Sabtu, 23 Juli 2022

Kotbah Minggu Trinitatis 6 Minggu, 23 Juli 2022: "TUHAN MENGASIHI DAN MENYELAMATKAN UMATNYA” (Hosea 1:2-11)

 Kotbah Minggu Trinitatis 6

Minggu, 23 Juli 2022

 

"TUHAN MENGASIHI DAN MENYELAMATKAN UMATNYA

Kotbah: Hosea 1:2-11              Bacaan: Kolose 2:6-19


 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu keenam setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “TUHAN Mengasihi dan Menyelamatkan Umat-Nya”. Kasih Allah yang menyelamatkan terlihat dalam pesan Hosea sangat unik. Biasanya ketika Tuhan ingin menyampaikan pesan melalui seorang nabi, nabi tersebut akan berbicara atas nama Tuhan. “Beginilah firman Tuhan.” Tetapi pesan Hosea sangat berbeda. Tuhan tidak hanya menyampaikan pesannya melalui perkataan Hosea tetapi Tuhan juga ingin menyampaikan pesannya melalui kehidupan Hosea. Jadi kehidupan Hosea adalah perumpamaan dari pesan yang ingin disampaikan oleh Tuhan kepada Israel dan kita. Ada 2 karakter utama dalam cerita ini: Hosea dan Gomer. Hosea adalah gambaran Tuhan dan Gomer adalah gambaran Israel. Jangan terbalik. Hal yang sama berlaku untuk kita. Kisah mereka juga kisah kita. Dan kita bukan Hosea. Tuhan adalah Hosea. Kita adalah Gomer. Jadi cerita cinta ini adalah cerita tentang Hosea dan Gomer, Tuhan dan Israel, dan juga Tuhan dan kita. 

 

Timbul pertanyaan kita sekarang, apa yang hendak kita pelajari dari perikope ini? Ada dua hal yang perlu kita pelajari dari perikope ini, yakni:

 

Pertama, melalui pernikahan Hosea dan Gomer, Allah menujukkan kasih-Nya kepada kita (ay. 1-2). Kita pasti yakin Hosea sangat terkejut dengan perintah TUHAN yang ia dengar untuk menikahi seorang perempuan sundal (baca: pelacur).  Cerita perjanjian pernikahan antara seorang nabi dan seorang pelacur tidak pernah terjadi sebelumnya. Sebenarnya, terjemahan literal ayat 2 sangat keras. “Pergilah, nikahilah seorang pelacur, dan milikilah anak dengan pelacur, karena negara Israel telah menjadi pelacur dengan meninggalkan Yahweh.” Ada banyak kata pelacur dalam satu ayat. Intinya jelas. Tuhan ingin Hosea menikahi seorang pelacur. Beberapa komentator mencoba untuk berargumen bahwa Gomer bukan seorang pelacur di awal cerita karena susah bagi mereka menerima kenyataan bahwa Allah memerintahkan nabi-Nya untuk menikahi seorang pelacur. Tapi menurut saya mereka salah. Pemahaman literal dari ayat ini tampaknya menunjukkan bahwa adalah kehendak Tuhan dari awal untuk Hosea menikahi seorang pelacur. Melalui pernikahannya dengan seorang pelacur, Tuhan akan mengomunikasikan kasihnya yang tak terbatas dan abadi terhadap Israel dan kita. Dengan menikahi seorang pelacur, Hosea harus meletakkan reputasi masa depannya sebagai nabi Allah. Dan dia melakukannya.

 

Perlu juga untuk kita mengerti bahwa Hosea tidak hanya memilih untuk menikah Gomer karena keharusan tapi juga karena ia mencintai Gomer. Kita tidak pernah diberi tahu alasan di balik cinta Hosea kepada Gomer, tetapi fakta bahwa dia mencintainya adalah suatu kepastian saat kita terus membaca cerita ini. Tetapi pada saat yang sama, Tuhan sudah memberi tahu Hosea dari awal, “Hosea, aku ingin kamu tahu bahwa istrimu akan mengkhianati kamu. Dia tidak akan setia padamu. Dia akan menghancurkan hatimu. Tetapi Aku ingin kamu menikahinya.” Mengapa Allah memerintahkan Hosea untuk menikahi seorang pelacur? Jangan kehilangan intinya. Tuhan berkata kepada Hosea, “Hosea, kamu dan Aku akan sama-sama mencintai dan memberikan hidup kita kepada orang-orang yang benar-benar akan mengkhianati kita. Kita akan menghabiskan banyak waktu, uang, dan upaya untuk mengejar mereka. Aku seorang suami yang istrinya tidak setia kepadanya. Dan sama seperti Aku, kamu akan mengalami hal yang sama. Ceritaku akan menjadi ceritamu. Dan apa yang akan kamu lakukan adalah apa yang akan Aku lakukan. Kamu akan menunjukkan kepada umat-Ku betapa Aku mencintai mereka.”

 

Ini adalah pesan Tuhan untuk kita juga. Tuhan ingin menjadi suami kita. Dia ingin menjadi sukacita, kesenangan, dan kepercayaan kita. Tetapi sama seperti Israel, kita mencari hal-hal itu di luar Tuhan dan kita menghancurkan hati Tuhan. Apa yang Tuhan inginkan dari kita adalah hubungan intim yang mendalam sebagai suami dan istri. Tetapi kita terus melakukan penyelewengan rohani dengan mencari kesenangan kita dalam seks, uang, anak dan hal-hal lainnya. Pengkhianatan kita menghancurkan hati Tuhan.

 

Kedua, kasih Allah tidak berkesudahan (ay. 6-9). Gomer hamil lagi dan melahirkan seorang putri. Namun yang menarik, Hosea tidak disebut sebagai ayah dari putri Gomer. Tuhan menamai dia Lo-Ruhama, yang berarti “tidak berbelas kasihan.” Setiap ayah menunjukkan belas kasihan kepada anak-anaknya. Jadi fakta bahwa Hosea tidak memiliki belas kasih yang dimiliki seorang ayah untuk anak-anaknya, tampaknya menunjukkan bahwa Hosea bukan ayah dari putri ini. Hal serupa terjadi pada anak ketiga Gomer. Allah menamainya Lo-Ami, yang berarti “bukan umatku.” Ini membuat dugaan menjadi fakta. Mereka bukan anak-anak Hosea. Gomer berselingkuh dan mengandung dua anak dari itu. Nubuatan Tuhan terjadi. Sekarang, pertanyaannya adalah, apa yang akan dilakukan Hosea? Apa yang akan terjadi pada keluarga ini? Akankah kehidupan menjadi lebih baik sekarang setelah nubuatan Tuhan terjadi? Tidak sama sekali. Bahkan, kehidupan menjadi jauh lebih buruk.

 

Jika kita membaca Hosea 2:1-4 maka kita temukan dalam bahwa suara Hosea dan suara Tuhan menjadi satu.Mereka berbicara bersama-sama. Pasal 2 berbicara tentang keputusasaan Hosea pada ketidaksetiaan Gomer terhadapnya. Kata-kata yang digunakan menunjukan perjuangan dan rasa sakit. Hosea mencintai Gomer tetapi Gomer mengkhianatinya. Pasal ini juga berbicara tentang kata-kata Allah kepada istri-Nya yang tidak setia, Israel. Hosea memberikan kejelasan kepada kita bahwa dua anak terakhir Gomer dikandung karena perzinahan. Dan yang membuat segalanya lebih buruk, Hosea memberi tahu kita bahwa ternyata Gomerlah yang mengejar kekasih-kekasih lainnya, bukan sebaliknya. Gomer mengejar kekasihnya yang dia pikir memberikan apa yang dia perlukan. Ada dua tragedy. Ini adalah tragedi pertama: Hosea adalah suami Gomer tapi Gomer meninggalkan dia dan mengejar kekasih lainnya.Pertanyaan: Apa yang akan kita lakukan jika kita adalah Hosea? Pastilah kita akan menyerah begitu Gomer meninggalkan rumah. Tidak hanya Gomer punya dua anak di luar nikah, dia meninggalkan rumah. Kita akan mengganti semua kunci di rumah untuk memastikan dia tidak akan pernah kembali. Kita akan ganti semua password email dan instagram yang dia ketahui. Sudah cukup. Kita telah cukup menaati Tuhan dengan menikahi pelacur dan mencintai pelacur. Saya bahkan merawat 2 anak yang bukan anak kandung saya. Tentunya itu sudah cukup. Saya sudah cukup mencintainya dan saya sudah cukup berkorban untuknya. Saya akan berhenti mencintainya dan saya akan berhenti mencintai anak-anaknya. TETAPI. Cerita berlanjut …

 

Apa yang terjadi pada Gomer adalah dia jatuh ke bawah tangga sosial sampai-sampai dia hidup dengan pria yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya. Dia mungkin berada dalam hubungan yang kasar atau mungkin pria yang bersamanya tidak bisa menyediakan kebutuhannya. Dan Hosea mengetahuinya. Hosea mendengar betapa buruknya kehidupan Gomer. Jadi apa yang Hosea lakukan? Dia pergi ke rumah tempat Gomer berada. Dia mengetuk pintu dan seorang pria keluar. “Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?” “Apakah kamu pria yang tinggal bersama Gomer, putri Diblaim?” “Iya, itu aku.” “Aku Hosea, suami Gomer.” Bisakah kita bayangkan betapa canggungnya percakapan itu? Pada saat itu, pria itu mungkin mengira Hosea akan memukul wajahnya. Sebaliknya, apa yang terjadi selanjutnya sangat membingungkan. Bukannya memukul dia, Hosea mengeluarkan dompet. “Aku tahu kamu tidak memiliki apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan istriku. Ini, ambil uang ini. Gunakan uang ini untuk mencukupi semua yang dia butuhkan. Aku tidak ingin dia menderita. Ini, ambil uangnya.” Pria itu mengambil uang itu dan menggunakan uang itu untuk memenuhi kebutuhan Gomer. Tetapi dia tidak pernah memberi tahu Gomer bahwa uang itu dari Hosea.Gomer menyimpulkan bahwa uang itu berasal dari kekasihnya, bukan dari Hosea. Gomer benar-benar lupa tentang Hosea sementara Hosea terus menyediakan kebutuhan Gomer. Ini adalah tragedi kedua: Gomer berpikir bahwa dia menerima segala sesuatu dari kekasihnya namun Hosealah yang menyediakan segalanya untuk Gomer. Kita pikir kisah cinta dalam drama Korea itu luar biasa? Coba baca Alkitab. Dan untuk kelanjutan pasal 2, kita melihat bagaimana Tuhan terus mengejar Israel. Tapi kasih Tuhan yang mengejar adalah kasih yang disiplin. Tuhan membiarkan umat-Nya mengalami penghukuman atas dosa mereka, tetapi ia tidak pernah berhenti mencintai dan mengejar mereka pada saat yang bersamaan. 

 

RENUNGAN

 

Apa yang kita renungkan melalui perikop Minggu Keenam setelah Trinitatis ini ini?

 

Pertama, kasih TUHAN adalah kasih yang tidak masuk akal. Adalah tidak masuk akal bagi seseorang untuk menikahi seseorang yang mereka tahu persis akan tidak setia kepada mereka. Gomer adalah pelacur sejak awal dan Tuhan tahu persis bahwa dia tidak akan setia kepada Hosea. Ketika Allah memilih Israel, ia tahu persis bahwa Israel akan tidak setia tetapi dia tetap memilih untuk mengasihi mereka. Pertanyaan dari kitab ini bukanlah mengapa Tuhan meminta Hosea untuk menikahi Gomer tapi mengapa Tuhan memilih untuk menikahi Israel? Mengapa tidak memilih umat yang akan setia kepadanya dan berterima kasih atas kasihnya? Menurut pemahaman logika kita, kasih Tuhan itu adalah kasih yang tidak masuk akal. Kita tidak akan menjalin hubungan perjanjian dengan mereka yang kita tahu persis akan tidak setia kepada kita.

 

Kedua, kasih TUHAN adalah kasih yang tidak mengenal henti. Alkitab dengan jelas memberi tahu kita bahwa Allah mengejar orang-orang yang dia kasihi. Hosea tidak pernah mengecilkan rasa sakit yang menimpanya. Rasa sakit itu nyata. Hosea dikhianati oleh Gomer. Tetapi karena dia mencintainya, dia tidak menyerah. Karena Hosea mencintai Gomer, dia terus mengejar Gomer tidak peduli berapapun harganya. Kita lihat di pasal 2 bagaimana Tuhan mendisiplin Israel justru karena dia mencintai Israel. Alasan di balik pendisiplinan Tuhan dalam hidup kita bukanlah karena dia kejam tetapi karena dia mengejar kita supaya kita bisa tinggal diam dalam kasih dan kebaikan-Nya. Dengan kata lain, disiplin Tuhan adalah ungkapan kasih Tuhan yang tiada henti bagi kita. Pendisiplinan Tuhan adalah tanda penolakan Tuhan untuk menyerah kepada kita ketika kita berjalan menjauh dari dia. 

 

Ketiga, kasih TUHAN adalah kasih yang tidak ternilai harganya. Kita bisa dengan mudah menyerah dalam menghadapi orang lain, terutama mereka yang mengkhianati kasih dan kepercayaan kita. Tetapi Tuhan berbeda. Dalam pasal 3, ketika dosa Gomer telah membuatnya hancur, ketika dia ada di tingkat terendah, ketika dia dijual sebagai budak di pelelangan, ketika tidak ada kecantikannya yang tersisa selain bekas-bekas dosanya, Tuhan memerintahkan Hosea untuk pergi dan mendapatkan dia kembali berapapun harganya. Nama Gomer berarti sempurna yang mungkin adalah referensi untuk penampilan dan kecantikannya. Tapi sekarang dia adalah budak yang tidak diinginkan di pelelangan. Hosea melewati neraka emosional di bumi karena Gomer. Tetapi sekarang Tuhan berkata kepada Hosea untuk mencintainya seperti Tuhan mencintai bangsa Israel.

 

Adalah satu hal untuk mengampuni satu kesalahan bodoh yang tidak disengaja. Tetapi adalah hal yang sama sekali berbeda untuk mengampuni dosa yang disengaja yang telah diulang berkali-kali. Gomer tidak pantas mendapatkan pengampunan Hosea. Gomer tidak pantas menerima kesetiaan Hosea. Dan Gomer tentu saja tidak layak bagi Hosea untuk melakukan semua pengorbanan itu. Tapi itulah yang dilakukan Hosea dan itulah yang dilakukan Tuhan terhadap umat-Nya. Dia mengampuni kesalahan umat-Nya. Bahkan ketika kita tidak setia dan mengkhianati dia, “Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” (2 Tim. 2:13). Kita terus melarikan diri dari hadirat Tuhan tetapi Tuhan mengejar kita sampai akhir dan dia membuat pengorbanan terbesar untuk mengejar kita. Inilah pesan dari Hosea secara singkat. Kita bisa lari dari Tuhan tetapi kita tidak pernah bisa bersembunyi dari Tuhan. Kasih Tuhan akan menemukan kita di mana pun kita berada. Kita bisa berlari sejauh yang kita bisa tetapi kita tidak pernah bisa berlari lebih jauh dari kasih Tuhan untuk kita. Dan alasan di balik kebesaran kasih Tuhan bagi kita tidak ada hubungannya dengan kita tetapi semuanya berhubungan dengan sifat dan kasih-Nya kepada kita. Kasih Tuhan adalah kasih yang tidak ternilai harganya. Karena itu, mari sadari kasih Allah yang menyelamatkan kita dari segala keberdosaan kita di hadapan-Nya. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...