Jumat, 17 Juni 2022

Renungan hari ini: “MENGHILANGKAN PRASANGKA” (Mazmur 19:13)

 Renungan hari ini:

 

“MENGHILANGKAN PRASANGKA”


 

Mazmur 19:13 (TB) "Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari" 

 

Psalms 19:13(NET) "Who can know all his errors? Please do not punish me for sins I am unaware of"

 

Prasangka adalah sikap yang perlu kita hindari. Jauh lebih baik berpikir posisif. Hal itu dialami Daud sejak ia mengalahkan Goliat, dan selalu berjaya di semua medan. Daud menjadi idola, dipuja seluruh bangsa. Sejak itu, Saul menganggapnya ancaman bagi takhta. “Akhir-akhirnya, jabatan raja itu pun jatuh kepadanya,” kata Saul berprasangka (ay. 8b). Secuil pun tak ada bukti bahwa Daud ingin merebut takhta. Daud justru berulang kali membebaskan Saul dari bahaya. Namun, Saul tak henti berprasangka, dan tak henti membenci Daud (ay. 9). 

 

Kita pun mudah berprasangka. Seperti tampak pada Saul, prasangka adalah anggapan tanpa bukti, yang diyakini sebagai kebenaran, yang menolak semua koreksi. Orang yang berprasangka tidak mengakui bahwa ia berprasangka. Jika kita berprasangka, kita berprasangka bahwa prasangka kita bukan prasangka. Dan, siapa pun mengoreksi prasangka kita akan kita prasangkai sebagai orang yang berprasangka kepada kita. 

 

Meminjam istilah pemazmur, prasangka adalah “kesesatan yang tidak disadari” (Mzm. 19:13). Sangat sulit ia hilang. Prasangka hilang dari hati kita hanya jika kita menghendakinya untuk hilang. Jika tidak, tak ada harapan. Saul adalah contoh. Ketulusan Daud, bertubi pertolongan Daud, tak membuat Saul membuang prasangkanya. Mengapa? Karena Saul tidak ingin membuang prasangkanya. Saul menikmati prasangkanya.  Menyadari betapa seriusnya prasangka, dan betapa sulitnya terbebas dari itu, pemazmur memohon kepada Tuhan, “Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.” Memohon Tuhan berkenan menolongnya menyadari prasangkanya, dan menolongnya mau membuang prasangkanya.

 

Untuk jenis kesalahan atau kesesatan yang tersembunyi ini (baca: prasangka), kita bisa meminta Tuhan untuk memeriksa dan membebaskan kita. Untuk itu dibutuhkan sebuah kerelaan untuk diperiksa oleh Tuhan. Bereskan terlebih dahulu segala dosa yang kita sadari, kemudian bukalah hati sepenuhnya untuk diperiksa oleh Tuhan, agar jangan sampai ada masalah yang mungkin sudah berakar di dalam diri kita tapi belum kita sadari. Dosa yang dibiarkan ada dalam diri kita, baik yang nyata-nyata kita sadari, kita tolerir untuk terus ada atau yang tidak kita ketahui tetap sama. Semua itu bisa membuat hubungan kita terputus dari Tuhan. Dalam Mazmur kita bisa melihat kesadaran mengenai hal ini. "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mzm. 66:18). Yesaya pun mengingatkan "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu" (Yes. 59:2). Artinya, berapapun ukuran dari dosa kita, terlihat atau tidak, disadari atau tidak, semua itu akan membuat kita luput dari penyertaan Tuhan. 

 

Daud berkali-kali berseru meminta Tuhan untuk menyucikan dirinya dari segala dosa. "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku" (Mzm. 26:1), "Selidikilahaku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mzm. 139:23-24), atau "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mzm. 51:12). Ini semua adalah seruan yang bagi saya cukup berani, karena Daud tentu sudah membereskan terlebih dahulu segala dosa yang ia sadari dari dalam hatinya sebelum meminta Tuhan untuk menguji dirinya. Tuhan siap untuk menguji diri kita, memeriksa kita dan menyucikan kita, bahkan dari yang tersembunyi sekalipun. Tapi kita harus terlebih dahulu membereskan segala sesuatu yang masih bisa kita sadari. Lakukan perenungan menyeluruh, periksa hati kita terlebih dahulu dan bereskanlah semuanya yang kita ketahui masih menghambat pertumbuhan rohani dan kedekatan kita dengan Tuhan. Dan setelah itu ijinkan Tuhan masuk memeriksa segala hal yang tersembunyi di dalam diri kita. Dosa yang tidak kita sadari tetaplah sebuah dosa yang memiliki potensi membahayakan hidup dan keselamatan kita kelak, karena itu pastikan bahwa tidak ada noda apapun yang masih tersisa mengotori hati kita. Karena itu, sadarilah bahwa dosa yang tidak kita sadari tetaplah sebuah dosa yang sama berbahayanya. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...