Minggu, 13 November 2022

Renungan hari ini: “TUHAN SETIA” (2 Timotius 2:13)

 Renungan hari ini:

 

“TUHAN SETIA”


 

2 Timotius 2:13 (TB) "Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya" 

 

2 Timothy 2:13 (NET) "If we are unfaithful, he remains faithful, since he cannot deny himself"

 

Kesetiaan adalah salah satu sifat Allah yang sempurna. Hal ini berarti bahwa secara absolut Allah layak dipercayai, setia, bisa diandalkan dan benar terhadap Firman-Nya. Firman Allah adalah sepasti diri-Nya, Allah tidak bisa berdusta dan Dialah satu-satunya Allah yang benar. Tuhan tidak sama dengan manusia yang seringkali setelah mengucapkan janji, kemudian membatalkannya. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang memegang teguh perjanjian-Nya. Itu artinya, sekalipun kita melanggar perjanjian kita kepada Tuhan, Tuhan akan tetap setia pada perjanjian-Nya kepada kita.

 

Berbicara kesetiaan, manusia sangat rentan dengan kesetiaannya.  Manusia begitu mudah terpengaruh dan terguncang oleh situasi dan keadaan, tidak stabil, mudah kecewa dan sebagainya sehingga manusia cenderung mudah berubah dan tidak setia kepada Tuhan. Inilah yang harus kita mengerti kesediaan Tuhan tetap setia terhadap kita. 

 

Allah kita itu setia untuk menyertai dan takkan pernah meninggalkan kita. Mungkin kita pernah bertanya-tanya, jika kita telah berbuat dosa, mendukakan hati Allah dan tidak setia kepada-Nya, akankah Allah masih setia menunggu kita untuk kembali kepada-Nya? Jawabannya adalah Allah pasti akan dengan setia menunggu kita untuk kembali ke jalan-Nya, sebab kesetiaan Allah bukanlah ditentukan oleh karena kesetiaan kita. Seperti ada perumpamaan dalam Alkitab tentang anak yang terhilang namun bapanya tetap setia menunggu dan berharap bahwa anaknya akan kembali, dan pada akhirnya anak itu pulang kembali ke rumah bapanya (Lukas 15:11-32).

 

Anak itu menggambarkan kita yang sudah percaya namun tidak setia dengan Allah. Begitulah juga Allah menggambarkan diri-Nya yang tetap setia terhadap kita. Roma 3:3-4a. Jadi bagaimana, jika diantara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia tidak setia. Jadi kesetiaan Allah itu tidak terbatas dikarenakan kita yang tidak setia sebab Allah tidak dapat menyangkal diri-Nya.

 

Namun harus kita sadari bahwa seringkali teks ini disalahartikan oleh banyak orang Kristen: “Enak ya menjadi orang Kristen. Kita bisa hidup seenaknya: berbuat dosa apa pun, malas baca firman, jarang ibadah dan tidak usah repot-repot terlibat dalam pelayan, toh jika kita tidak setia, Tuhan tetap setia.” Ini namanya ngawur! Pernyataan tidak setia ini menunjuk kepada keberadaan kita sebagai manusia yang begitu mudah terpengaruh dan tergoncang oleh situasi dan keadaan, tidak stabil, mudah kecewa dan sebagainya sehingga kita cenderung gampang berubah menjadi tidak setia kepada Tuhan. Berbeda dengan Tuhan yang adalah setia sebab kesetiaannya adalah sifat Tuhan sendiri. Pemazmur berkata, “Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu” (Mzm. 89:9) sehingga “…segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan” (Mzm. 33:4b).

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana agar kita senantiasa menikmati dan merasakan kesetiaan Tuhan?

 

Pertama, kita harus fokus kepada Yesus. Kepada Timotius, rasul Paulus berpesan agar ia senantiasa mengingat-ingat Yesus (ay. 8). Pribadi Yesus harus menjadi fokus kehidupan kita. Namun sering kita membesar-besarkan masalah, mengingat-ingat kejelekan orang lain atau kekecewaan terhadap seseorang, bukannya mengingat-ingat Pribadi Yesus dengan segala kebesaran, kuasa, karya-karya-Nya dan juga pengorbanan-Nya. Akibatnya ketika bertemu dengan sedikit ujian, kita langsung lemah, mengeluh, bersungut-sungut dan berubah tidak setia.

 

Kedua, kita harus mau menderita untuk Injil. Di sini bukan berarti orang Kristen hidupnya susah, serba kekurangan atau tertekan. Yang dimaksud adalah penderitaan karena melakukan kebenaran (ay. 9); menyalibkan daging dan harus tunduk kepada kehendak Tuhan. Ada harga yang harus kita bayar, tidak lagi bisa seenaknya hidup. Bisakah? Tidak ada istilah tidak bisa. Hanya dua pilihan: taat atau tidak. Roh Kudus pasti menolong dan memberi kekuatan bila kita senantiasa intim dengan Tuhan. Karena itu, tetaplah setia seperti kesetiaan Allah kepada kita tanpa tergantung pada situasi dan kondisi apa pun. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...