Sabtu, 31 Oktober 2020

KOTBAH MINGGU XXI SETELAH TRINITATIS Minggu, 01 Nopember 2020 “REFORMASI SPRITUALITAS” (2 Raja-raja 23:1-14 )

 KOTBAH MINGGU XXI SETELAH TRINITATIS

Minggu, 01 Nopember 2020

 

“REFORMASI SPRITUALITAS”

Kotbah: 2 Raja-raja 23:1-14     Bacaan: 1 Korintus 3:10-17




 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu Keduapuluh satu Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Reformasi Spritualitas”. Pada 31 Oktober 1517 reformasi gereja ditegakkan, kurang lebih 503  tahun yang lalu. Reformasi menjadi satu turning point kebenaran boleh kembali kepada esensinya yaitu kebangunan spiritual dan mandat budaya kembali kepada nilai-nilai kebenaran Kristus. Di mana seluruh anak-anak Tuhan yang bekerja harus menghadirkan nilai-nilai Kristus di dalam kebenaran, kesucian dan akan keadilan Tuhan. Yang penting juga bahwa reformasi mendorong semangat misioner dari Gereja yang menegakkan tonggak kebenaran back to the Bible. Martin Luther menyatakan mengenai 5 sola yaitu hanya iman (Sola Fide), hanya alkitab (Sola Scriptura), dan  hanya anugerah (Sola Gratia).

 

Bagaimana dengan Dinamika Reformasi Spiritualitas? Mungkinkah terjadi pasang surut? Reformasi yang sesungguhnya dikerjakan oleh Tuhan sendiri dan dalam nilai tanggung jawab kita yang dilengkapi dengan pertolongan Allah Roh Kudus. Spirit refomasi dalam nilai spiritualitas adalah satu kebangunan yang akan tetap dan terus mencapai satu kegenapan di mana melalui seluruh kehidupan kita. Reformasi dalam kebangunannya tidak membangun satu karya untuk memperkaya diri. Reformasi dalam tonggak sebenarnya tidak menumbuhkan kekuasaan kita makin bertambah, tapi reformasi yang sesungguhnya makin menghancurkan kekerasan hati kita untuk menyadari siapa Yesus yang adalah Tuhan dan Juruslamat kita. Kristuslah segalanya dan kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Kristus. Reformasi juga membangun sikap hati kita untuk hidup takut akan Tuhan, takut berbuat dosa, takut hidup kita menyedihkan hati Tuhan, kita takut jikalau hidup kita dibuang oleh Tuhan. 

 

Reformasi Spritualitas ini telah dilakukan oleh Yosia. Yosia adalah seorang raja yang lahir dari seorang ayah dan kakek yang tidak takut akan TUHAN dengan segala tingkah laku mereka yang jahat. Kisah hidup kerohanian Yosia dimulai pada umur 16 tahun atau pada 8 tahun semenjak pemerintahannya. Setelah 4 tahun mencari TUHAN dengan sungguh-sungguh, petualangan reformisnya mulai dilakukan. 

 

Timbul pertanyaan kita sekarang, reformasi spritualitas apakah yang dilakukan Yosia?

 

Pertama, Yosia mensosialisasikan hukum kepada rakyat (ay. 1-2). Kesalahan paling fatal di dalam sebuah negara jika rakyat di dalam negara tersebut tidak mengenal hukum. Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat (Ams. 29:18). Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum. 

 

Kedua, Yosia memperbaharui hubungan dengan TUHAN (ay. 3-7). Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang takut akan TUHAN. Karena hasil takut akan TUHAN adalah hikmat untuk memimpin negara mereka. Salomo adalah contoh terbaik dalam hal ini. Langkah pertama yang dilakukan olehnya setelah memegang tampuk pimpinan di kerajaannya adalah mencari TUHAN dengan kesungguhan.

 

Ketiga, Yosia menjadi panglima di dalam penegakan hukum (ay. 3). Tidak cukup rakyat tahu dan menjalankan hukum, pemimpin pun harus sungguh-sungguh menjalankan dan menegakkan hukum. Kecenderungan manusia adalah melihat teladan. Pemimpin dululah yang harus menjalankan hukum sehingga secara otomatis semangat untuk mencintai hukum akan terdistribusikan dengan baik. 

 

Keempat, Yosia memberantas kejahatan sampai keakar-akarnya (ay. 10-15). Awal dari pemujaan berhala di Yehuda setelah zaman hakim-hakim adalah setelah jatuhnya raja Salomo mengikuti tindak tanduk istri-istri asingnya.  Di Samaria (Israel Utara), tradisi pemujaan berhala dijadikan sebagai dasar hukum pada zaman Yerobeam bin Nebat. 

 

Dinamika reformasi spiritualitas memimpin kita kepada kelahiran kembali, mengenal diri dan memiliki tanggung jawab rohani untuk tidak serupa dengan dunia ini dan beretika sesuai dengan kebenaran Allah untuk menjadi berkat bagi orang lain sehingga kita menjadi agen pembaharuan dimanapun kita berada dan menyatakan damai kepada setiap manusia berdosa harus kembali kepada Tuhan dan semuanya itu harus kita jalankan. Pembaharuan yang sejati yaitu pembaharuan dari atas ke bawah, dimana Kristus datang dari kekekalan akan mengakhiri dunia, tapi juga mengangkat kita untuk hidup dalam kekekalan. Biarlah firman tuhan ini mengingatkan kita satu dinamika reformasi spiritualitas yang harus kita sama-sama pelajari dan apa yang Tuhan maksud yang harus kita hidupi. Karena itu, kita harus berjuang melakukan reformasi spritualitas kita untuk menuju kesempurnaan hidup kita di hadapan TUHAN. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “KUASA DAN OTORITAS YANG HANYA DIMILIKI OLEH ALLAH” (Markus 2:7)

  Renungan hari ini:   “KUASA DAN OTORITAS YANG HANYA DIMILIKI OLEH ALLAH”   Markus 2:7 (TB2) "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia men...