Sabtu, 07 September 2024

KOTBAH MINGGU XV SETELAH TRINITATIS Minggu, 08 September 2024 “YESUS MENJADIKAN SEGALA-GALANYA BAIK” (Markus 7:24-37)

 KOTBAH MINGGU XV SETELAH TRINITATIS

Minggu, 08 September 2024

 

“YESUS MENJADIKAN SEGALA-GALANYA BAIK”

Kotbah: Markus 7:24-37    Bacaan: Mazmur 125:1-5


 

Minggu ini kita memasuki Minggu Kelimabelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Yesus Menjadikan Segala-galanya Baik”. Dalam perikop ini, kita melihat bagaimana Yesus menunjukkan belas kasih dan kuasa-Nya yang tak terbatas dengan menjadikan segala sesuatu menjadi baik. Pesan ini sangat relevan bagi kita yang sering kali merasa terbebani oleh berbagai masalah hidup.

 

Ada beberapa pelajaran penting dari perikope ini bagi kita, yakni:

 

Pertama, Yesus memahami kebutuhan kita. Dalam Markus 7:24-30, kita membaca tentang seorang perempuan Siro-Fenisia yang datang kepada Yesus untuk memohon kesembuhan bagi anak perempuannya yang kerasukan roh jahat.Meskipun perempuan itu bukan bagian dari bangsa Israel, Yesus mendengarkan permohonannya. Ini mengajarkan kita bahwa Yesus tidak membatasi kasih-Nya hanya kepada satu kelompok atau bangsa tertentu. Yesus memahami kebutuhan kita, apa pun latar belakang kita. Tidak ada masalah yang terlalu kecil atau terlalu besar bagi-Nya.

 

Seperti perempuan Siro-Fenisia, kita diajak untuk datang kepada Yesus dengan penuh iman, percaya bahwa Dia mendengarkan dan peduli pada kebutuhan kita. Jangan pernah merasa tidak layak untuk mendekat kepada-Nya. Kasih Yesus melampaui batas-batas yang kita buat sendiri.

 

Kedua, Yesus membuat segala sesuatu menjadi baik. Di ayat 31-37, kita melihat bagaimana Yesus menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap. Setelah Yesus menyentuh telinga dan lidah orang itu, orang itu langsung sembuh. Yesus memiliki kuasa untuk mengubah situasi buruk menjadi baik. Ketika Yesus berkata, "Effata," yang berarti "Terbukalah," telinga orang itu terbuka, lidahnya terlepas, dan ia mulai berbicara dengan jelas. Inilah kuasa Yesus yang mampu membuat segala yang rusak menjadi baik kembali.

 

Sering kali, kita merasa terjebak dalam keadaan yang tampak tidak ada jalan keluarnya. Namun, Yesus bisa mengatakan "Effata" kepada setiap aspek hidup kita—apakah itu kesehatan, keuangan, hubungan, atau iman kita yang sedang goyah. Kita hanya perlu mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Yesus. Ketika kita menyerahkan semuanya kepada-Nya, Dia mampu menjadikan segalanya baik.

 

Ketiga, kesaksian hidup yang menginspirasi. Setelah melihat mujizat Yesus, orang-orang yang hadir tidak dapat menyembunyikan kekaguman mereka. Mereka berkata, "Ia melakukan segala-galanya dengan baik." Ini menjadi kesaksian bagi kita semua bahwa Yesus bukan hanya bekerja dalam kehidupan kita, tetapi juga melalui kita. Kebaikan-Nya seharusnya terlihat dalam cara kita hidup dan berinteraksi dengan sesama. Ketika kita mengalami kebaikan Tuhan, marilah kita membagikan kesaksian itu kepada orang lain.

 

Kehidupan kita adalah refleksi dari kasih Yesus. Marilah kita berusaha menjadi saksi yang hidup bagi kasih dan kuasa-Nya. Bagikan cerita bagaimana Tuhan telah bekerja dalam hidupmu, sehingga lebih banyak orang dapat mengalami kebaikan-Nya.

 

Yesus adalah sumber segala kebaikan. Ketika kita merasa bahwa segala sesuatu dalam hidup kita tidak berjalan baik, ingatlah bahwa Yesus mampu menjadikan segalanya baik. Datanglah kepada-Nya dengan iman, seperti perempuan Siro-Fenisia dan pria yang tuli dan gagap. Percayalah bahwa dalam tangan Yesus, tidak ada yang mustahil. Mari kita hidup dengan penuh keyakinan bahwa Yesus, Sang Juru Selamat kita, selalu bekerja untuk kebaikan kita.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah hal-hal apa sajakah yang dilakukan Yesus sehingga segala-galanya menjadi baik. Dalam Markus 7:24-37, kita melihat beberapa tindakan Yesus yang secara nyata membuat segala-galanya menjadi baik. Berikut adalah hal-hal yang Yesus lakukan dalam perikop ini:

 

Pertama, Yesus menunjukkan Kasih tanpa batas. Yesus pergi ke wilayah Tirus dan Sidon, tempat yang dianggap asing dan tidak bersih bagi orang Yahudi karena dihuni oleh bangsa-bangsa non-Yahudi. Meskipun demikian, Yesus tetap pergi ke sana dan bertemu dengan seorang perempuan Siro-Fenisia yang bukan berasal dari bangsa Israel. Dengan mendengarkan permohonannya dan menyembuhkan anak perempuan perempuan itu yang kerasukan roh jahat, Yesus menunjukkan bahwa kasih dan pertolongan-Nya tidak dibatasi oleh latar belakang etnis atau agama. Dia memperlihatkan kasih yang melampaui batas, yang mengubah perspektif dan memberi harapan bagi mereka yang merasa terasing atau tidak layak.

 

Kedua, Yesus mendengarkan dan merespons dengan belas Kasihan. Ketika perempuan Siro-Fenisia memohon kepada Yesus, Dia tidak langsung menjawab permintaannya. Namun, saat perempuan itu menunjukkan iman dan ketekunan, Yesus merespons dengan belas kasihan. Dia menghargai iman perempuan tersebut dan menyembuhkan anaknya. Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya mendengar, tetapi juga merespons dengan penuh belas kasihan ketika seseorang datang kepada-Nya dengan hati yang rendah dan penuh iman.

 

Ketiga, Yesus menggunakan Kuasa-Nya untuk menyembuhkan. Dalam bagian selanjutnya, Yesus bertemu dengan seorang pria yang tuli dan gagap. Orang-orang membawa pria ini kepada Yesus dengan harapan bahwa Yesus akan menyembuhkannya. Yesus merespons dengan cara yang personal dan penuh perhatian: Dia membawa pria itu menjauh dari kerumunan, menunjukkan bahwa penyembuhan ini bukan untuk pertunjukan tetapi karena kasih. Yesus menyentuh telinga dan lidah pria itu, serta mengucapkan, "Effata," yang berarti "Terbukalah." Seketika itu juga, pria tersebut sembuh sepenuhnya. Dengan sentuhan dan perkataan-Nya, Yesus menunjukkan kuasa-Nya yang nyata dan langsung dalam mengubah kondisi yang buruk menjadi baik.

 

Keempat, Yesus menghargai iman orang-orang yang datang kepada-Nya. Yesus tidak mengabaikan atau meremehkan iman orang-orang yang datang kepada-Nya, meskipun mereka tidak sempurna. Perempuan Siro-Fenisia datang dengan rendah hati dan penuh iman meskipun dia sadar bahwa dia bukan bagian dari bangsa pilihan. Demikian juga, pria yang tuli dan gagap dibawa kepada Yesus oleh orang-orang yang percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan. Yesus menghargai iman mereka, dan melalui tindakan-Nya, Dia menunjukkan bahwa iman dapat membuka jalan bagi mujizat.

 

Kelima, Yesus menjadi Sumber sukacita dan kesaksian. Setelah melihat mujizat-mujizat Yesus, orang-orang yang menyaksikannya dipenuhi dengan sukacita dan tidak bisa berhenti membicarakan kebaikan-Nya. Mereka berkata, "Ia menjadikan segala-galanya baik." Ini adalah kesaksian yang kuat tentang bagaimana tindakan Yesus tidak hanya menyembuhkan secara fisik, tetapi juga memulihkan harapan dan iman orang-orang di sekitarnya. Kesaksian ini menyebar dan memperkuat iman banyak orang.

 

Yesus menjadikan segala-galanya baik melalui kasih tanpa batas, belas kasihan yang tulus, kuasa penyembuhan yang nyata, penghargaan terhadap iman, dan menjadi sumber sukacita bagi semua orang. Dia menunjukkan bahwa dalam setiap situasi, seberapa pun buruknya keadaan, Dia memiliki kuasa dan keinginan untuk membuat semuanya menjadi baik. Hal ini mengingatkan kita untuk selalu datang kepada-Nya dengan iman, karena Yesus sanggup dan berkehendak untuk membuat segala sesuatu baik dalam hidup kita.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita refleksikan dan lakukan dalam Minggu Kelimabelas setelah Trinitatis ini? Refleksi dari tema “Yesus Menjadikan Segala-galanya Baik” berdasarkan Markus 7:24-37 dapat membantu kita memahami bagaimana kita dapat mengaplikasikan dan merasakan kebaikan Yesus dalam hidup kita sehari-hari. 

 

Beberapa hal yang perlu kita refleksikan adalah sebagai berikut:

 

Pertama, kesadaran akan Kasih Yesus yang tak terbatas. Yesus menunjukkan bahwa kasih-Nya melampaui batas-batas manusia, termasuk batasan etnis, agama, dan status sosial. Refleksi yang bisa kita ambil adalah bagaimana kita, sebagai pengikut-Nya, juga harus berusaha mengasihi tanpa batas. Apakah kita sudah mencerminkan kasih Yesus kepada semua orang, tanpa memandang perbedaan? Apakah kita bersedia merangkul orang-orang yang mungkin dianggap “berbeda” oleh masyarakat?

 

Kedua, pentingnya iman yang teguh dan ketekunan dalam berdoa. Perempuan Siro-Fenisia memberikan contoh iman yang kuat dan ketekunan dalam berdoa. Meskipun sempat diuji, dia tidak menyerah dan terus percaya bahwa Yesus dapat menolongnya. Ini mengajarkan kita untuk tetap percaya dan bertekun dalam doa, bahkan ketika jawaban dari Tuhan terasa lambat atau berbeda dari harapan kita. Refleksikan bagaimana kita bersikap dalam menghadapi situasi sulit—apakah kita mudah menyerah, atau tetap percaya dan bersandar kepada Tuhan?

 

Ketiga, kuasa penyembuhan dan pemulihan Yesus. Yesus menyembuhkan pria yang tuli dan gagap dengan penuh perhatian dan belas kasihan. Hal ini mengingatkan kita bahwa Yesus peduli pada setiap detail kehidupan kita dan sanggup memulihkan apa pun yang rusak dalam hidup kita—baik secara fisik, emosional, maupun spiritual. Kita diajak untuk merefleksikan area dalam hidup kita yang membutuhkan sentuhan penyembuhan dari Yesus. Apakah ada luka, ketakutan, atau kegagalan yang perlu kita serahkan kepada-Nya agar Dia bisa memulihkannya?

 

Keempat, kerendahan hati untuk menerima pertolongan Yesus. Yesus membawa pria yang tuli dan gagap menjauh dari kerumunan, menunjukkan pendekatan yang personal dan peduli. Terkadang, kita perlu rendah hati dan bersedia untuk dipisahkan dari “kerumunan” kesibukan atau opini orang lain, agar kita dapat fokus pada suara Yesus yang menuntun dan menyembuhkan. Refleksikan apakah kita terlalu sibuk dengan kehidupan kita hingga sulit mendengar dan merasakan kehadiran-Nya.

 

Kelima, menjadi Saksi Kebaikan Tuhan. Orang-orang yang melihat mujizat Yesus tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara tentang kebaikan-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa kita dipanggil untuk menjadi saksi dari apa yang Yesus telah lakukan dalam hidup kita. Bagaimana kita berbagi tentang kebaikan Tuhan dalam hidup kita dengan orang lain? Apakah hidup kita mencerminkan kasih dan kuasa Yesus yang menjadikan segala sesuatu baik?

 

Refleksi dari tema ini mengajak kita untuk mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Yesus, percaya pada kuasa dan kasih-Nya yang mampu mengubah segala sesuatu menjadi baik. Ini adalah undangan untuk melihat setiap aspek hidup kita melalui perspektif iman, mempercayai bahwa tidak ada situasi yang terlalu sulit bagi Tuhan untuk dijadikan baik. Karena itu, mari kita terus mendekat kepada-Nya dengan hati yang terbuka, iman yang teguh, dan kerendahan hati, sambil berbagi kesaksian tentang kebaikan-Nya kepada dunia. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “MEMILIKI RASA TAKUT AKAN TUHAN” (Amsal 14:26)

  Renungan hari ini:   “MEMILIKI RASA TAKUT AKAN TUHAN”   Amsal 14:26 (TB2) "Dalam takut akan TUHAN ada sandaran yang teguh, bahkan ada...