Renungan hari ini:
JANGAN MEMBALAS YANG JAHAT DENGAN YANG JAHAT
1 Tesalonika 5:15 (TB) "Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang"
1 Thessalonians 5:15 (NET) "See that no one pays back evil for evil to anyone, but always pursue what is good for one another and for all”
Membalas yang jahat dengan yang jahat adalah hal yang biasa dan lumrah. Yang luar biasa adalah membalas yang jahat dengan kebaikan. Itu adalah kasih agave. Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa kita tidak bisa mengubah bagaimana orang memperlakukan kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah mengubah cara kita menanggapinya. Sebagian kita mungkin setuju terhadap apa yang disampaikan Gandhi. Tidak ada yang dapat mencegah perlakuan atau kata-kata yang dikeluarkan orang lain terhadap kita. Bisa jadi tidak semuanya baik kita terima, terkadang juga ada hal-hal yang menyakitkan bahkan mengecewakan. Kitapun diberi pilihan untuk menanggapi perlakukan orang lain pada kita entah dengan cara membalas yang jahat dengan jahat, atau yang jahat dengan kebaikan. Keputusan ada di tangan kita.
Keputusan apa yang harus diambil? Sebagai murid Yesus ada sebuah panggilan yang harus kita kerjakan seperti tertulis dalam nas hari ini. Setiap murid diajak tidak membalas jahat dengan jahat melainkan senantiasa mengusahakan kebaikan tidak hanya kepada mereka yang berbuat baik, tetapi untuk semua orang. Perintah ini sederhana dan sering didengar namun pelaksanaannya yang tidak mudah. Terkadang lebih mudah dan memuaskan hati bila berhasil membalaskan kejahatan dengan kejahatan.
Mengapa kita terdorong untuk membalas jahat dengan jahat? Karena kita meragukan keselamatan yang dari Tuhan. Keraguan itu mendorong kita mencari rasa aman lewat usaha-usaha manusia, salah satunya dengan membalas jahat dengan jahat. Wajarlah ketika membalaskan jahat dengan jahat seolah-olah kita merasa aman dan puas. Bukan demikian yang diajarkan Tuhan. Tuhan mengajar kita supaya setiap orang tidak membalas kejahatan melainkan menantikan Tuhan yang akan menyelamatkan kita. Teladan ini sudah dilakukan oleh Ayub ketika ia dilanda musibah. Dalam kekecewaan, kemarahan dan mungkin putus asa Ayub berseru supaya Tuhan menyelamatkannya. Sebenarnya atas apa yang dialami Ayub bisa saja ia membalaskan kekecewaannya dengan mengutuki Allah (Ayub 2 : 9). Namun Ayub tetap menantikan keselamatan dari Tuhan.
Kita tidak bisa mengubah perlakuan dan kata-kata orang terhadap kita namun satu hal yang penting adalah bagaimana kita menanggapinya. Sebagai murid Yesus marilah menanggapi hal-hal yang tidak baik atau kejahatan dengan kebaikan. Teruslah mengarahkan hidup pada keselamatan yang dari Tuhan maka kita akan mampu melakukan perintah-Nya. Melalui membalaskan kejahatan dengan kebaikan kita layak disebut murid Yesus sebab Yesus yang adalah guru kita telah meneladankannya terlebih dahulu. Karena itu, hindarilah sikap yang membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi berusahalah terus membalas kejahatan dengan kebaikan agar kita disebut anak-anak Allah. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN