Minggu, 1 Juli 2018
"MEMBERITAKAN INJIL KEPADA SEGALA MAHKLUK”
Kotbah: Markus 16:14-20 Bacaan: Mazmur 148:1-6
Minggu ini kita akan memasuki Minggu kelima setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Memberitakan Injil kepada segala makhluk”.Memberitkan Injil itu inklusif bukan eksklusif artinya Injil itu harus disampaikan kepada semua bukan parsial. Injil itu harus diberitakan kepada segala mahkluk termasuk di dalamnya kepada hewan dan binatang bahkan juga pada tumbuhan serta manusia. Injil itu dibutuhkan oleh semesta alam. Itulah sebabnya kita harus memberitkan Injil itu kepada segala ciptaan TUHAN. Kitalah menjadi saksi Kristus kepada segala mahkluk dan segala ciptaan TUHAN itu.
Apakah yang dimaksud dengan memberitakan Injil kepada segala mahkluk? Memberitakan Injil kepada segala mahluk mengandung makna tanggung jawab terhadap keutuhan ciptaan Tuhan. Tuhan memberi mandat untuk mengusahakan dan memelihara segala ciptaan (bnd. Kej. 2:15). Karena dosa manusia bumipun ikut terkutuk (bnd. Kej. 3:17-18) dan ditaklukkan kepada kesia-siaan dan perbudakan kebinasaan. Segala mahluk ikut mengerang merasa sakit bersalin menanti kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Rm. 8:20-22). Allah menghendaki pulihnya kembali hubungan utuh dan menyeluruh antar segala mahluk (bnd. Yes. 11:1-10). Kristus datang untuk membaharui segala sesuatu (bnd. Why. 21:5) dan di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru (bnd. 2 Kor. 5:17). Dengan demikian, Injil adalah Berita Kesukaan yang utuh dan menyeluruh. Injil bukan berita yang berkeping-keping yang di dalamnya kepingan yang satu dipertentangkan dengan kepingan yang lain, seperti mempertentangkan kepingan (segi) “vertikal” dengan kepingan (segi) “horizontal”. Injil itu menyangkut keseluruhan hidup mahluk, tidak hanya perkara sorga tetapi juga perkara-perkara sekarang dan di sini. Orang-orang Kristen sendiri, baik sebagai perorangan maupun persekutuan, yaitu gereja harus terus menerus menempatkan diri di bawah Terang Injil, agar kehidupannya dapat berpadanan dengan Injil Kristus (bnd. Flp. 1:27). Sebab mereka memerlukan pengampunan, pertobatan, dan pembaruan budi terus menerus. Dengan demikian orang-orang Kristen dan gereja-gereja mempunyai wibawa untuk memberitakan Injil kepada segala mahluk. Rasul Paulus mengatakan bahwa pemberitaan tentang Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan yahudi suatu kebodohan (1 Kor. 1:23).
Dalam pemberitaan Injil, tiap mahluk dalam tiap keadaan memerlukan cara pendekatan yang paling tepat. Itulah sikap Rasul aulus dalam pemeritaan Injil kepada orang-orang Yahudi, orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat, orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum taurat, orang-orang lemah, “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku dapat memenangkan orang-orang Yahudi. bagi orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum taurat. bagi mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. bagi semua orang telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya” (1Kor. 9:20-23). Dalam masyarakat majemuk, dari segi kebudayaan, agama, bahasa, adat istiadat, tingkat kemajuan, pendidikan seperti masyarakat Indonesia, pemberitaan Injil kepada segala mahluk dengan sendirinya harus memperhatikan kemajemukan dalam cara dan penekanan, dengan menggunakan semua karunia yang majemuk yang terdapat di kalangan gereja-gereja kita.
Apa yang bisa kita pelajari dari teks ini dalam rangka menjadi saksi Kristus kepada segala mahkluk, yakni:
Pertama,kita harus mempercayai kebangkitan Yesus (ay.14). Setelah kebangkitan Yesus, berita tentang kebangkitan-Nya langsung tersiar melalui penampakan Yesus kepada Maria Magdalena dan juga kepada dua orang yang dalam perjalanan. Apa yang mereka saksikan dan rasakan itu pula yang disampaikan pada murid-murid Yesus. Namun mereka tidak percaya akan apa kesaksian dari orang yang telah bertemu dengan Yesus yang hidup. Bisa muncul pertanyaan “mengapa Yesus tidak langsung memberitakan kebangkitan-Nya langsung kepada murid-murid-Nya?” Mengapa Yesus menyatakan kebangkitan-Nya pertama kepada orang lain? Jawabnya adalah: Tuhan Yesus punya maksud, yaitu: (a). Kebenaran berita tentang kebangkitan Yesus. Bahwa lebih baik orang-orang yang ada di luar murid Yesus yang lebih dahulu mengetahuinya, sebab jika murid-muridNya yang mengetahui lebih dulu, maka berita yang mereka sampaikan nantinya akan sulit dipercayai, karena bisa saja orang lain menganggap murid Yesus sedang berhalusinasi karena kesedihan. (b). Karena kebangkitan Yesus menjadi inti dari iman para pengikut Yesus, maka sangat penting bagi Yesus benar-benar mempersiapkan murid-murid-Nya memahami dan mempercayai dengan baik tentang kebangkitan Yesus. Bahwa murid-murid Yesus memang benar-benar teguh meyakini, menyaksikan, melihat dan menggumuli apa yang telah terjadi pada Yesus, bahwa Yesus telah bangkit dari kematian.
Hal ini menjadi sangat penting, sebagaimana kita melihat bagaimana murid-murid Yesus saja yang telah bersama-sama melayani dengan Yesus memperlihatkan ketidakpercayaannya pada hari kebangkitan Yesus, maka pertanyaannya, bagaimana pula dengan kita saat ini, dan bagaimana pula puluhan ribu tahun yang akan datang. apakah pengikut Yesus akan tetap memiliki iman yang teguh tentang kebangkitan Yesus? Yesus meneguhkan kita, sebagaimana dikatakan-Nya kepada Tomas: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh. 20:29). Maka yang menjadi pertanyaan untuk kita gumuli saat ini adalah: “Apakah kebangkitan Yesus memiliki relevansi dengan hidup kita saat ini?”; “Sejauh mana kebangkitan Yesus itu berdampak pada kita?” Atau jangan-jangan kebangkitan Yesus itu sudah ditelan oleh rutinitas, hanya memperlihatkan kepercayaan yang tidak berdampak apa-apa. Apakah Yesus memang benar-benar hidup pada diri kita?
Kedua,kita harus melaksanakan Amanat Agung dengan baik (ay. 15-16). Setelah para murid Yesus mempercayai akan apa yang telah terjadi, maka Yesus memberikan amanat. Amanat ini menjadi tugas setiap orang percaya, bahwa setiap orang beriman harus memberitakan kabar baik. Kabar baik itu adalah tongkat estafet yang harus dibawa dan dilanjutkan. Jika kita mempercayai kebangkitan Yesus, maka beritakanlah, saksikanlah. Dalam buku Markus ini, amanat agung Yesus memiliki ciri khas, bahwa kabar baik itu harus diberitakan kepada segala mahluk, maka tumbuh-tumbuhan dan binatang bahkan semua alam semesta harus diberitakan tentang kebangkitan Yesus. Artinya disini bahwa setiap orang percaya harus memakai kehidupannya menjadi hidup yang bersaksi, yang memberitakan firman Tuhan dalam segala lini kehidupan. Dengan penuh keyakinan kita memberitakan bahwa satu-satunya keselamatan bagi dunia ini adalah percaya kepada Yesus, diluar kepercayaan kepada Yesus adalah hukuman. Mau selamat? Ikut Yesus, percaya kepada kebangkitan Yesus. Maka jika dikatakan percaya, beriman kepada Yesus maka harus berbuat sesuatu yang berguna bagi semua mahkluk.
Ketiga,orang percaya diberi kemampuan (ay. 17-18). Bahwa kebangkitan Yesus telah memberikan kuasa dan kemampuan kepada setiap orang yang percaya. Yaitu kemampuan dan kuasa yang berasal dari luar kemampuan manusia. Kita akan mampu mengusir setan-setan demi nama Yesus. Kita juga akan dimampukan untuk melewati banyak malapetaka dan maut bahkan diberikan kuasa untuk menyembuhkan orang-orang sakit. (a) Mengusir setan, artinya bertempur melawan setan yang menghancurkan kehidupan. Kehidupan banyak orang menjadi lebih baik karena masuk dalam komunitas orang beriman dan mulai menghidupi Kabar Sukacita Injil. (b) Berbicara bahasa-bahasa baru, artinya mulai berkomunikasi dengan orang lain dengan cara baru. Orang saling mempercayai, saling menghargai karena kita menggunakan bahasa baru, yaitu bahasa cinta. (c) Racun yang mematikan tidak akan mencelakai mereka: banyak hal yang meracuni kehidupan bersama. Banyak gossip yang menghancurkan persahabatan antar pribadi. Orang yang hidup dalam Tuhan tidak perlu memperhatikan hal-hal yang menghancurkan tersebut. (d) Menyembuhkan orang sakit, artinya memberi perhatian khusus terhadap mereka yang terpinggirkan, khususnya orang-orang yang sakit. Seseorang menjadi sembuh, karena ia diterima dan dikasihi.
Keempat,melanjutkan misi secara berkesinambungan (ay. 19-20). Misi itu harus dilakukan secara berkesinambungan. Setelah Yesus naik ke surga maka penginjilan diteruskan oleh para murid ke segala mahkluk. Sekarang melalui kita Yesus melanjutkan tugas perutusan-Nya. Yesus yang hidup di Palestina, dan menerima orang-orang miskin serta menyampaikan kasih Bapa kepada mereka, kini Ia melanjutkan hidup di tengah-tengah kita. Kita diharapkan melanjutkan tugas perutusan-Nya, yaitu menyampaikan kasih Allah kepada orang-orang miskin. Sebuah komunitas beriman yang ingin menjadi saksi Kebangkitan harus menjadi tanda kehidupan, artinya: harus berjuang melawan kekuatan kematian, dengan cara sedemikian sehingga dunia menjadi tempat yang nyaman untuk ditempati. Tetapi yang pertama dan utama adalah kita berani hidup menurut cara hidup Yesus. Mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi. Kita berani berbagi dengan ikhlas dari apa yang kita miliki, bakat dan kemampuan yang kita punyai seperti Tuhan Yesus telah melakukan. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!