Sabtu, 05 September 2020

KOTBAH MINGGU XIII SETELAH TRINITATIS Minggu, 06 September 2020 “MANUSIA TIDAK UNTUK DIPERJUAL-BELIKAN”

 KOTBAH MINGGU XIII SETELAH TRINITATIS

Minggu, 06 September 2020

 

“MANUSIA TIDAK UNTUK DIPERJUAL-BELIKAN”

Kotbah: Matius 27:1-10 Bacaan: Kejadian 37:23-30




 

Minggu ini kita memasuki Minggu Ketigabelas Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah  “Manusia tidak untuk diperjual-belikan”.   Memperjualbelikan organ tubuh manusia bukanlah suatu hal yang dibenarkan. Namun pada kenyataannya, perdagangan tubuh manusia ini benar-benar terjadi di dunia nyata. Perdagangan manusia itu sudah lama terjadi. Dalam nas bacaan Kitab Suci Minggu ini juga menceritakan penjualan manusia. Yusuf dijual oleh saudara kandungnya sendiri kepada orang Midian ke Mesir (Kej. 37:23-30).

 

Dalam perikop kotbah Minggu ini, kita melihat kisah penjualan Yesus yang dilakukan oleh Yudas. Yudas menjual Yesus kepada imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi untuk dibunuh oleh mereka. Kisah penjualan Yesus ini dilakukan Yudas hanya untuk mendapatkan uang tiga puluh uang perak dengan keyakinan bahwa Yesus pasti bisa meloloskan diri dari rencana pembunuhan itu. Ternyata, Yesus bukannya lolos dari rencana pembunuhan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, malah Yesus  dibelenggu dan dibawa dan diserahkan kepada Pilatus wali negeri itu. Akibat dari penjualan Yudas itu, Yesus pun dijatuhi hukuman mati di kayu salib di Golgota. 

 

Timbul pertanyaan kita sekarang apakah akibat yang diterima Yudas atas penjualan Yesus kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi itu?

 

Pertama, Yudas menyesali tindakannya (ay. 3a). Yudas menyesal waktu melihat bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati (ay. 3a). Bisakah penyesalannya diterima? Tidak. Sudah terlambat! Jangan pikir diri kita aman dan kita menentukan kapan mau menyesal dan kembali kepada Tuhan. Tidak! Jika masih ada kesempatan panggilan Tuhan untuk bertobat, ambillah kesempatan itu dan berubahlah di dalam pertobatan yang sejati. Tetapi jika kita mempermainkan kesempatan pertobatan itu, celaka yang akan kita alami akan menjadi jauh, sangat jauh lebih besar dari faedah apa pun yang ditawarkan dosa dengan sangat menggiurkan.

 

Yudas menyesal, tetapi terlambat. Yudas tidak bisa lagi bertobat. Dia sudah melewatkan teguran demi teguran, firman demi firman, kasih demi kasih, dan kesabaran demi kesabaran yang telah ditawarkan Yesus sebelumnya. Dia sekarang memegang tiga puluh keping uang yang penuh darah Yesus karena pengkhianatannya itu. Perasaan bersalahnya membuat dia tidak bisa menikmati uang itu sama sekali. Bisakah kita menikmati hasil perbuatan dosa? Celakalah kita jika kita masih bisa menikmatinya. Jika perasaan kita telah benar-benar mati dan kita tidak lagi memiliki hati yang bisa merasa bersalah, maka hanya penghakiman akhir yang akan membawa hukuman kepada kita tanpa ada kesempatan memperbaiki diri. Celaka juga jika kita merasa bersalah, tetapi kita tidak tahu bagaimana kita harus bertobat. Yudas menyesal, tetapi dia tidak pernah menyebut Yesus sebagai Tuhan. Satu kali pun tidak pernah dicatat bahwa dia mengakui Yesus sebagai Tuhan. Bahkan di dalam Matius 26:22-25 dicatat bahwa Yudas adalah satu-satunya murid yang menolak untuk menyebut Yesus sebagai Tuhan. Semua murid memanggil Dia “Tuhan”, tetapi Yudas memanggil Dia “Rabi”. Dia tidak pernah percaya bahwa Yesus adalah Mesias! Itulah sebabnya dia memiliki hati yang tumpul dan hanya mau mendengar perkataan diri yang telah tergiur dengan dosa.

 

Kedua, Yudas mengembalikan uang hasil menjual Yesus itu kepada imam-imam dan tua-tua (ay. 3b).

 

Ketiga, Yudas mengaku bahwa ia berdosa karena menyerahkan darah orang yang tidak bersalah (ay. 4a).

·        Pengakuan bahwa Yesus tidak bersalah ini sebetulnya merupakan suatu teguran dan peringatan bagi para tokoh-tokoh Yahudi itu, bahwa mereka sedang membunuh orang yang tidak bersalah!

·        Apa yang Yudas lakukan ini tidaklah cukup! Ia ingin membetulkan kesalahannya, tetapi ia hanya melakukannya dalam hubungan horison­tal, yaitu berhubungan dengan sesama manusia. Seharusnya, ia melaku­kannya dalam hubungan vertikal, yaitu berhubungan dengan Allah.

 

Ketika Yudas menyesal dan mengaku dosa-dosanya lalu ia mengembalikan uang tiga puluh peser perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi, lalu apakah respons mereka? Mereka menolak uang yang dikembalikan oleh Yudas, bahkan mereka juga menganggap bahwa penyesalan Yudas bukanlah urusan mereka tetapi urusan Yudas sendiri (ay. 4b).

 

Keempat, Yudas melemparkan uang itu ke dalam Bait Allah (ay 5a). Yudas pun makin panik dan tak menentu, sikapnya dan tindakan Yudas makin aneh. Ia melempatkan uang it uke dalam Bait Allah.

 

Keenam, Yudas pergi dan menggantung diri (ay. 5b). Kesedihan dan penyesalan Yudas ini bukannya menghasilkan pertobatan, tetapi kebinasaan. Ini menunjukkan bahwa kesedihan / penye­salan Yudas ini tidak datang dari Allah (bdk. 2Kor. 7:10). Yudas jelas tidak selamat. Ini ditunjukkan oleh ayat-ayat seper­ti Matius 26:24  Yoh 17:12  Kis 1:25.

Tetapi mengapa Yudas tidak selamat?

*        bukan karena ia menjual Yesus.

Sekalipun ia menjual Yesus, tetapi kalau ia bertobat, dan mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, ia pasti diampuni dan selamat!

*        karena dari semula ia hanyalah orang kristen KTP. Ini terlihat dari ayat-ayat seperti: Yoh 6:70  12:6  13:10-11.

*        karena di sini ia hanya menyesal tetapi tidak bertobat / datang kepada Allah.

 

Yudas tidak selamat bukan karena dosanya terlalu besar! Tidak ada dosa yang terlalu besar sehingga tidak dapat dibersihkan dan diampuni dengan darah Kristus! Ia tidak selamat karena ia tidak betul-betul beriman dan bertobat.

 

Ketujuh, uang yang dilempatkan Yudas ke dalam Bait Allah itu  tidak mau memasukkan uang itu kedalam peti persembahan karena itu adalah uang darah (ay 6-8). Sikap ini sebetulnya adalah sikap yang benar dan alkitabiah, karena ada dasar Kitab Sucinya, yaitu Ulangan 23:18. Gereja tidak boleh rakus terhadap uang persembahan. Kalau uang itu jelas adalah hasil dosa, maka gereja tidak boleh menerimanya! Sungguh memalukan bahwa ada gereja yang mau meneri­ma sumbangan dari judi!

 

Dari penjelasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa tida ada guna dan manfaatnya jika kita menjual manusia di dunia ini. Karena itu, hentikanlah perdagangan manusia baik perdagangan bagian-bagian tubuh sekalipun. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...