Renungan hari ini:
“KEHIDUPAN DI BELAKANG KEDAMAIAN YANG PALSU”
Yeremia 6:13-14 (TB) "Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu. Mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera"
Jeremiah 6:13-14 (NET) “That is because, from the least important to the most important of them, all of them are greedy for dishonest gain. Prophets and priests alike, all of them practice deceit. They offer only superficial help for the harm my people have suffered. They say, Everything will be all right! But everything is not all right!"
Nabi Yeremia menyaksikan pemandangan yang mengerikan yang terjadi pada umat Tuhan. Untuk menyembunyikan dosa, mereka membangun kehidupan di belakang kedamaian dan keamanan yang palsu. Ketamakan dan kerakusan memenuhi hidup mereka yang dikamuflasekan dengan hati yang pura-pura hancur. Seluruh kehidupan mereka penuh dengan kepalsuan seperti: air mata palsu, pertobatan palsu, dan penyembahan palsu. Umat Allah kehilangan “rasa malu”(sense of shame) dan kedukaan karena dosa. Mereka tidak lagi memandang Allah sebagai Allah yang murka terhadap dosa. Yeremia berteriak, “Seharusnya mereka merasa malu…..” Tetapi mereka tidak punya malu.
Apakah wajah mereka tidak kemerah-merahan karena menahan malu? Tidak! Mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Dari pemimpin mereka, pendeta, penginjil, diaken, pimpinan paduan suara, pemain musik, pemimpin pujian, guru-guru sekolah minggu, sampai jemaat semuanya terlibat dalam dosa. Bahkan kotbah yang didengar setiap minggu bertemakan berkat dan kasih Allah yang tak berkesudahan. Tidak disinggung sedikit pun akan penghukuman Allah dan murka-Nya terhadap orang yang berdosa. Kotbah tentang neraka jarang kita dengar lagi saat ini.
Karena hal ini akan membuat telinga pendetanya memerah, dan orang-orang “penting” dalam gereja akan kabur ke gereja lain. Firman Tuhan berkata, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Tim. 4:2). Firman Tuhan harus diberitakan secara keseluruhan. Teguran harus disampaikan bagi mereka yang hidupnya tidak benar.
Tidak ada rasa nyaman saat kotbah disampaikan bila temanya tentang penghukuman dan pengadilan bagi orang berdosa. Dan gara-gara kotbah Jonathan Edwards yang keras ini yang berjudul “Orang Berdosa dalam Tangan Allah yang Murka” (Sinners In The Hands Of An Angry God), membuat orang-orang yang mendengarnya menggigil ketakutan, dan mereka meraung-raung memohon belas kasihan Allah. Orang-orang yang mendengarnya diinsyafkan akan dosa-dosa mereka. Kotbah semacam ini akan menyadarkan orang yang terbuai dalam jebakan dosa dan mengembalikan mereka kepada tangan Allah yang penuh kasih.
Kita sedang berada di penghujung milenium ketiga. Tanda-tanda dunia semakin nyata bahwa kuantitas dan kualitas dosa semakin meningkat. Kehidupan masyarakat Sodom dan Gomora terulang bahkan semakin parah pada zaman ini. Apakah kita ikut-ikutan dengan perbuatan mereka yang tidak tahu malu berbuat dosa itu? Karena itu, tetaplah waspada hindari dirikita dari perbuatan kehidupan di belakang kedamaian yang palsu. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN