Sabtu, 20 Agustus 2022

KOTBAH MINGGU X SETELAH TRINITATIS Minggu, 21 Agustus 2022 “IBADAH YANG BERKENAN KEPADA TUHAN” (Yesaya 58:9b-14)

 KOTBAH MINGGU X SETELAH TRINITATIS

Minggu, 21 Agustus 2022

 

“IBADAH YANG BERKENAN KEPADA TUHAN”

Kotbah: Yesaya 58:9b-14.   Bacaan: Ibrani 12:18-29




 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu kesepuluh setelah Trinitatis. Tema yang akan kita gumuli adalah “Ibadah yang Berkenan kepada TUHAN”. Ibadah yang bekenan dan benar adalah ibadah yang pada satu sisi menunjukkan ketaatan pada ritus dan hukum keagamaan (perayaan, puasa, Sabat, dll) dan pada sisi lain mewujudnyatakannya dalam kehidupan sosial dengan sesama terutama mereka yang miskin, menderita, dan tertindas. Ibadah yang benar itu tidak akan sia-sia, mereka sendiri akan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Teks khotbah hari ini menyebutkan sejumlah hasil positif yang mereka dapatkan kalau beribadah dengan benar, mulai dari jawaban Tuhan atas doa dan permohonan mereka (ay. 9), hingga berkat Tuhan yang berkelimpahan atas mereka bahkan dalam kegelapan sekalipun (ay. 10.14). Intinya adalah ibadah yang kita lakukan secara ritual dan seremonial haruslah diwujudnyatakan dalam tindakan sosial kita di tengah-tengah keluarga, gereja dan masyarakat sehingga ibadah kit aitu membawa hasil yang memuaskan hidup kita.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang bisa kita lakukan sebagi perwujudan ibadah yang berkenan kepada TUHAN? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam kehidupan keluarga, Gereja dan masyarakat sebagai wujudnyata peribadahan ritual dan seremonial kita, yakni:

 

Pertama, jangalah kita mengenakan kuk kepada sesama manusia dan tidak menunjuk orang dengan jari dan memfitnah (ay. 9). Orang yang telah melakukan ibadah secara ritual dan seremonial bagi TUHAN, maka sikap hidupkita bagi sesamakita adalah tidak lagi mencelakakan sesama kita manusia. Fitnah adalah sebuah perilaku yang sangat jahat. Fitnah lebih kejam daripada pembubuhan. Kualitas ibadah yang kita lakukan diukur sejauh mana kita memedulikan orang lain dengan baik dan benar. Kepedulian kita kepada orang lain akan mendorong kita mengusahakan terciptanya kehidupan yang baik.

 

Kedua, apabila kita memberikan makan orang lapar (ay. 10). Memberikan apa yang ada pada kita kepada orang lapar adalah bukti nyata bahwa ibadah kita telah berkenan kepada TUHAN. Hidup kita bagaikan air yang selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Artinya, berkat yang ada pada kita kita alirkan kepada orang yang belum berkecukupan sehingga mereka bisa hidup dan berakitivitas (ay. 11).

 

Ketiga, apabila kita mampu memuaskan hati yang tertindas (ay. 10). Orang yang tertindas sangat membutuhkan pembebasan. Sebagai orang yang telah beribadah kepada TUHAN maka kita harus mampu memberikan keadilan dan kebebasan bagi orang yang mengalami ketertindasan. Ada banyak ketertindasan yang terjadi di bangasa kita saat ini. Anak-anak ditindas oleh orang tuanya, buruh ditindas oleh pemilik perusahaan, orang miskin ditindas oleh orang kaya, dll. Sebagai orang percaya kita harus mampu memberikan pembebasan bagi mereka agar mereka bisa menikmati hidup dengan baik dan sejahtera.

 

Tentu setelah kita melakukan aksi nyata dalam kehidupan sosial sebagai buah dari ibadah kita yang berkenan kepada TUHAN, maka TUHAN akan memberikan yang terbaik bagi kita. Ada beberapa manfaat yang kita peroleh dari tindakan nyata ibadah kita, yakni:

 

Pertama, Tuhan akan menuntun hidup kita (ay. 11). Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. Ketika kita mau beribadah yang berkenan kepada TUHAN, maka Tuhan pun akan menuntun hidup kita ke jalan yang benar bahkan memuaskan hati kita di tanah yang kering. 

 

Kedua, kita akan mendapatkan kekuatan baru (ay. 11). Orang yang mau beribadah yang kepada TUHAN tidak akan pernah kekurangan dan mengalami kelemahan. Tuhan akan memberikan kekuatan baru setiap hari agar kita mampu melakukan segala kebaikan Tuhan kepada sesama manusia.

 

Ketiga, kita akan bersenang-senang bersama TUHAN (ay. 14). Orang yang beribadah yang berkenan kepada Tuhan tidak akan berakhir dengan kesusahan. Tetapi Tuhan akan memberikan kemenagan dan kebahagiaan bagi mereka. Orang percaya akan bersenang-senang menikmati hidup bersama Tuhan.

 

RENUNGAN

Apa yang hendak kita renungkan dari perikop Minggu kesepuluh setelah Trinitatis ini?

 

Pertama, beribadahlah kepada TUHAN dengan sikap yang bekenan kepada-Nya dengan melakukan segala perinta-Nya semisal: perayaan, puasa, Sabat, dll. Ibadah kita harus tetap setia pada ibadah-ibadah ritual dan seremonial seperti ibadah Minggu, ibadah keluarga, doa, membaca Kitab Suci, dll.

 

Kedua, wujudnyatakanlah ibadah kita itu dalam tindakan-tindakan sosial kita di tengah-tengah keluarga, Gereja dan Masyarakat.

 

Sebagian kita tentu pernah mendengar pujian dalam Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) 264 “Apalah Arti Ibadahmu”.Lagu ini diciptakan oleh Mercy Tampubolon pada 1998. Lirik lagu PKJ 264 bait 1 dan 3 demikian:


Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
Bila tiada rela sujud dan sungkur?
Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
Bila tiada hati tulus dan syukur?

Ibadah sejati, jadikanlah persembahan
Ibadah sejati kasihilah sesamamu!
Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan,
Jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan. 

 

Berbahagia orang yang hidup beribadah,
Yang melayani orang susah dan lemah
Dan penuh kasih menolong orang yang terbeban
Itulah tanggungjawab orang beriman

Ibadah sejati, jadikanlah persembahan
Ibadah sejati kasihilah sesamamu!
Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan,
Jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan. 

 

Lirik lagu ini mengajak setiap kita untuk mewujudnyatakan peribadatan kita kepada Tuhan melalui tindakan nyata, yakni melayani orang yang susah dan lemah, melakukan tindakan kasih kepada orang yang terbeban. Demikian pula peribadatan haruslah dilakukan dengan hati yang tulus serta syukur. 

 

Seringkali peribadatan yang kita lakukan dihadapan Tuhan terbatas pada tindakan ritual dan dalam simbol-simbol. Bukan berarti bahwa peribadatan yang bersifat ritual dan simbolik tidak perlu dan tidak penting dilakukan. Namun masalahnya kalau peribadatan kita kepada Tuhan hanya berhenti pada ritualitas saja. Karena itu, marilah kita mewujudnyatakan peribadatan kita kepada Tuhan melalui tindakan nyata kepada sesama. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...