Sabtu, 18 Januari 2020

Kotbah Minggu Epiphanias 2 Minggu, 19 Januari 2020 ANUGERAH DAN DAMAI SEJAHTERA ALLAH DALAM KRISTUS

Minggu, 19 Januari 2020

ANUGERAH DAN DAMAI SEJAHTERA ALLAH DALAM KRISTUS
Khotbah: 1Korintus 1:1-9  Bacaan: Mazmur 40:1-11



Hari ini kita memasuki Minggu 2 Setelah Epiphanias (berarti menampilkan, menjadi kelihatan, tampil). Minggu ini kita akan membahas tema “Anugerah dan Damai Sejahtera ALLAH dalam Kristus”. Setiap manusia diberikan ALLAH anugerah dan damai sejahtera-Nya. Hal itu dijelaskan Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Paulus melihat bahwa warga jemaat Korintus memiliki limpahan kasih karunia TUHAN. Limpahan karunia Allah kepada jemaat Korintus membuat Paulus tak henti mengucap syukur.  Bukan sekedar salam dan ucapan syukur yang “basa-basi” saja seperti ditulis dalam korespondensinya dengan jemaat Korintus, tapi ada sesuatu yang hendak ditekankan oleh Paulus dalam ucapan syukurnya.  Dalam konteks ini dia juga mengingatkan kembali tentang “janji” yang menjadi kenyataan. Janji bahwa Kristus dapat melakukan hal-hal tertentu bagi mereka, janji yang dikabarkan Paulus ketika bertatap muka selama masa pelayanannya di Korintus.  Kini dengan bangga Paulus menyatakan bahwa semua yang diwartakannya dapat dan telah dilakukan Kristus, dan menjadi kenyataan, bahkan telah diteguhkan di antara umat sendiri. 

Perikop ini berisi mengenai sikap Paulus terhadap jemaat Korintus yang sedang bergejolak mengalami persoalan moral, etika, perpecahan dalam persekutuan disamping itu juga penolakan jemaat Korintus terhadap diri Paulus.

Dari perikope ini ada beberapa hal yang hendak kita pelajari, yakni:

Pertama, Paulus berbicara tentang anugerah dan janji TUHAN. Ekspresi dari “janji” itu mewujud dalam “Karunia Rohani” yang khusus.  Paulus memuji orang Korintus karena Allah dalam kasih karunia-Nya (ay. 4) telah memberi mereka karunia-karunia rohani yang khusus. Di sini Paulus menggunakan kata favoritnya, “kharisma”, yang berarti karunia yang diberikan kepada manusia secara cuma-cuma.  “Kharisma” bukan sebuah gambaran diri atau aura yang tampak pada diri.  “Kharisma” bukan pula sesuatu yang dapat diusahakan oleh manusia.  Barclay menyebut karunia hadir dalam dua bentuk: Pertama, keselamatan merupakan kharisma Allah. Keselamatan merupakan karunia yang tidak dapat diupayakan, ia berasal dari kemurahan Allah. Roma 3:10-12 telah memberi gambaran bahwa semua manusia telah berdosa.  Tidak ada seorangpun yang benar; tidak ada seorangpun yang mencari Allah; Semua orang telah menyeleweng. Karena itulah untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah pun bukanlah sesuatu yang dapat dicapai sendiri oleh manusia. 

Ucapan syukur Paulus tidak berhenti pada keberadaan karunia-karunia rohani dalam jemaat Korintus. Dia melihat hal ini sebagai bentuk peneguhan bagi pemberitaan Injil yang Yesus lakukan (ay. 6). Kata “diteguhkan” di ayat ini merupakan kosa kata perdagangan legal. Suatu transaksi yang besar pada zaman kuno perlu diteguhkan, misalnya dengan dokumen-dokumen penting, uang muka atau meterai. Fakta bahwa jemaat Korintus diberi karunia rohani yang berlimpah menunjukkan bahwa usaha pekabaran Injil Paulus tidak sia-sia.

Kharisma juga memberikan seseorang “Karunia Khusus”. Sebuah sarana atau perlengkapan istimewa yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk menunjang pelayanannya.  Digunakan bukan untuk prestise atau demia keunggulan diri manusia, tapi bagi kemuliaan Allah dan kebaikan umat manusia.  Karunia semacam itu berharga dan sangat diperlukan untuk menyertai pelayanan Roh Kudus dalam gereja; tanpa karunia tersebut orang percaya akan gagal untuk saling menguatkan dan menolong sebagaimana yang diinginkan oleh Allah. Dalam ucapan syukurnya ini Paulus sama sekali tidak berusaha untuk menyisihkan karunia rohani. Sebaliknya, dia berusaha untuk mengubah sikap orang Korintus terhadap karunia rohani agar mereka bisa menggunakan karunia-karunia mereka menurut maksud Allah.

Karunia yang tidak berbeda juga dimiliki umat di kekinian.  Tapi yang perlu disadari betul bahwa Karunia tersebut tidak bersifat menetap.  Karunia dimaksudkan untuk menopang pelayanan.  Ketika pelayanan semakin intens dilakukan, karunia pun kian ditambahkan, baik segi kualitas pun kuantitasnya.  Jika enggan melayani, berniat absen sama sekali, lari dari tuntunan dan tanggung jawab pelayanan yang sudah diberikan oleh Allah, maka bukan hal mustahil jika kelak karunia sebagai pelengkap pelayanan itu pun akan lenyap jejaknya.  Untuk itu perlu terus digunakan dan berdayakan bagi kehendak dan pelayanan-Nya.  

Kedua, ucapan syukur Paulus (ay. 4) kepada Allah yang menjelaskan bahwa walaupun dikecewakan oleh jemaat Korintus, ia tidak pernah kehilangan ucapan syukurnya kepada Allah. Paulus hanya memusatkan perhatiannya pada hal-hal positif dari jemaat Korintus. Ia menghargai kemurahan Allah berupa kekayaan rohani jemaat tersebut. Karunia rohani yang melimpah (ay. 5)
Paulus tidak hanya mensyukuri karunia rohani bagi jemaat Korintus, tetapi dia secara khusus mensyukuri kuantitas karunia yang diberikan. Jemaat Korintus bukan hanya diberi karunia rohani, tetapi juga diperkaya (bentuk aktif “menjadi kaya” dalam LAI:TB sebenarnya tidak terlalu tepat). Bentuk pasif di sini jelas merujuk pada Allah sebagai subjek. Penggunaan kata “diperkaya” menyiratkan bahwa mereka memiliki banyak karunia rohani. Di ayat 7 Paulus bahkan secara eksplisit mengatakan bahwa mereka tidak kekurangan suatu karunia pun.

Ketiga, Paulus tidak memuji kekayaan rohani jemaat Korintus karena walaupun jemaat ini memiliki beragam karunia tetapi jemaat tersebut menggunakan pemberian Allah tersebut untuk ajang kecongkaan yang menimbulkan kekacauan dalam kehidupan persekutuan, hal ini tampak pada kata “kasih” (Fil. 1 : 9; Kol 1 : 4; 1 Tes. 1: 3;  2 Tes. 1: 3; Flm. 1:5) dan kata “ pekerjaan” (Fil. 1:6; Kol. 1:10; 1 Tes. 1:3; 2 Tes. 1:11) yang menjadi ciri khas Paulus dalam membuka surat-suratnya tidak disertakan. Hal inilah yang menyebabkan Paulus tidak memuji jemaat Korintus karena walaupun mereka memiliki kekayaan rohani, pengetahuan, perkataan tetapi miskin dalam kasih dan perbuatan/pekerjaan baik. Berikutnya, Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk memiliki kewaspadaan terhadap kekayaan rohani anugerah Allah agar tidak menjadi batu sandungan yang berakibat merusak kehidupan persekutuan (ay. 7-9).

Keempat, Paulus mengecam penggunaan karunia rohani yang disalahgunakan (ay. 5). Walaupun ada banyak macam karunai rohani (bdk. ps. 12), Paulus dalam ucapan syukurnya hanya menyebutkan dua di antaranya, yaitu “perkataan” (logos) dan “pengetahuan” (gnosis). Dua kata ini merupakan kosa kata yang unik dalam konteks Korintus. Kata logos muncul 64 kali dalam tulisan Paulus, 26 di antaranya ditemukan di surat 1 dan 2 Korintus, sedangkan gnosis muncul 23 kali dengan 16 di antaranya ada di surat 1 dan 2 Korintus. Dalam daftar karunia rohani di pasal 12, logos dan gnosis bahkan muncul bersamaan (12:8). Dari pemunculan dua kata ini kita dapat menyimpulkan bahwa karunia logos merujuk pada segala macam karunia rohani yang berkaitan dengan berkata-kata (misalnya bahasa rohani, penafsiran bahasa roh, perkataan hikmat), sedangkan gnosis berkaitan dengan segala jenis pengetahuan rohani yang diberikan Roh Kudus (misalnya hikmat, nubuat, dsb.).

Penyebutan logos dan gnwsis sebagai fokus ucapan syukur Paulus merupakan hal yang menarik. Mengapa? Karena dua jenis karunia inilah yang paling sering disalahgunakan oleh jemaat Korintus! Mereka merasa diri berhikmat dan menganggap inji sebagai kebodohan (bdk. 1:17-18, 25-29; 2:1-4). Mereka yang menganggap diri “berpengetahuan” justru menggunakan hal itu untuk menimbulkan syak di hati orang lain yang masih lemah (8:1, 7). Begitu pula dengan mereka yang diberi karunia bahasa roh telah menganggap diri mereka lebih rohani dan penting daripada orang lain (ps. 14).

Kita harus memahami bahwa memiliki kemampuan supranatural bukanlah jaminan bahwa seseorang sudah diselamatkan. Saul (1Sam. 19:23-24), nabi-nabi palsu (Mat. 7:21-23) dan pengikut iblis (Why. 13:13-14; 19:20) juga memiliki hal-hal yang supranatural. Beberapa orang yang dari luar termasuk bagian dari orang Kristen dan menikmati karunia-karunia rohani tertentu ternyata adalah orang-orang yang tidak pernah bertobat sungguh-sungguh (Ibr. 6:4-9). Karena itu, mari berhikmat menggunakan kasih karunia ALLAH yang diberikan-Nya kepada kita agar menjadi berkat bagi sesama. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...