Renungan har ini:
“PERSEMBAHAN YANG HARUM”
Yehezkiel 20:41-42 (TB) "Seperti kepada persembahan yang harum Aku berkenan kepadamu pada waktu Aku mengeluarkan kamu dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari negeri-negeri, di mana kamu berserak, dan Aku akan menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada waktu Aku membawa kamu masuk ke tanah Israel, ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada nenek moyangmu"
Ezekiel 20:41-42 (NET) "When I bring you out from the nations and gather you from the lands where you are scattered, I will accept you along with your soothing aroma. I will display my holiness among you in the sight of the nations. Then you will know that I am the Lord when I bring you to the land of Israel, to the land I swore to give to your fathers"
Kata “Persembahan” pertama kali muncul dalam Alkitab di kitab Kejadian 4:3- 4, di mana dalam Bahasa asli yaitu Bahasa Ibrani ditulis dengan ִמ ְנ ָ֖חה yang adalah min·ḥāh dan dalam bahasa Inggris disebut dengan an offering dan dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Persembahan” serta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai hadiah; pemberian (kepada orang yang terhormat).
Memberi “Persembahan” harus didasari iman percaya kepada Tuhan (Ibr. 11:4) sehingga dapat dilakukan dengan kerelaan hati serta sukacita dan bukan dengan sedih hati atau bahkan dengan paksaan (2 Kor. 9:7). Iman dan kerelaan hati memengaruhi seperti apa “Persembahan” yang kita berikan kepada Tuhan. “Persembahan” terbaik yang kita berikan kepada Tuhan dengan iman dan kerelaan hati dan berdasarkan atas apa yang ada pada kita maka akan diterima oleh Tuhan (2 Kor. 8:12).
Tuhan menghendaki “Persembahan” yang terbaik sebagai bukti kita memuliakan-Nya, seperti ketika Maria mempersembahkan minyak narwastu murni yang mahal untuk meminyaki kaki Yesus dan kemudian menyeka kaki Yesus dengan rambutnya (Yoh. 12:3). Ada tertulis: Sebab suatu takaran yang baik, yang dipadatkan yang kita pakai menjadi ukuran kepada Tuhan akan dipakai Tuhan juga untuk diukurkan kepada kita (Luk. 6:38). Bahkan walaupun kondisi dan keadaan kita tidak memungkinkan untuk memberikan persembahan karena sedang dalam pencobaan yang berat dengan pelbagai penderitaan, orang percaya yang beriman kepada Tuhan akan tetap sukacita bahkan kaya dalam kemurahan dan dapat memberikan “Persembahan” terbaiknya (2 Kor. 8:2).
Tetapi lebih dari itu, Tuhan lebih menghendaki “Persembahan” yang kita berikan yaitu berupa tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dan yang berkenan kepada-Nya karena itulah ibadah yang sejati (Rm. 12:1). Tubuh yang dimaksud adalah dalam arti semua anggota tubuh tanpa terkecuali, dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, baik penglihatan oleh mata, pendengaran oleh telinga, perkataan oleh mulut, sikap dan perbuatan serta semua pekerjaan yang dilakukan oleh anggota tubuh lainnya. Tubuh kita adalah bait Roh Kudus, tempat di mana Roh Kudus berdiam, karena itu kita harus mempersembahkan tubuh kita untuk kemuliaan nama Tuhan. Ketika apa yang kita lakukan adalah untuk kebaikan bagi sesama dan untuk memuliakan nama Tuhan itulah perwujudan “Persembahan” sejati kita kepada Allah.
Semua yang telah disebutkan di atas walaupun kita telah lakukan ketika memberikan “Persembahan” akan menjadi sia-sia jika ketika kita memberikannya kepada Tuhan dilakukan dengan hati yang belum atau tidak berdamai dengan sesama. Di Matius 5:24 Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya termasuk juga kepada kita semua sebagai orang percaya, demikian: tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Artinya, jika dalam pikiran dan hati masih ada rasa kecewa, marah atau dendam, Tuhan tidak akan menerima apapun “Persembahan” yang kita berikan sebelum kita berdamai dengan saudara dan sesama.
Dengan semua ulasan di atas dapat disimpulan bahwa “Persembahan” merupakan bukti iman orang yang percaya kepada Tuhan. Karena iman, maka orang percaya dapat memberi “Persembahan” dengan sukacita dan kerelaan hati. Karena iman dengan sukacita dan kerelaan hati, maka orang percaya dapat memberikan bagian yang terbaik sebagai “Persembahan” termasuk anggota tubuh dan semua yang dikerjakan oleh masing-masingnya. Dan karena iman, orang percaya akan selalu mengusahakan pendamaian dengan sesamanya agar “Persembahan” kepada Tuhan dapat diterima dan diindahkan oleh Tuhan. Karena itu, persembahkan hidupmu kepada TUHAN sebagai persembahan yang harum dan hidup yang berkenan kepada-Nya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN