Senin, 10 Oktober 2022

Renungan hari ini: “MENGANGKAT HATI DAN TANGAN KEPADA ALLAH (Ratapan 3:41)

 Renungan hari ini:

 

“MENGANGKAT HATI DAN TANGAN KEPADA ALLAH


 

Ratapan 3:41 (TB) "Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga"

 

Lamentations 3:41 (NET) "Let us lift up our hearts and our hands to God in heaven"

 

Dalam nas hari ini kita akan belajar dua hal, yakni tentang “mengangkat hati” dan mengangkat tangan” kepada Allah. Inilah ratapan Yeremia dalam melihat perilaku umat Israel kala itu. Yeremia mengajak umat Israel agar mau “mengangkat hati” dan mengangkat tangan” mereka kepada Allah. Apakah yang dimaksud dengan “mengangkat hati” dan mengangkat tangan” kepada Allah?

 

Pertama, “mengangkat hati kepada Allah”. Dalam doa, kita mengangkat hati dan budi kepada Allah di mana kita berkomunikasi, berbicara dan menjalin relasi yang intim dengan-Nya (dimensi ilahi). Kita memang tidak dapat bertemu atau melihat Allah secara langsung, tetapi kita dapat merasakan bahkan melihat-Nya dengan mata iman. Dalam doa yang sungguh-sungguh, kita pasti bisa melihat Allah dan Dia pasti hadir dalam doa kita bila kita menjalin relasi yang intim dengan-Nya. Selain itu, apa yang kita doakan harus menjadi inspirasi dalam perjalanan hidup kita. Doa yang kita sampaikan harus diwujudkan dalam tindakan nyata setiap hari, dan bahkan hidup kita harus bisa menjadi doa bagi orang lain (dimensi humani).

 

Doa merupakan ungkapan hati, di mana kita mengarahkan hati kepada Tuhan, menyerahkan diri secara total kepada-Nya. Sikap pertama yang harus kita lakukan adalah mensyukuri segala anugerah Tuhan kepada kita. Segala hal yang telah kita terima dari-Nya, baik suka maupun duka, harus kita serahkan kepada Tuhan dan kita syukuri sebagai anugerah terindah dari-Nya untuk kita. Dalam ucapan syukur itulah tampak kesungguhan iman kita kepada Allah.

 

Kedua, mengangkat tangan” kepada Allah. Mengangkat tangan adalah bagian dari ibadah dalam banyak gereja. Ibadah melibatkan tubuh ragawi kita, seperti halnya melibatkan hati dan pikiran kita. Postur tubuh kita menceritakan sebuah kisah. Postur kita adalah sebuah pernyataan kepada Allah dan kepada orang lain tentang keadaan jiwa kita dan perasaan serta kerinduan yang ada dalam hati kita. Kita bisa mengangkat tangan ketika berdoa dan memuji Allah karena kita menemukan teladan eksplisit dari Alkitab untuk melakukan hal itu. Misalnya: “Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu” (Mzm. 63:5)

 

Biasanya kita mendengar istilah “angkat tangan” ketika seseorang menyatakan bahwa dia menyerah, tidak mampu dan tak berdaya dalam suatu peperangan atau perjuangan. Dan memang kadang-kadang hamba Tuhan pun rasanya mau menyerah bukan? Sampai muncul istilah, ”jika kita sudah angkat tangan, maka Tuhan akan turun tangan.” Namun pemazmur mengangkat tangannya bukan karena menyerah, tetapi untuk memuji Dia, Tuhan yang tak pernah lelah dan terlelap (Yes. 40:28-29; Mzm. 121:4). Di sini dia merasa sungguh diipuaskan dan merasakan topangan dan pertolongan Tuhan dan jiwanya makin melekat (clings) kepada Dia. Bagi raja Daud yang memang sering mengalami banyak tekanan (distress), jalan satu-satunya adalah harus melekat kepada Tuhan. Ada seorang ibu berkata seperti ini; “orang mengira saya ini baik-baik saja dan tidak ada beban berat, karena saya selalu tampak semangat dan bersukacita. Padahal di dalam hati, saya sering menangis dan mengangkat tangan saya di hadapan Tuhan, memohon kekuatan dalam menanggung berbagai-bagai masalah dan pergumulan yang tak habis-habisnya. Jadi jikalau saya tampaknya selalu bersukacita, itu semua karena Tuhan yang menguatkan saya.” Kita pun mungkin sering berada pada situasi seperti ini.

 

Kita juga melihat bahwa sebagian orang di dalam ibadah “mengangkat tangan” kepada Allah sebagai satu ekspresi batin kita [selain kata-kata] yang kagum, hormat, haus dan rindu akan Tuhan. Dan “mengangkat tangan yang suci” menurut Paulus adalah dorongan yang kuat dari dalam roh untuk memberi diri kepada Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan raga, tanpa ada kepura-puraan. Sebab ada banyak mereka yang mengangkat tangan dalam ibadah namun dorongan dari dalam sama sekali tidak muncul karena hidup mereka masih hidup dalam dosa, tidak jujur. Di hadapan Allah mengangkat tangan demikian sama sekali tidak berdampak bagi mereka. Tetapi mereka yang mengangkat tangan yang suci dampak yang akan dialaminya hadirat dan kuasa Allah akan turun serta menjamah hidup mereka. Karena itu, arahkan hati dan angkat tangan kita kepada Allah dan sembahlah Dia maka Dia akan melawat kita dengan kuasa Roh-Nya yang dahsyat itu. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...