Jumat, 08 Juni 2018

Kotbah Minggu Trinitatis 2 Minggu, 10 Juni 2018 "ALLAH YANG MAHAKUDUS, PENOLONG DAN PENEBUS"

Minggu, 10 Juni 2018

"ALLAH YANG MAHAKUDUS, PENOLONG DAN PENEBUS
Kotbah: Yesaya 41:14-20 Bacaan: Roma 3:21-26



Minggu ini kita akan memasuki Minggu kedua setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Allah yang Mahakudus, Penolong dan Penebus”.Sebagai Allah yang Mahakudus, Penolong dan Penebus, Allah akan bertindak kepada umat-Nya. 

Apakah tindakan Allah kepada umat-Nya? Ada beberapa tindakan Allah kepada umat-Nya dalam perikop kita hari ini. 

Pertama,Allah memampukan umat-Nya melawan ketakutan.Musuh utama umat-Nya kala itu adalah ketakutan. Ketakutan adalah suatu kondisi emosional dan batiniah manusia yang muncul sebagai reaksi terhadap suatu keadaan dari luar dirinya yang mengancam ketenangan, kemapanan dan kehidupan sendiri. Seseorang menjadi takut bilamana ancaman dari luar itu membahayakan jiwanya sedangkan dirinya sendiri tidak memiliki kemampuan untuk menangkal bahaya itu. Rasa ketakutan berpotensi dimiliki semua manusia termasuk secara kolektif seperti suatu bangsa. Pada konteks nats, Israel, bangsa pilihan Allah mengalami rasa takut yang disebabkan penindasan dan pembuangan yang dialaminya membahayakan kehidupan, baik kehidupan setiap individu maupun kehidupan kolektif sebagai suatu bangsa. Bahaya itu bukan saja berwujud kematian badani setiap orang israel, melainkan juga kematian kolektif Israel sebagai suatu bangsa. Dalam Kitab Yesaya bagian kedua ini, pembuangan sebagai sumber ketakutan itu dilukiskan sebagai seeokor naga purba/Rahab (bnd. Yes. 51 : 9-10), lambang kuasa chaos yang menakutkan yang akan memangsa dan menelan habis seluruh eksistensi Israel sebagai suatu bangsa. Dihadapan ular raksasa (naga) itu, Israel hanyalah seekor “cacing” dan seekor “ulat” kecil saja (41:14), maka adalah kewajaran jika ada rasa takut. 

Dalam menghadapi “ular naga” penindasan, penjajahan dan pembuangan yang amat mengancam eksistensi Israel sebagai ciptaan dan bangsa pilihan Allah, kepada si cacing dan si ulat kecil ini TUHAN bersabda : Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Mengapa? Akulah yang menolong engkau (ay. 14). Syair ini merupakan janji Keselamatan/janji pertolongan Allah kepada umat-Nya yang berkeluh kesah di dalam permbuangan untuk berbicara kedalam hati Israel. Secara garis besar disampaikan bahwa Allah tidak meninggalkannya, Israel akan menerima pertolongan tanpa berbuat apa-apa. Ayat ini juga meyakinkan Israel bahwa Allah sendiri yang adalah Khalik dan Pemimpin sejarah yang akan melindungi umat-Nya dan menyelamatkan dan membebaskan mereka “si ulat dan cacing”, lepas dari kekuasaan “si naga” itu. Ia akan membebaskan mereka keluar dari perbudakan dan kembali mengikat perjanjian dengan mereka. Begitulah kasih setia Allah yang telah nyata dalam sejarah bangsa Israel. Keadilan berkaitan erat dengan cara Allah bertindak didalam dunia untuk menyatakan kedaulatan-Nya.

Dewasa ini, gambaran ketakutan akibat ancaman “Naga” itu dapat diartikan dalam bentuk ketakutan manusia akan keadaan cengkraman “Naga monopoli ekonomi”, rakyat tidak berdaya atas tekanan ekonomi (harga yang melambung tinggi sedangkan pendapatan yang sangat terbatas), ketakutan terhadap “Naga pengangguran”, “Naga terorisme”, “Naga ormas atau komunitas anarkis yang mengancam hak menjalankan ibadah”, “Naga penyebarluasan Narkoba dan HIV AIDS”, dan pergumulan hidup lainnya yang membuat ketakutan, ancaman, karena ketidaksanggupan kita menghadapi. Kita lantas bisa berefleksi siapakah ulat dan cacing kecil dalam hal ini? Mereka adalah rakyat kecil yang tidak korup, mereka adalah orang yang setiap pada TUHAN hingga tidak ikut-ikutan korup di pemerintahan dan swasta yang akhirnya dikucilkan dan tidak diberi “job”, mereka adalah kaum minoritas yang terjepit oleh kepentingan dan arogansi kaum mayoritas yang merubah diri menjadi moster, mereka adalah warga negara yang karena agamanya dianggap warga negara kelas dua, dan mereka adalah yang oleh karena kebenaran di marginalkan. Semua kondisi ini membelit dan mengancam eksistensi mereka secara pribadi atau kolektif. Mereka menjadi takut sebab ternyata mereka tidak mempunyai kekuatan apa-apa melawan Naga itu. Mereka ibarat seekor cacing atau ulat kecil yang demikian lemah dan ketakutan dihadapan naga yang mengancam mereka. Siapakah yang melindungi dan mendampingi mereka? Tuhan menjadi harapan dan pemberi janji pasti ditengah banyaknya bualan politik dan solusi palsu saat ini. Inilah kekuatan kaum hina dina, inilah kekuatan kaum rendah hati dan lemah, inilah kekuatan semua orang kecil dan dianggap kecil, dan lemah, inilah kekuatan kaum yang dimiskinkan dan dikelas duakan. Sabda Tuhan yang disampaikan ribuan tahun lalu berlaku : “Jangan lah takut hai si cacing kaum minoritas, Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat yang termarjinaliasi! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Minoritas. Demikian kita diajak membaca ulang Nats ini dalam konteks kita, hingga nats ini sangat relevan dimana banyak orang dalam cengkraman “naga” dikuatkan dengan sabda Tuhan ini. Jemaat diajak membaca ulang nats ini dalam konteks kehidupan masing-masing. Berbahagialah mereka yang Gunung Batunya adalah Tuhan. Tuhan berjanji akan melepaskan kita dari ketakutan, karena itu yang pertama mari kalahkan rasa takut. Siapa takut ? Diperlukan keyakinan dan kesabaran didalam sejarah akan penggenapan firman Tuhan ini. Tuhan akan tampil sebagai pembebas dari cengkraman teror, krisis ekonomi, dan keanarkisan.

Menjadi orang kecil saja belum menjadi otomatis akan perlindungan Allah ini. Menjadi orang tersisih dalam birokrasi saja belum menjadi analog dalam ideal ini. Menjadi kaum minoritas yang selalu dimusuhi dan di marginalkan saja belum dapat dikatakan “kaum yang rendah hati dan lemah”, yang mendapat perlindungan Tuhan. Ada moralitas dasar yang haruis dijadikan acuan hidup. Dan itu adalah ketaatan kepada Tuhan dan perintahNya, hidup dalam kebenaran dan kesetiaan Tuhan. Kaum yang tetap berpegang pada kebenaran Injil ditengah suatu masyarakat yang sakit dan alami degradasi moral./ Inilah yang menmbuat mereka eksis dan tetap ada dalam kemelut hidup yang berat. Siapakah diantara kita yang dapat berdiri dihadapan Allah yang Maha Kudus ini. Kudus dalam arti kebenaran dan kesetiaan. 

Kedua, Allah akan membuat kita bersorak-sorai di dalam TUHAN (ay. 15-16).Dengan kuasa Allah, Israel yang diibaratkan sebagai “ulat dan cacing” dapat di pakai Allah untuk melakukan sebuah pekerjaan yang luar biasa. Nas dalam ayat 15-16 berkata bahwa mereka diibaratkan akan dijadikan papan pengirik yang tajam dan baru, dan akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukit pun akan mereka buat seperti sekam, lalu menampi mereka, hingga angin akan menerbangkan dan badai akan menyerakkan gubung-dan bukit sebagai gambaran musuh-musuh Israel. Dalam TUHAN Allah, Israel akan akan bersorak-sorak di dalam TUHAN dan bermegah di dalam Yang Mahakudus, Allah Israel. Nats ini memiliki kesejajaran dengan Matius 17 : 20, dimana Tuhan mengajar bahwa kalau aku mempunyai iman biji sesawi, maka gunung-pun akan pindah. Namun, perlu dimengerti, bahwa dengan kuat kuasa, petunjuk, perlindungan dan pertolongan-Nya (dan bukan dengan kuat gagah manusia), umat percaya adalah yang harus mengirik gunung-gunung tersebut. Ini berarti bahwa umat percaya juga harus terlibat dan bekerja dengan rajin dan tekun dalam proses "peleburan" gunung-gunung ini. Jadi bukan seperti sulap. Umat percaya harus tetap semakin giat berdoa dan bekerja untuk menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik.

Ketiga,TUHAN tidak akan meninggalkan umat-Nya (ay. 17).Jika kita membaca ayat 17, maka kita akan melihat gambaran keberadaan Israel sebagai orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan. Untuk realitas ini Firman Tuhan menjawab bahwa TUHAN akan menjawab kebutuhan mereka, dan Tuhan Allah tidak akan meninggalkan dan membiarkan umat-Nya.

Keempat, TUHAN akan memberikan apa yang kita butuhkan (ay. 18-19).Disampaikan di ayat 18-19: “Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering. Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya.” Atas kesengsaraan Israel dan kebutuhan akan air, TUHAN tidak hanya memberikan mata-mata air yang melimpah tetapi juga menyiapkan ekosistem yang lebih kondusif, alam yang asri sehingga kualitas kehidupan Israel semakin terjamin baik. Ia memperhatikan dan pertolongannya tepat waktu dan tepat sasaran.

Dikaitkan dengan Perjanjian Baru, ketika manusia sengsara akibat dosa, kekeringan rohani dan terancam beroleh maut sebagai upah dosa, maka TUHAN Allah mengambil inisiatif membebaskan manusia dari dosa dan bukan hanya itu, melainkan memberikan kehidupan surgawi dan duniawi yang luar biasa bagi umatNya yang setiap pada imannya. Dalam psikologi pembandingan antitetis, orang tak akan sanggup secara optimal membayangkan kebesaran Allah, kecuali ia menyadari kekerdilan dirinya. Tak sanggup menyadari kemuliaan Allah, kecuali ia melihat kehinaan dirinya. Tak sanggup memahami penebusan Kristus, kecuali ia merasakan kepahitan dosanya. Sebenarnya Nats menempatkan dengan dramatis pengakuan akan kerendahannya bagaikan cacing dihadapan Allah yang Maha Besar. Yang telah menebus manusia di kayu salib, di mana Yesus sudi dan rela menyerahkan nyawa bagi makhluk yang amat sangat rendah seperti dirinya. Di hadapan pengurbanan Kristus di kayu salib, yang begitu mengharukan, rasanya tiada celah bagi pendosa untuk mengagungkan diri sendiri. Nats bisa di relevansikan membawa pengosongan diri dari segala arogansi insaninya. Dalam pengosongan diri inilah, tak ada hak kita untuk mengambil kemuliaan dan hormat bagi diri sendiri, seperti yang sering dilakukan orang. Terlalu malu untuk melakukan tindakan tersebut. Penebusan Kristus di kayu salib harus melenyapkan segala kecongkakan diri dan menumbuhkan rasa kerendahan di hadapan Allah, ibarat cacing dan ulat. Cacing adalah makhluk hina, rendah dan tak berharga. Namun melalui pertolongan Allah yang kudus, melalui pergorbanan Yesus Kristus, kita berharga dan menerima jaminan keselamatan dan memiliki hidup yang kekal.

Kelima, Tangan TUHAN yang berkuasa atas hidup manusia (ay. 20).Ayat 20 menunjukkan perbedaan di antara konsep tangan Tuhan dan Tuhan Mahakudus Allah Israel yang menciptakan. Terdapat dua identitas yang hadir di sini. Penggunaan istilah dan sesungguhnya menggabungkan dua “Nama”. Ia tidak merujuk kepada dua sifat keperibadian bagi dua orang. Teks ini menunjukkan bahawa tidak ada Allah sebelum atau selepas Allah yang Maha Tinggi. Nas mempunyai makna akan ke-Mahakuasaan Allah yang membuat-menciptakan – mengendalikan semuanya. Tangan Allah mengendalikan semua kehidupan dan Yang Maha Kudus lah yang menciptakan semuanya. Bisa saja secara individu diantar jemaat ada yang sedang menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi, misalnya orang yang kita cintai pergi untuk selamanya. Seringkali timbul dalam hati pertanyaan mengapa tangan TUHAN mau melakukan semuanya ini? Sering timbul kepahitan dalam hati kita mempertanyakan keadilanNya. Ini menunjukkan manusia yang tidak terima posisinya sebagai manusia. Dan dalam banyak kasus kita ingin menjadi Tuhan. Kita sering kali tidak terima dengan banyaknya masalah yang sedang kita hadapi. Ketika Tuhan memanggil orang yang kita cintai seringkali protes kepada Tuhan. Kita marah dan kita bertanya mengapa Tuhan mengambilnya sekarang. Ada banyak sekali alasan yang dapat kita sampaikan untuk memprotes keputusan Tuhan tersebut. Kita seringkali juga marah ketika tertimpa musibah bertubi-tubi, baik bencana alam, kehilangan harta benda, kebangkrutan usaha dan lain sebagainya. Kita marah juga ketika mendapati bahwa anak yang kita harapkan lahir dengan sempurna ternyata memiliki cacat bawaan. Kita seringkali melewati masa-masa yang kelam yang penuh dengan kepahitan hati kepada Tuhan dan selalu bertanya-tanya mengapa Tuhan ijinkan semuanya itu terjadi. Dikaitkan ke Nats, Yakub dimata Tuhan ternyata hanyalah cacing saja, dan dia juga dipanggil sebagai ulat Israel. Tuhan yang Maha Kuasa berjanji untuk menolong si cacing Yakub. Jadi Tuhan yang Maha Baik, Maha Kuasa, Maha Kasih, Maha Tahu pastilah tidak lupa untuk menolong kita para cacing dan ulat yang sering ingin mengendalikan Tuhan. Untuk itu, dalam kemaha tahuan Tuhan (termasuk kemahatahuan Tuhan dalam solusi pergumulan hidup pribadi manusia), kita harus yakin bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita, keberhasilan-kegagalan, untung-rugi, berkembang-bangkrutnya usahan, kelahiran-kematian orang yang kita cintai justru harus membawa kita lebih dekat kepada genggaman tangan pengasihan Allah yang Maha Kudus. Kita harus belajar untuk menerima banyak hal yang diluar kuasa kita. Ada otoritas ditangan Allah untuk membentuk kita melalui apa yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak bisa mendikte Tuhan dalam segala hal sebab otoritas Tunggal ada dalam tangan-Nya. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: TUHAN MEMBERKATI NEGERI

Renungan hari ini: 

TUHAN MEMBERKATI NEGERI


Ulangan 33:13 (TB) "Kiranya negerinya diberkati oleh TUHAN dengan yang terbaik dari langit, dengan air embun, dan dengan air samudera raya yang ada di bawah" 

Deuteronomy 33:13 (NRSV) "Blessed by the LORD be his land, with the choice gifts of heaven above, and of the deep that lies beneath” 

Kata "berkat" dalam bahasa Ibrani disebut barakah. Kata “barakah” tidak hanya berarti berkat, tetapi juga menunjukkan kepada “keadaan yang diberkati” atau “memiliki berkat”. Jadi kata “barakah” mencakup kepada situasi yang baik, sejahtera, berkuasa.

Kata “berkat” juga bisa berarti “berlutut”, seperti yang dilakukan oleh rakyat yang berlutut di hadapan seorang raja ketika mengajukan suatu permintaan. Dengan jalan berlutut di hadapan raja, sebetulnya mereka juga “memberkati” raja karena sudah menghormati raja. Sebagai balasannya, mereka berharap raja akan memberkati mereka. Ditinjau sacara etimologi maka berkat artinya; memberi kuasa hidup, memberi kemakmuran,kebebasan atau kemerdekaan. 

Dan berdasarkan kamus bahasa Indonesia "berkat" berarti karunia Tuhan yang membawa kebaikan di hidup manusia. Jadi, dengan adanya "Berkat" maka akan membawa perubahan yang baik kepada manusia yang akan diberkati. Sehingga, wajarlah jika manusia ingin diberkati.

Ketika berdoa kita sering berkata, Tuhan berkatilah hidup kami, Tuhan berkatilah pekerjaan kami, Tuhan berkatilah gereja kami dan seterusnya. Kata berkat itu menjadi sangat penting dan ketika diucapkan dalam kegiatan yang bersifat rohani maka menjadikan situasi menjadi sangat religius. Banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi orang yang diberkati. Namun pernahkah kita berdiam diri dan merenungkan arti kata berkat dengan sangat mendalam?

Hari ini kita akan mempelajari bagaimana kita mengetahui orang percaya yang hidup dalam berkat Tuhan.  Jika kita melihat realitas saat ini, banyak orang Kristen yang hanya ingin hidup enak saja. Mereka ingin hidup diberkati oleh Tuhan tetapi tidak ingin hidup dalam ketaatan. 

Berkat adalah pilihan dan bukan keadaan. Bila seorang diberkati itu adalah pilihan, maka jangan pernah bilang nasib saya memang begitu, bigini,dst.  Baiklah, untuk lebih memahami firman hari ini, ada beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada kita, yaitu: Apakah arti hidup diberkati? Hidup diberkati adalah;

Pertama,memperoleh kepastian keselamatan. Artinya ada keyakinan dalam diri kita bahwa keselamatan yang kekal itu benar-benar menjadi bagian kita. Jika berkat hanya diukur dengan materi, maka orang Kristen harus menangis sebab ada banyak yang tidak Kristen lebih kaya dari pada kita.

Kedua, hidup dalam damai. Orang yang memiliki kekuatan dalam masalah; artinya ia tidak menyerah kepada masalah. Ada atau tidak adanya masalah tidak bisa mempengaruhi hidup dan imannya.

Bagaimana ciri hidup yang diberkati?

Pertama, hidupnya mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan bukan hanya dengan perkataan, tapi mengasihi Tuhan adalah dengan : menyediakan waktu, korban, ada kerinduan untuk menyenangkan.

Kedua,orang yang terlibat aktif dalam pembangunan rumah Allah. Dan dalam perluasan kerajaan Allah di muka bumi ini (cth: bersaksi untuk orang lain, mengajak beribadah ke gereja, dll).

Ketiga,orang yang menjaga mulut lewat perkataannya.  Sebagaimana kita ketahui bahwa perkataan dapat menentukan masa depan seseorang dan membawanya kepada kehidupan yang lebih baik. Karena Hidup dan mati dikuasai oleh lidah yaitu apa yang diucapkan mulut kita. Kata-kata berkat yang keluar melalui mulut kita, akan menjadi berkat bagi sesama. Untuk itu, kita harus memastikan bahwa perkataan kita adalah perkataan yang membangun, perkataan kita adalah perkataan yang bijak dan benar sesuai firman Tuhan, perkataan kita adalah perkataan yang memberkati, dan perkataan kita adalah perkataan yang lemah lembut dan jujur.

Pertanyaan selanjutnya bagaimana supaya kita dapat menerima berkat tersebut?

Pertama,menjadi pribadi yang takut akan Tuhan;yaitu menjauhkan diri dari segala kejahatan, dan walaupun ada kesempatan berbuat dosa, tapi kita tidak mau berbuat kejahatan. 

Kedua,berjalan di jalannya Tuhan;yaitu melekat pada Tuhan supaya bisa dituntun oleh Tuhan. Ingat, jalan Tuhan sering berbeda dengan jalan kita. Kita sering mengambil jalan pintas, apalagi sekarang budaya instan, mie instan, ikan instan, dan kadang doa kita maunya instan. Semua serba instan. Jadi, kalau kita mau hidup dalam jalan Tuhan, kita harus siap diproses oleh Tuhan.

Ketiga,melakukan dan melaksanakan pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh dan tidak bermalas-malasan. 

Pada akhirnya yang perlu kita ingat adalah bahwa berkat dari Tuhan itu bukan semata-mata kekayaan materi saja. Berkat Tuhan itu luas dan dalam tidak dapat diukur dan dibatasi oleh pemikiran manusia. Bahkan ada sebuah berkat yang jarang dirasakan sebagai berkat, bahkan oleh orang Kristen sekalipun, berkat itu adalah pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah, itu adalah berkat sejati yang seharusnya paling dikejar oleh umat manusia. 

Karenanya, janganlah berkat itu hanya kita pahami dari sudut bendawi, tetapi hidup dan kehidupan kita, semangat dan kemauan bekerja adalah juga berkat dari Allah. Jika kita tidak mensyukuri berkat Tuhan di mana kita masih hidup dan mampu bekerja, maka hal-hal lain yang datangpun tidak akan dapat menjadi suka cita bagi kita. Puncak berkat Allah ada dalam diri Yesus dan melakukan kehendak-Nya akan merasakan betapa nikmat berkat dan anugerah yang diberi kepadanya. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja.

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...