Minggu, 18 Desember 2022

Renungan hari ini: “HENDAKLAH KAMU SEIA SEKATA” (1 Petrus 3:8)

 Renungan hari ini:

 

“HENDAKLAH KAMU SEIA SEKATA”


 

1 Petrus 3:8 (TB) "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati"

 

1 Peter 3:8 (NET) "Finally, all of you be harmonious, sympathetic, affectionate, compassionate, and humble"

 

Pernyataan Petrus ini melengkapi pembahasannya pada ayat sebelumnya. Kalau sebelumnya dia menasihati pembacanya tentang bagaimana berhadapan dengan dunia/masyarakat luar, sekarang dia juga memberikan nasihat bagi mereka tentang bagaimana memperlakukan satu dengan yang lain di dalam komunitasnya. Menurut Petrus ada beberapa nasihat tentang bagaimana bersikap dengan sesama manusia, yakni:

 

Pertama,  hendaklah kamu semua seia sekata. Pernyataan ini ditujukan langsung kepada orang-orang percaya, sebab Petrus berkata kepada “semuanya (all of you)”, dan meminta mereka untuk “mengasihi sebagai saudara”. Perkataan “seia sekata” (live in harmony) berarti “menjadi satu pikiran”, atau “sependapat”, atau “hidup harmonis”, atau “memiliki roh yang menyatu”.

 

Kita tentu sudah tahu, bahwa seluruh Perjanjian Baru diwarnai oleh ajakan demi kesatuan kristiani, misalnya Yesus (Yoh. 17:21-23), dan Paulus yang berulangkali memberi nasihat seputar kesatuan ini (a.l. Roma 12:4, 16; 1 Kor. 1:10; 3:3; 10:17; 2 Kor. 13:11; Ef. 2:13, 14; 4:3-6; Flp. 1:27; 2:2; 4:2). Barclay mengatakan bahwa ini bukan sekadar ajakan, melainkan suatu pengumuman (maklumat) bahwa tidak seorang pun dapat menjalani kehidupan kristiani kecuali dalam hubungan pribadinya ia dapat bersatu dengan sesamanya.

 

Namun demikian, kesatuan di antara para pengikut Kristus, nampaknya mengalami pergeseran seiring dengan semakin berkembangnya waktu dan meluasnya kekristenan hingga mencapai bentuk seperti yang sekarang ini. Artinya, kesatuan yang pada awalnya selalu terungkap melalui pengajaran/nasihat Yesus dan para rasul, secara perlahan hal itu tidak lagi menjadi ciri khas orang-orang Kristen, termasuk pada zaman penulisan surat 1 Petrus tersebut, apalagi pada zaman sekarang ini. maka, dalam menghadapi berbagai penindasan iman, seperti yang dialami oleh pembaca tulisan Petrus, tidaklah cukup hanya dengan berbuat baik dan menjaga persatuan, tetapi penting juga ada faktor lain yang lebih praktis dan menguntungkan. Demi mencapai itu, maka penting untuk tidak mempersoalkan atau mempermasalahkan perbedaan dokrin dalam rangka menjaga kesatuan di dunia ini. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa tidak perlu ada perbedaan, atau perbedaan haruslah ditekan sedemikian rupa supaya tidak pernah muncul lagi; saya kira hal itu sangat mustahil. Perbedaan-perbedaan itu tetap ada, dan bahkan memiliki potensi untuk mendatangkan rasa curiga, saling tidak percaya, keretakan dan membangkitkan konflik. Nah, kalau perbedaan itu ditekan atau disembunyikan secara paksa atas nama kesatuan, maka cepat atau lambat, bisa saja muncul persoalan yang dapat berkembang menjadi pertengkaran dan perpecahan besar. Dengan kata lain, apabila orang percaya meninggalkan “keyakinan” atau doktrin mereka demi kesatuan di permukaan, maka persatuan ini menjadi sesuatu yang tidak berarti. Kesatuan/persatuan kristiani sangat penting, dan itu menjadi ciri khas kita sebagai orang percaya kepada Kristus. Maka, berbahagialah mereka yang dapat hidup bersama dengan sesamanya sekalipun dalam perbedaan.

 

Kedua, hendaklah seperasaan (to be sympathetic). Berarti saling berbagi dengan orang lain dalam suka dan duka, dan bersama dengan mereka dalam segala situasi mereka (to be with them at all situation). Rasul Paulus mengatakan di Roma 12:15 “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!”, dan dalam 1 Korintus 12:26 “Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita”.

 

Oleh karena itu, perintah “seperasaan” di sini tidak hanya dorongan untuk bersama dengan sesama dalam bayangan/khayalan kita, tetapi, lebih dari itu, menuntut sikap kita untuk berefleksi bahwa kita memang satu di dalam Kristus. Dalam pengertian yang nyata, apa yang terjadi kepada yang satu atau beberapa orang, terjadi juga kepada kita semua. Jadi, tidaklah Alkitabiah apabila ada orang Kristen hanya memperhatikan diri sendiri. Tidak patut juga apabila merasa senang dengan penderitaan sesama, atau merasa sedih dengan sukacita orang lain. Mengasihi sesama sebagai saudara berarti memelihara kasih sayang terhadap sesama Kristen. 

 

Orang yang “seperasaan” dengan sesamanya, pasti juga memiliki kasih spesial satu terhadap yang lain. Di surga, rasa keterikatan antara orang-orang percaya seharusnya lebih kuat daripada kasih-sayang yang ada di dunia ini. Sayang sekali, ikatan seperti itu jarang terlihat di gereja dewasa ini; kalau demikian yang terjadi, maka kita gagal memperlakukan sesama kita sebagai keluarga di dunia. Seharusnya “mengasihi saudara-saudara” itu menjadi ciri khas dari setiap orang Kristen. Yesus sendiri menekankan hal itu dalam Yohanes 13:35 “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”; lihat juga 1 Yoh. 3:14 “Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut”.Orang yang tidak mengasihi sesamanya, sesungguhnya bukan orang Kristen. Sementara itu, penyayang (to be compassionate) berarti memiliki “hati yang lembut” terhadap yang lain, atau “hati yang baik”. Itulah penekanan ketiga sebagai ciri khas orang Kristen menurut Petrus.

 

Ketiga, hendaklah kamu rendah hati. Menjadi “rendah hati” tidak hanya sekadar refleksi karakter Tuhan dalam diri kita, tetapi kebutuhan penting gereja yang berada di bawah penyiksaan. Kerendahan hati tidak berarti selalu penghinaan dan rendah diri. Kerendahan hati ini tetap menghargai kebaikan dan kemampuan seseorang. Kata Yunani kerendahan hati memang menandakan kelemahan, tetapi sesungguhnya kurangnya kerendahan hati juga menandakan kebodohan (ketidaktahuan). Oleh sebab itu, kerendahan hati sesungguhnya merupakan sesuatu yang dilakukan dalam kesadaran, ketenangan, dan kebebasan. Menjadi rendah hati tidaklah karena dipaksa, juga tidak karena kebetulan. Kristus menyadari bahwa Dia adalah Guru dan Tuhan bagi murid-murid-Nya, tetapi Dia membungkuk untuk melayani mereka, bahkan membasuh kaki mereka (Yoh. 13:13-14). Tindakan Yesus inilah yang seharusnya mendorong kita untuk rendah hati, bahkan sekali pun kita mungkin memiliki beberapa keunggulan dibanding yang lain. 

 

Kiranya menjadi perenungan kita juga bahwa dunia modern dewasa ini selalu berusaha untuk bersaing dan membandingkan diri. Bersaing sehat sangatlah baik, tetapi perlu diwaspadai bahwa pola ini dapat merusak komunitas Kristen. Ketika perhatian utama kita hanya untuk menjadi lebih hebat dan lebih besar dari sesama, dan memperlihatkan superioritas kita atas yang lain, sesungguhnya kita tidak lagi melayani Tuhan, tetapi melayani diri sendiri. Orang yang rendah hati memiliki kemampuan menilai diri sendiri dengan benar, di sana juga ada kekuatan spiritual untuk mempraktikkan kerendahan hati yang membebaskan dan melayani yang lain. Bnd. Roma 12:16 “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”Orang yang memiliki kekayaan, kuasa, atau pendidikan tinggi, sesungguhnya sudah lebih dari yang lain dalam beberapa aspek. Orang yang rendah hati tidak akan memamerkan kelebihannya itu (melagak), dan dia tidak akan menggunakan kelebihannya itu untuk menganggap remeh atau menaklukkan orang lain. Sebaliknya, dia akan membangun hubungan yang baik dengan mereka dalam konsep kesetaraan, menggunakan kelebihannya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Karena itu, marilah membangun hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...