Minggu, 13 Juni 2021
"BERMEGAH DI DALAM TUHAN"
Kotbah: Mazmur 20:1-9 Bacaan: Markus 4:26-34
Minggu ini kita akan memasuki Minggu kedua setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Bermegah di dalam TUHAN”. Bermegah artinya membangga-banggakan diri. Orang percaya tak sepatutnya bermegah atau membangga-banggakan diri tentang hal-hal yang lahiriah atau materi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, megah berarti sangat mengagumkan, gagah kuat, mulia, mashur, atau bangga. Bermegah berarti memiliki sifat megah atau bermegah-megahan.
Dari satu sisi, bermegah dapat dimaknai membuat diri sendiri menjadi mengagumkan. Bermegah dapat diartikan membuat diri sendiri gagah kuat, mulia, mashur atau bangga. Dari sisi lain, bermegah dapat dimaknai membanggakan diri sendiri. Bermegah juga dapat bekenaan dengan sikap tinggi hati, sombong, atau pongah.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita melihat orang-orang tertentu yang membanggakan diri sendiri. Mereka senang menonjolkan kepandaian, gelar, harta, kedudukan, pangkat atau jabatan dan cenderung tinggi hati. Kita juga melihat orang-orang yang menyombongkan diri dan pongah. Kita melihat orang-orang tertentu menganggap dirinya lebih baik atau lebih hebat dari pada orang lain. Banyak orang yang menyatakan dirinya lebih kaya dan lebih berkuasa. Karena itulah mereka minta dipuji dan dihormati. Kita juga mendapati sebagian orang itu mendambakan pujian, kehormatan dan kekuasaan.
Mazmur 20 adalah sebuah doa yang memohonkan kemenangan bagi raja. Doa ini dilantunkan bersahutan antara umat dengan imam. Dalam doa tersebut umat memohon kepada Tuhan agar raja memperoleh kemenangan menghadapi musuh-musuh Israel, sebab rajalah yang bertanggung jawab untuk mempertahankan dan menyelamatkan negerinya. Doa ini diserukan dengan keyakinan yang sungguh bahwa janji Tuhan untuk memberkati dan menyertai bangsa itu pasti akan dinyatakan. Jika musuh-musuh membanggakan dan mengandalkan persenjataan perang dan kereta kuda yang gagah, Israel hanya mengandalkan TUHAN Allah sumber kekuatan yang bisa memberikan kemenangan bagi raja. Bangsa Israel hanya mau bermegah di dalam nama Tuhan dan mengandalkan Tuhan saja, lebih dari apa pun yang mereka miliki.
Bermegah di dalam TUHAN bukan berarti kita membanggakan apa yang kita miliki. Kita tidak boleh membanggakan kereta dan kuda sepeperti musuh Daud. Kereta dan kuda adalah lambang kekuatan dan kegagahan. Manusia sering mengandalkan apa yang kelihatan saja. Itu yang dicari-cari. Itu yang diutamakan. Manusia sering merasa yang kelihatan saja cukup dan membangun kekuatan di situ.
Tetapi bagi kita orang percaya, kekuatan utama kita adalah Tuhan. Tuhan tidak kelihatan oleh mata fisik kita, namun Dia ada dan senantiasa menyertai kita. Dia ada di hati kita. Megahnya kereta dan gagahnya kuda terbatas. Karena keterbatasan inilah membuat kita tidak bisa berharap sepenuhnya kepada kuda dan keretanya. Tuhan tidak terbatas. Dia tidak dibatasi oleh siapapun dan dengan apapun. Dia Maha Kuasa. Oleh perkataan-Nya apapun bisa terjadi di luar pemahaman dan di luar logika kita. Oleh kuasa-Nya kita ada dan oleh kuasa-Nya kita diselamatkan.
Kemegahan adalah pada Tuhan. Keajaiban adalah perbuatan dan milik-Nya. Perbuatan Tuhan yang perkasa selalu menunjukkan kemegahan dan keajaiban bagi manusia. Perbuatan-perbuatan-Nya sungguh sangat dahsyat dan mengagumkan. Siapakah yang dapat menyombongkan diri di bawah karya Tangan-Nya yang sangat perkasa dan penuh dengan keajaiban? Siapakah yang berkuasa memegahkan diri di hadapan takhta kemuliaan-Nya? Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus dan mulia! Bermegahlah di bawah kaki kemuliaannya.
Dalam peperangan kereta adalah peralatan dan kuda adalah kecepatan/ketangkasan. Kekuatan sebuah pasukan dalam peperangan ditentukan oleh banyaknya kereta dan pasukan berkuda. Daud menyadari dalam peperangan menghadapi musuhnya, ia tidak memiliki kereta ataupun kuda. Terlebih pada saat ia dikejar-kejar musuhnya baik Saul maupun Absalom. Tetapi Daud sangat percaya kepada Tuhan, ia bermegah dalam Tuhan yang menjadi sumber perlindungan dan kekuatan. Iman Daud sangat kuat, ia yakin bahwa orang yang memegahkan kereta adan kuda akan jatuh, tetapi orang yang bermegah dalam Tuhan akan bangun berdiri dan tetap tegak.
Mengapa kita memegahkan TUHAN?
Pertama, karena TUHAN menjawab kita pada waktu kesesakan (ay. 1). Kesesakan adalah situasi di mana hidup kita terjepit, tidak ada jalan keluar, tidak ada pertolongan dari dunia ini, semua jalan tertutup dan rasanya sulit untuk selamat. Namun jangan takut kalau kita diizinkan Tuhan untuk mengalami kesesakan, karena di dalam Tuhan kesesakan selalu ada jalan keluar.
Tuhan kita sangat hebat, di dalam kesulitan Dia tidak membiarkan kita tapi justru Dia mengirim bantuan dari Sorga untuk menolong hidup kita. Sekalipun di dunia ini tidak ada yang mendukung kita, namun Tuhan akan tetap setia untuk menyokong dan mendukung kita.
Kedua, karena TUHAN mengirimkan bantuan kepada kita dari tempat kudus-Nya dan sokongan-Nya dari Sion (ay. 2). Allah berinisiatif untuk menyelamatkan manusia dan keselamatan kita berasal dari Allah, lalu Allah mengutus Yesus Kristus untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya di dunia ini dan akhirnya Allah mencurahkan Roh Kudus kepada kita agar Roh Kudus menjaga kelestarian dan keberlangsungan karya penyelamatan Allah lewat orang-orang yang percaya kepada Putera yang diutus Allah sendiri. Di sinilah, Tritunggal mahakudus merancang, memulai, melaksanakan dan merawat karya penyelamatan ini. Dalam Tritunggal relasi kasihlah yang mendasari karya penyelamatan ini.
Ketiga, karena TUHAN mengingat dan menyukai segala korban persembahan kita (ay. 3). Tuhan menyukai persembahan dari korban binatang yang hidup, hal ini disampaikan Tuhan kepada bangsa Israel dalam kitab Imamat. Tetapi kita tidak perlu lagi mempersembahkan korban binatang kepada Allah karena Yesus sudah menjadi korban bagi kita sebagai Domba Allah. Tetapi Allah meminta kita untuk mempersembahkan tubuh dan hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan yang kudus. Tubuh atau hidup kita yang hidup adalah korban yang menyenangkan bagi tuhan. Mari persembahkan tubuh dan hidup kita kepada Tuhan.
Keempat, karena TUHAN memberikan apa yang kita kehendaki dan dijadikan-Nya berhasil segala apa yang kita rancangkan (ay. 4). Secara duniawi, seseorang dapat dikatakan sukses atau berhasil jika ia berpendidikan tinggi dan mempunyai pekerjaan tetap dengan gaji tinggi. Seseorang dikatakan berhasil jika ia menjadi pejabat tinggi, atau menjadi pengusaha besar.
Menurut kedagingan, orang yang berhasil adalah orang yang memiliki kehidupan berkelimpahan. Orang yang berhasil adalah orang yang memiliki keluarga berkecukupan dan harta yang berlimpah-limpah. Orang yang berhasil adalah orang yang semua anak, cucu dan menantunya juga berhasil.
Keberhasilan, menurut ukuran orang dunia adalah orang yang kaya raya. Orang yang berhasil adalah orang yang memiliki banyak uang, dan memiliki banyak emas, intan, berlian dan permata lainnya. Seseorang yang berhasil adalah orang yang memiliki banyak rumah mewah, banyak mobil mewah dan barang-barang mewah lainnya. Semua hal itu adalah sah-sah saja, meski sebenarnya hanya sia-sia belaka.
Berbeda dengan orang percaya. Orang percaya meyakini bahwa sebanyak apa pun harta yang dimiliki adalah milik Tuhan. Orang percaya meyakini bahwa anak, cucu dan menantu yang dimilikinya adalah milik Tuhan. Banyak uang dan harta berkelimpahan yang dimilikinya adalah titipan Tuhan.
Orang percaya meyakini bahwa orang yang berhasil adalah orang yang memiliki hikmat akal budi yang berasal dari Tuhan. Orang yang berhasil adalah orang yang memiliki rasa takut akan Tuhan. Orang yang paling berhasil adalah orang yang percaya dan melakukan Firman Tuhan. Orang yang berhasil adalah orang yang lirus jalan hidupnya karena ia akan mewarisi Kerajaan Sorga.
Oleh sebab Tuhan menghendakinya, maka Tuhan menjadikan seseorang berhasil. Karena kasih karunia Tuhan, maka segala sesuatu dijadikan-Nya bagi kita. Oleh sebab itu, selama Tuhan masih berkenan mengizinkannya, kelolalah keberhasilan dan harta milikmu dengan segenap hati seperti milik Tuhan.
Orang percaya meyakini bahwa keberhasilannya adalah karena penyertaan dan pembelaan Tuhan. Keberhasilan otang percaya adalah karena pertolongan Tuhan. Keberhasilan orang percaya adalah karena perkenan dan berkat Tuhan. Segala miliknya adalah pemberian yang sudah dimaksudkan, direncanakan dan ditetapkan oleh Tuhan sejak semula. Dan apa yang direncanakan oleh orang percaya dijadikan-Nya berhasil oleh Tuhan.
Apa yang harus kita lakukan jika TUHAN telah membuat hidup kita bermegah?
Pertama, kita harus bersorak-sorai dan mengangkat panji-panji demi nama TUHAN (ay. 5). Sorak sorai ada di dalam rumah orang benar, bukan khawatir, takut dan bukan keluh kesah. Kemenangan dan mujizat datang dari Tuhan oleh karena itu ada sorak sorai. Orang benar adalah orang yang datang dari Allah. Tangan kanan Tuhan sedang yang melakukan perkara luar biasa. Kita harus bergembira. Gembira bukan hanya suasana hati tetapi juga keputusan hati. Kita bisa memutuskan untuk bergembira. Sukacita tidak selalu berbentuk tawa tetapi bahkan dalam airmata karena sukacita tetap bisa dirasakan. Dimana ada sukacita disitu Tuhan mencukupi dan memenuhi segala permintaanmu.
Kedua, kita bermegah hanya di dalam nama TUHAN (ay. 7). Bermegah di dalam Tuhan berarti membanggakan dan membesarkan nama Tuhan dan segala perbuatan-Nya yang ajaib di dalam hidup kita. Saat kita bermegah di dalam Tuhan, itu juga berarti bahwa kita mau menjadikan Tuhan sebagai fokus hidup kita. Sikap dan perbuatan harus mencerminkan kasih dan kemuliaan-Nya. Pujian yang kita terima bukan untuk memegahkan diri, namun memegahkan Allah. Kehormatan yang kita terima juga harus kita teruskan kepada Allah, karena Dia yang paling pantas menerimanya. Bukan karena kuat dan hebatnya kita, melainkan karena kasih dan kebaikan Tuhan maka kita bisa sampai pada hari ini dengan banyak pencapaian berharga, sehingga sangat layak untuk kita bermegah di dalam Tuhan.
RENUNGAN
Dalam kehidupan ini, banyak kompetisi maupun peperangan rohani. Banyak orang mengandalkan kepandaian, harta maupun kedudukan. Bagaimana dengan kita? Kalaupun kita memilikinya, janganlah bermegah olehnya. Terlebih lagi jika yang ada pada kita terbatas, janganlah kita mengandalkannya. Satu-satunya yang tak terbatas telah kita miliki yaitu Tuhan sendiri. Dia sumber kekuatan dan kehidupan. Jika kita bermegah dalam Tuhan, kita akan mengalami kemenangan.
Jangan bermegah atas kekuatan dan kemampuan diri, tetapi bermegahlah dalam Tuhan (1 Kor. 1:31). Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." Jika kita bermegah dalam Tuhan, Dia sanggup mengubah yang terbatas menjadi tidak terbatas (1 Kor. 1:27-29). Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Jadi pesan firman Tuhan pada Minggu kedua Trinitatis ini, marilah kita bermegah dalam Tuhan, apapun keadaan kita. Kita akan bangun berdiri dan tetap tegak, sebab Tuhan adalah sumber kekuatan dan kemenangan kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!