lagi dengan segala tradisi dan gedung. Kalau tadinya orang datang ke Bait Allah untuk mendengarkan Firman yang disampaikan oleh ahli taurat maka sekarang Firman telah pindah ke padang gurun jauh diluar segala persyaratan manusia. Puluhan ribu manusia pergi kepadang belantara untuk apa? Mencari Firman. Kalau begitu maka Bait Allah yang tadinya ramai sekarang menjadi sepi, jiwa manusia begitu haus untuk mencari Firman sejati tidak seperti ucapan pemimpin agama yang secara otak penuh dengan bidang akademik namun tidak ada urapan Allah didalamnya. Dengan cara yang sama saya melihat jaman sekarang yang begitu rusak ini mimbar memerlukan berita Yohanes Pembaptis.
Hosea mengakhiri isi kotbahnya kurang lebih 2700 tahun yang lalu dengan berita pertobatan, “Bertobatlah hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu”. Kalau dipikir-pikir memang aneh, seolah-olah Allah tidak konsisten di dalam tindakan-Nya.Allah melalui kotbah-kotbah Hosea dengan sangat keras berjanji untuk menghancurkan Efraim yang sangat menyakiti hati Tuhan, tetapi kenapa tiba-tiba Allah berubah pikiran? Inilah paradox Calvary, kuasa maut kekal dihancurkan, si penjahat yang disalib disebelahnya diampuni. Kita tahu melalui latar belakang sejarah bahwa Nabi Hosea adalah Nabi terakhir dikerajaan Israel utara atau Samaria. Dengan kata lain Hosea menjadi penentu terakhir buat mati hidupnya bangsa ini. Kemungkinan juga Hosea menjadi saksi sejarah kehancuran Israel. Jadi kalau sampai kotbah terakhir Allah masih memberikan kesempatan untuk bertobat bukankah begitu besar kasih Allah? Namun sangat sayang sekali mayoritas Israel tidak bertobat akibatnya mereka sengsara dibawah Assyria. Jikalau seandainya sampai akhir mereka merespon kotbah Hosea maka penghakiman Allah melalui Assyria akan dibatalkan, seperti Niniwe yang bertobat. Pelajaran sejarah ini juga menjadi peringatan buat kita semua supaya jangan bermain-main dengan dosa lagi karena Allah sangat murka. Bertobatlah dengan sungguh-sungguh selagi firman peringatan engkau dengar saat ini. Yesaya 55:7 mengatakan baiklah orang fasik meninggalkan jalannya dan orang jahat meninggalkan rancangannya, baiklah ia kembali kepada Tuhan maka Dia akan mengasihinya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.
Kedua, seruan untuk mempersembahkan hatikita (ay. 3).Hosea menjelaskan bagaimana cara pertobatan yang baik. Di ayat 3 dikatakan bawalah sertamu kata-kata penyesalan dan bertobatlah kepada Tuhan! Katakanlah kepadanya “ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami. Dari ayat ini Hosea mengajak kita untuk mempersembahkan hatikita untuk TUHAN. Pertobatan harus keluar melalui hati yang sungguh-sungguh untuk mau kembali kepada Tuhan, bukan melalui pengakuan rutin di mulut saja atau melalui upacara agama. Kalau engkau bertobat sadarilah bahwa dirimu begitu kotor di hadapan Allah karena dosa telah membelenggu kita. Berseru dan memohon kepada Allah untuk mengampuni dan melepaskan segala ikatan dosa. Pertobatan akan mengingatkan kita untuk tidak menjadi sombong, menyadari bahwa diri kita adalah manusia berdosa yang ditebus oleh anugerah semata-mata. Dan sebagai manusia baru pun kita tidak kebal terhadap kesalahan selagi daging masih menempel di dalam jiwa kita.
Ketiga, sertuan untukberjanji atau bertekad tidak mengulang kesalahan lagi (ay. 4).Pertobatan bukan hendak menyuruh Tuhan berubah melainkan dirikita yang harus berubah. Doa pengampunan yang disampaikan kepada Allah harus dibarengi dengan doa yang tulus, berjanji untuk bersungguh-sungguh menjalani hidup baru. Pengakuan yang bersungguh-sungguh lebih baik dari pemberian sapi jantan (Mzm. 69:32). Di dalam Hosea 14:4 konteksnya sangat jelas, kalau tadinya Israel berharap sama Asyur dan melupakan Tuhan maka sekarang tidak lagi. Kalau tadinya berharap kepada patung buatan tangannya sendiri sekarang berharap kepada Allah. Dengan cara yang sama kita semua memiliki kelemahan-kelemahan dosa, kalau tadinya kamu suka berzinah sekarang jangan lagi berzinah, kalau tadinya suka mencuri maka jangan mencuri lagi, berdansa, omong kotor sekarang tinggalkan semuanya itu. Bertekad dihadapan Tuhan memohon kekuatan untuk mengejar hidup suci itulah pertobatan sejati.
Keempat, janji pemulihan dan berkat (ay. 5). Kita akan melihat janji Tuhan yang sangat indah bagi mereka yang mau bertobat dan datang kepada-Nya. Tuhan melalui Hosea berjanji bahwa TUHAN akan memulihkan dan mengasihi mereka. Kalau tadinya kita menjadi musuh Allah dan Allah terus murka terhadap kita maka sekarang kita akan menjadi kekasih TUHAN. Yesaya 12:1 mengatakan, “Murkamu telah surut dan engkau menghibur aku”. Betapa indahnya kalimat ini, siapa yang tidak ingin menjadi kekasih Allah? Kalau kita mengasihi anakmu kira-kira apa yang akan engkau lakukan terhadapnya, apalagi Tuhan. Tidak ada obat apapun yang dapat menyembuhkan penyakit jiwamu, hanya Allah di dalam Kristus yang mampu membersihkan segala kekotoran dosamu.
Dan selanjutnya Hosea ayat 6 mengatakan bahwa kasih Allah kepada kita seperti embun. Embun adalah salah satu kebutuhan yang sangat fital buat kehidupan agraris di Timur Tengah. Tidak ada air berarti adalah bencana kematian dan kehancuran, jikalau gagal panen maka negara akan hancur, itulah sebabnya air begitu penting. Embun yang menetes kebawah membasahi tumbuhan dan tanah akan memberikan sumber kehidupan. Embun bagi orang Yahudi begitu pentingnya oleh sebab itu di dalam agama dan tradisi Yahudi dalam penyambutan hari pertama paskah mereka menaikkan doa agar Allah menurunkan embun. Setelah embun membasahi bumi maka tumbuh-tumbuhan akan bertumbuh secara pesat. Bayangan ini bisa saudara lihat melalui film-film ilmu pengetahuan yang salah satunya terjadi di Afrika terutama daerah-daerah kering.
Pada saat musim panas semua gersang dan tidak sedikit binatang yang mati kehausan dan begitu hujan mengguyur langsung tanah yang tadinya tandus dalam waktu singkat menjadi hijau dan kehidupan dimulai kembali, beginilah siklus kehidupan berjalan selama ribuan tahun. Hosea mengatakan bahwa Israel akan seperti bunga bakung atau lily didalam bahasa inggris. Tanaman ini setelah terkena embun atau air maka akan bertumbuh begitu pesat, bunga bakung termasuk tanaman liar yang banyak bertumbuh di Israel.
Kelima, jadilah bijak (ay. 9-10). Yang terakhir yang juga adalah penutup kitab Hosea diakhiri dengan pertanyaan hikmat, siapa yang berbijaksana biarlah ia memahami semuanya ini (10). Akibat ulah Efraim yang berzinah dengan berhala mengakibatkan penderitaan. Maka setelah Tuhan memberikan janji pembaharuan yang begitu indah, Efraim berkata di ayat ke 9 bagaimana dengan berhala-berhala? Dan pertanyaan ini langsung di jawab Tuhan bahwa tidak ada sangkut pautnya sama sekali antara Allah dan setan, yang menciptakan segala sesuatu dengan benda ciptaan. Tuhanlah yang memperhatikan dan memelihara Efraim seperti pohon sanobar yang menghijau sebagai gambaran sumber kehidupan. Seperti Hosea yang mencintai Gomer dan membawa kembali ke jalan Tuhan. Pertanyaan yang diajukan Efraim sebetulnya sangat bodoh dan menyedihkan hati Tuhan, namun itulah kondisi hati manusia yang dikuasai dosa. Manusia bodoh adalah manusia yang tidak mengerti jalan Tuhan dan baru setelah bertobat manusia akan menyadari dan malu melihat dosanya dimasa lalu. Seperti halnya pengalaman kebodohan kita masing-masing, bagaimana kondisi kita dahulu sebelum mengenal Kristus dan sesudahnya.
Kalau kita merenungkan perkataan Hosea di ayat 10 kelihatannya Hosea menulis dengan beban yang sangat berat, kemungkinan sedikit orang-orang yang merespon khotbah dari Hosea, sampai akhirnya penghakiman Allah benar-benar tiba melalui Assyria. Oleh sebab itu dengan beban dan emosi hatinya Dia mengatakan, siapa yang bijaksana biarlah ia memahami semuanya ini dan siapa yang paham biarlah ia mengetahuinya. Dengan kata lain siapa yang pintar, siapa yang cerdas, siapa yang melek huruf biarlah sadar. Adakah makhluk hidup yang lebih bodoh dari manusia? Saya pikir tidak ada, binatang pun yang diciptakan Allah tidak sepandai manusia tidak melakukan perbuatan jahat yang seperti manusia lakukan. Saya percaya sekali kita semua menyadari kejahatan kita, segala kejahatan yang engkau lakukan sudah engkau ketahui kalau itu salah, melalui tuntutan hatimu, melalui norma masyarakat dan hukum agama semua telah ada didalam hatimu dan engkau sepenuhnya sadar perbuatan jahatmu menyakiti Tuhan dan sesama. Namun dengan sombongnya terus engkau lakukan. Hosea mengingatkan jangan berlaku dungu lagi, kitab Amsal 1:7 mengatakan takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Oleh sebab itu sadarlah, Firman Tuhan telah mengingatkanmu dan sejarah telah membenarkan perkataan Allah, masihkah engkau mengeraskan hatimu? Pintu anugerah masih terbuka, segera datanglah dan katakan ampunilah kesalahan kami, maka Dia pun akan mengampuni dengan limpah. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh. 1:9).
Bangsa Israel adalah bangsa yang dikasihi Tuhan sebegitu rupanya. Ketika bangsa ini telah melakukan pengkhianatan terhadap Tuhan dengan “melacur” pada kekasih lain “Asyur dan Mesir”, mengganggap sepi pemeliharaan Tuhan, dan bersungut-sungut sebagai umat Tuhan, namun Tuhan masih berbelas kasih kepada bangsa yang tegar tengkuk ini.
Mari sekali lagi dengan penuh kesadaran, minta belas kasihan Tuhan setiap harinya untuk melangkahkan hidup dengan pasti bersama Tuhan. Pertobatan tidak hanya sekadar ucapan di bibir saja, namun adanya perubahan arah pulang kepada Sang Pencipta. Kiranya kitab Hosea ini sekali lagi boleh menelanjangi keberdosaan kita dan tidak membuat kita menjadi semakin tegar tengkuk, namun belajar bersyukur akan anugerah Tuhan yang besar boleh memanggil kita pulang menjadi umat-Nya. Bertobatlah! Jangan pilih hidup binasa, tetapi raihlah keselamatan yang kekal. (rsnh)
Selamat Advent III!