Minggu, 27 Nopember 2022
“RAJA DAMAI YANG AKAN DATANG”
Kotbah: Yesaya 11:1-10 Bacaan: Matius 3:1-12
Minggu ini kita memasuki Minggu Advent I. Tema yang akan kita renungkan adalah “Raja Damai yang akan Datang”. Kehadiran Raja Damai di tengah-tengah mereka akan memulihkan keadaan mereka yang sedang dalam kehancuran. Yesaya mengatakan bahwa: “Sebuah tunas yang keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (ay. 1). Di sini Yesaya menyatakan bahwa Raja Damai yang dijanjikan itu, sesungguhnya berasal dari tunggul Isai, artinya: dari keturunan raja Daud yang sangat mereka hormati.
Yesaya hidup di jaman di mana Israel Utara mengalami kehancuran karena mengabaikan dan meninggalkan Tuhan Allah. Kemurtadan mereka disebabkan karena mereka tidak mau bertobat dari dosa-dosanya. Israel runtuh di tangan Asyur pada 722 SM. Di tengah-tengah kehancuran, kenistaan dan rasa putus asa yang bangsa Israel alami inilah Firman Tuhan datang memberikan jawaban dan pengharapan yang nyata.
Bangsa Yehuda sedang mengalami ancaman invasi dari bangsa adi-kuasa pada waktu itu yaitu bangsa Asyur. Pada mulanya bangsa Yehuda memilih tunduk kepada Asyur tetapi lama kelamaan bangsa Yehuda tidak tahan harus membayar upeti kepada Asyur sehingga Yehuda membina hubungan dengan Mesir untuk melakukan pemberontakan kepada Asyur. Tindakan ini sudah diperingatkan Yesaya supaya mereka tidak meminta pertolongan kepada bangsa asing sebab mereka memiliki Allah yang berkuasa menolong mereka. Akibat pemberontakan itu Yehuda akhirnya dijajah Asyur dan akibatnya mereka mengalami penderitaan. Umat yang menderita tersebut mengharapkan datangnya penolong yang dapat membebaskan mereka dari penjajahan Asyur. Dalam situasi kerinduan umat akan datangnya penolong, nabi Yesaya diutus Tuhan ketengah-tengah umat-Nya untuk menubuatkan kehadiran Raja Damai yang akan membebaskan mereka dari penderitaan karena penjajahan.
Pertanyaan kita sekarang adalah siapakah Raja Damai yang akan datang itu? Menurut perikope Minggu ini kita menemukan beberapa ciri Raja Damai yang akan datang itu, yakni:
Pertama, Raja damai yang akan datang itu diidentifikasi sebagai tunas (=taruk) yang akan keluar dari tunggul Isai. Tunggul artinya pangkal pohon yang masih tinggal tertanam di tanah sehabis ditebang. Isai adalah ayah Daud. Hal ini menunjuk pada keturunan raja Daud (2 Sam. 7) dan sebagai penggambaran ketika raja-raja Yehuda keturunan Daud disingkirkan dari tahta (586 SM) oleh Babel. Tidak jelas siapa yang dimaksud dengan tunas yang akan keluar dari tunggul Isai itu, tetapi jati dirinya digambarkan sebagai pribadi yang dipenuhi oleh Roh Tuhan. Roh Tuhan ada padanya. Berarti Tuhan diamini berkenan hadir melalui dan di dalam dia. Roh itu disebut sebagai roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan. Dalam pemerintahannya, raja yang baru dari tunggul Isai itu kesenangannya ialah takut akan TUHAN, menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, yang tertindas dengan kejujuran, membunuh orang fasik, tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan.
Jika Raja yang akan datang itu seperti yang disebutkan di atas, maka akan tercipta damai. Gambaran kedamaian itu diumpamakan seperti keadaan tidak ada permusuhan di mana serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Keadaan damai itu menggambarkan tidak ada orang yang berbuat jahat atau berbuat busuk, maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia. Artinya, dia akan dikenal, menjadi kekuatan dan akan dicari bangsa-bangsa.
Kedua, Raja damai yang akan datang itu akan mengerjakan pemulihan dan perdamaian. Ada tiga macam pemulihan yang akan dilakukan Raja Damai itu, seperti:
1. Pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah (ay. 1-5). Hal ini dinyatakan oleh tunas dari tunggul Isai yang dipenuhi oleh Roh Tuhan dan memimpin dengan adil.
2. Pemulihan kedua adalah pemulihan hubungan antara manusia dengan alam (ay. 6-9). Di sini pertama-tama dilukiskan adanya sebuah harmoni antara alam dengan alam itu sendiri. Namun, dinyatakan juga bahwa manusia dan alam tidak akan bermusuhan lagi. Baik manusia maupun alam bercengkerama dan memuliakan pencipta mereka.
3. Pemulihan ketiga adalah pemulihan hubungan antara manusia dengan manusia (ay. 10-16). Sisa-sisa orang yang selamat akan dihimpunkan lagi, dan bersama-sama bersyukur kepada Allah yang menyelamatkan mereka. Ini gambaran damai oleh sang Raja Damai yang akan datang.
Ketiga, Raja damai yang akan datang itu menunjuk kepada datangnya Yesus sebagai Raja Damai yang mengampuni dosa manusia dan memberikan masa depan yang penuh damai sejahtera. Yesus diutus Allah sebagai Juruselamat manusia sehingga manusia mengalami pertobatan dan pembaharuan hidup. Yesus menggenapi apa yang dinubuatkan saat membaca teks Yesaya ini di rumah ibadat di Nazareth (Luk. 4:21). Ada damai sejahtera dan sukacita dalam iman kepada Tuhan Yesus (Rm. 15:13).
Kita percaya bahwa Yesus adalah penggenapan nubutan nabi Yesaya sebagai Raja Damai bagi manusia yang hidupnya selalu jatuh dalam dosa (1:2-4; 1 Yoh. 1:8). Dalam persekutuan dengan Yesus, maka kita beroleh pengampunan dosa dan damai sejahtera yang penuh (Mat. 9:5; 26:28; Rm. 5:8, 21; Ef. 1:7). Dengan keselamatan yang Tuhan Yesus anugerahkan maka kita dapat mengalami dan menghadirkan damai sejahtera bagi sesama (Rm. 14:19; 2 Kor. 13:11; Kol. 3:15, 1 Tes. 5:13).
Raja Damai yang akan datang itu akan melepaskan kita dari penderitaan. Pertanyaan kita selanjutnya adalah bagaimanakah cara kita agar kita dapat lepas dari penderitaan? Ada beberapa cara yang diajarkan Yesaya agar umat Israel kala itu dan kita sekarang dari penderitaan yang sedang kita alami, yaitu:
Pertama, kita harus percaya dan berpengharapan kepada kuasa Tuhan. Umat Tuhan digambarkan seperti “tunggul Isai”. Tunggul adalah bekas pohon yang ditebang dan tidak akan tumbuh kembali; demikianlah Yehuda sudah runtuh kejayaannya dan tidak ada harapan untuk bangkit dan kembali dalam kejayaan seperti pada zaman raja Daud. Tetapi dengan secara luar biasa dengan kuasa-Nya Tuhan menumbuhkan dari “tunggul” suatu tunas yang baru, yang kuat dan subur, sehingga tunas itu akan tumbuh menjadi taruk yang berbuah. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil (bnd. Luk. 1:37). Tunas yang tumbuh dari tunggul Isai menjadi harapan baru bagi Israel. Dialah Mesias yang diurapi secara luar biasa oleh Roh Tuhan (Roh Kudus) supaya dapat melaksanakan kehendak Bapa dan membawa keselamatan penuh kepada bangsa-bangsa. Mesias itu diperlengkapi dengan perlengkapan: roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan dan kesenangannya ialah takut akan Tuhan. Semua perlengkapan tersebut adalah perlengkapan untuk memimpin umat-Nya; dengan perlengkapan tersebut dia dapat “melihat” dan “mengerti” dengan tepat dan tajam sampai inti segala persoalan; dia dapat mengerti manusia dalam segala macam keadaan.
Sama seperti bangsa Yehuda dalam nas ini yang digambarkan seperti “tunggul”, bisa saja kita kehilangan semangat dan pengharapan karena begitu banyaknya penderitaan dan pergumulan hidup yang kita hadapi. Perkataan “suatu tunas akan tumbuh dari tunggul Isai” mengingatkan kita bahwa Tuhan berkuasa untuk membuat pembaruan dan sukacita bagi orang-orang yang percaya dan berpengharapan. Apa yang bagi kita kelihatan mustahil hal itu sangat mungkin bagi Tuhan demikian bait sebuah nyanyian rohani. Karena itu jangan pernah putus asa sebab tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Kedua, kita harus hidup di dalam kebenaran (Firman) Tuhan. Seorang raja dunia ini dapat berkuasa kalau dia memiliki senjata (alat-alat perang) dan kekuasaan. Namun tidak demikian halnya dengan Raja Damai yang akan datang itu. Raja Damai itu datang bukan dengan pedang atau senjata bedil melainkan dengan firmannya yang disebut sebagai “tongkat mulutnya” atau “nafas bibirnya”. Dia memukul dengan kuat kuasa yang diberikan Roh Tuhan. Firman yang keluar dari mulut-Nya tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya. Dia akan mendirikan kerajaan Mesias yang didasarkan atas keadilan dan kebenaran yang akan membuahkan kesejahteraan yang meliputi seluruh bumi.
Dalam kehidupan kita di dunia ini kita sering berhadapan dengan ketidakadilan, supremasi hukum tidak ditegakkan, pembuat undang-undang melanggar undang-undang yang diperparah dengan tidak berkuasanya hukum menjangkau penguasa-penguasa yang melakukan pelanggaran. Melihat hal-hal yang demikian bisa saja kita menjadi pesimis mengenai masa depan dan kesejahteraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bisa saja kita menjadi putus asa karena di dalam diri kita tidak ada senjata atau kekuatan yang dapat menghadapinya. Firman ini mengingatkan kita bahwa kita mempunyai senjata yang ampuh untuk tetap bertahan bahkan mengalahkan segala bentuk ketidakadilan yaitu firman Tuhan. Firman Tuhan menjadi pelita dan terang yang dapat menuntun setiap orang ke dalam hidup yang benar. Supaya keadilan dapat ditegakkan setiap orang harus hidup di dalam firman Tuhan, firman Tuhan (kebenaran) menjadi senjata di dalam hidupnya.
Ketiga, kita harus hidup dengan membawa kedamaian. Raja yang akan datang itu datang bertujuan untuk mendirikan kedamaian di bumi ini; “serigala akan tinggal bersama domba, macan tutul akan berbaring di samping kambing, anak lembu dan singa akan makan rumput bersama-sama anak-anak menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak akan ada yang berbuat jahat atau yang berlaku busuk sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan”. Keadaan seperti di Firdaus, permusuhan yang ditimbulkan oleh karena dosa manusia dan ular (Kej. 3:15) telah berakhir, bumi ini dilepaskan dari kesia-siaan dan dari kebinasaan. Seluruh bumi ini menjadi gunung Tuhan yang kudus dimana tidak ada lagi segala bentuk kejahatan dan kebusukan sebab bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan. Raja yang akan datang itu (Mesias) akan ditinggikan seperti panji-panji dan semua bangsa akan mencari-Nya untuk mendapatkan “pengetahuan, hikmat dan nasihat”. Demikianlah “akar Isai” yang mula-mula tumbuh dengan sederhana dan wujudnya pun tidak menarik (bnd. Yes. 53:2), tetapi kemudian menjadi kemuliaan segala bangsa di bumi.
Saat ini, orang-orang Kristen (pengikut Kristus) terpanggil menjadi duat-duta perdamaian. Tidak zamannya lagi orang Kristen yang harus didamaikan, menjadi sumber perpecahan, sebaliknya kehadirannya selalu menghadirkan kedamaian. Orang Kristen harus menghidupi doa perdamaian Fransiskus dari Asisi yang mengatakah: “Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Bila ada kebencian jadikanlah aku pembawa cinta kasih. Bila ada hati yang terluka, jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila ada kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila ada keputusasaan jadikanlah aku pembawa harapan. Bila ada kegelapan jadikanlah aku pembawa terang. Bila ada kesedihan jadikanlah aku pembawa kegembiraan. Tuhan semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai. Sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni, dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya”.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Advent I ini?
Pertama, marilah kita menantikan kedatangan Raja Damai kali kedua dengan iman. Raja Damai itu telah datang dulu di Betlehem melalui kelahiran-Nya di kandang domba. Kini kita menantikan kedatangan Raja Damai itu bukan lagi lahir dalam wujud manusia, melainkan kedatangan-Nya akan datang dalam wujud kemulian-Nya untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Kita menantikan kedantangan-Nya dengan iman yang aktif. Dengan menanti kita melakukan kebaikan bagi sesama dengan membawa kedamaian bagi dunia dan sesama.
Kedua, mari hidup dalam kebenaran firman TUHAN. Setiap tindakan, perkataan, pelayanan kita harus didasari pada kebernaran Firman TUHAN. Dengan mendasari segala tindak tanduk kita dengan firman TUHAN, maka kita akan terhindar dari sikap dan tindakan kejahatan, dan kebusukan.
Ketiga, jadilah menjadi juru damai. Cara terbaik menyambut Raja damai itu, yakni Yesus Kristus adalah siapkan hati untuk tunduk pada kehendak Tuhan, berdamailah dengan semua orang, bantulah orang lemah dan jadilah saksi yang benar agar semua orang bahkan bangsa-bangsa datang mencari dan menyembah-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Karena itu, sambutlah kedatangan Raja Damai itu dengan iman, hidup dalam kebenaran dan menjadi juru damai selalu bagi setiap orang. (rsnh)
Selamat Merayakan Advent I!