KOTBAH MINGGU 1 SETELAH TRINITATIS
Minggu, 19 Juni 2022
"MENJADI ANAK-ANAK ALLAH KARENA IMAN DALAM YESUS KRISTUS"
Kotbah: Galatia 3:23-29 Bacaan: Yesaya 65:1-9
Minggu ini kita memasuki Minggu 1 Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Menjadi Anak-anak Allah karena Iman dalam Kristus”. Kita menjadi anak-anak Allah bukan karena kita telah melakukan perintah Hukum Taurat dengan baik dan benar, melainkan karena kita memiliki iman yang benar kepada Yesus Kristus. Melalui perikope Minggu ini kita dapat belajar bahwa ada perbedaan yang mencolok antara kondisi manusia di masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam kerangka proyek keselamatan dari Allah bagi manusia.
Pada masa Perjanjian Lama (PL), bangsa Israel dituntut untuk hidup menurut Hukum Taurat. Akan tetapi, ternyata Hukum Taurat itu belumlah sempurna. Hukum Taurat hanyalah gambaran terhadap apa yang akan datang, yaitu kedatangan Kristus ke dalam dunia ini. Dengan demikian, patutlah disebut bahwa Hukum Taurat adalah penuntun hingga kepada kedatangan Kristus (ay. 24a). Tujuan Hukum Taurat itu adalah supaya kita boleh memiliki iman kepada Tuhan sehingga kita dapat dibenarkan karena iman (ay. 24b).
Di masa Perjanjian Baru (PB), kita hidup di dalam iman yang sudah datang (ay. 25a). Artinya, mereka yang hidup di masa Perjanjian Baru (termasuk kita), sudah bisa memiliki iman yang benar yaitu iman kepada Allah Bapa melalui Tuhan Yesus Kristus. Hal ini berbeda dengan bangsa Israel di PL, di mana Tuhan Yesus belum menyatakan diri-Nya secara penuh. Bangsa Israel belum memiliki pemahaman yang penuh terhadap sosok Anak Allah yang Tunggal ini, namun kita sudah mengenal Tuhan Yesus dan kehidupan-Nya selama di bumi ini. Oleh karena itu tentu kita harus tidak boleh hanya terpaku pada Hukum Taurat saja, karena Hukum Taurat tersebut hanyalah penuntun atau pengantar kepada keselamatan yang sesungguhnya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus (ay. 25b).
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah makna dari menjadi anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus? Ada beberapa hal penting yang harus kita ketahui dan pelajari melalui perikope Minggu ini, yakni:
Pertama, anak-anak Allah bukanlah status yang murahan, tetapi harus dipahami bahwa status tersebut hanya bisa diperoleh dengan cara yang benar, yaitu dengan iman yang benar. Iman yang benar ini adalah iman yang didasarkan pada Yesus Kristus, bukan pada hukum Taurat. Jadi betapa pentingnya bagi orang Kristen untuk membaca PB lebih daripada membaca PL.
Kedua, sebutan sebagai anak-anak Allah tidaklah otomatis. Kita harus mau dibaptis dalam Kristus, yang artinya adalah mengenakan kehidupan Kristus dalam diri kita (ay. 27). Artinya kita harus berusaha agar hidup Kristus dapat nampak dan terlihat oleh orang lain yang melihat hidup kita. Ini bukanlah perkara sepele, tetapi perkara sulit yang harus digumuli dan diperjuangkan dengan usaha yang keras.
Ketiga, dengan menjadi anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus, maka tidak ada lagi perbedaan di antara kita. Dengan menjadi anak-anak Allah di dalam iman kepada Yesus Kristus tidak lagi ada perbedaan antara orang Yahudi (Israel) atau non Yahudi, karena ukuran umat PB bukanlah Hukum Taurat tetapi Iman yang benar di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita semua yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan menjadi anak-anak Allah, menjadi satu jemaat yang kudus, walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda-beda (ay. 28). Bagi orang Yahudi yang hidup di masa PB, mereka juga memiliki kewajiban yang sama, yaitu hidup menurut standar Kristus. Jika di masa PL, mereka yang berhak menerima janji Allah adalah keturunan Abraham, maka di masa PB, kita yang mau hidup seperti Kristus hidup juga akan mewarisi janji-janji tersebut. Kristus adalah penggenapan janji kepada Abraham, oleh karena itu, janji-janji Allah juga pasti digenapi kepada kita yang mau sungguh-sungguh beriman dan percaya kepada-Nya.
Menjadi anak-anak Allah tidaklah hanya sekedar mengaku percaya, memiliki kartu keanggotaan gereja, dan juga beribadah di gereja (atau bahkan melayani di gereja). Menjadi anak-anak Allah adalah harus berkeadaan sebagai anak-anak Allah, sama seperti Anak Tunggal Allah, yaitu Yesus hidup. Dalam hal ini jelaslah bahwa Tuhan Yesus akan menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29). Siapakah saudara-saudara Tuhan Yesus? Itulah kita, orang-orang yang mau berjuang untuk menjadi anak-anak Allah yang benar.
Pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah keuntungan yang akan kita terima jika kita menjadi anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus? Ada beberapa keuntungan saat kita menjadi anak-anak Allah, yakni:
Pertama, saat kita menjadi anak-anak Allah, maka Bapa di Surga tahu apa yang menjadi kebutuhan kita (Mat. 6:32). Sebesar, sekecil, serumit apapun yang kita perlukan, Bapa kita yang di Surga tahu apa yang kita perlukan. Sesama kita belum tentu mengetahui apa yang kita perlukan, tapi Bapa di Surga mengetahuinya. Jadi jangan takut, jangan kuatir, serahkan semuanya kedalam tangan Tuhan karena Bapa kita tahu apa yang kita perlukan.
Kedua, saat kita menjadi anak-anak Allah, maka Bapa kita akan memberikan pemberian yang terbaik untuk kita (Mat. 7:11). Meskipun terkadang apa yang diberikan oleh Bapa kita di Surga belum tentu sesuai dengan keinginan kita, tapi kita harus percaya bahwa apa yang Bapa kita berikan itu adalah yang terbaik untuk kita.
Ketiga, saat kita menjadi anak-anak Allah, maka kita berhak untuk menjadi ahli waris kerajaan Surga dan kita berhak untuk menerima janji-janji Allah (Rm. 8:17). Dalam Alkitab ada kurang lebih 5.000 janji Allah, dan itu semua akan digenapi dalam hidup kita karena kita berhak untuk menerimanya.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu 1 Setelah Trinitatis ini? Ada beberapa hal yang harus kita renungkan saat kita menjadi anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus, yakni:
Pertama, saat kita menjadi anak-anak Allah dan ketika kita melakukan suatu kesalahan, maka Tuhan akan menegur kita. Jangan pernah bosan dengan teguran Tuhan. Saat Tuhan menergur kita, maka kita harus bersukacita karena saat Tuhan menegur kita itu tandanya Tuhan sangat sayang kepada kita (Ibr. 12: 5-8).
Kedua, sebagai anak-anak Allah, jangan sampai kita meninggalkan Rumah Bapa, karena saat kita meninggalkan Rumah Bapa, maka yang kita temui hanyanya kesusahan (Luk.15:13–16). Sama seperti anak bungsu yang meninggalkan rumah bapanya dan ahkirnya mengalami nasib yang menyedihkan. Rumah Bapa disini adalah gereja lokal dimana kita digembalakan dan bertumbuh dalam iman. Setialah pada sebuah penggembalaan yang baik dan jangan meninggalkan jam-jam ibadah yang ada.
Ketiga, sebagai anak Allah, kita mengalami keintiman dan perlindungan dari Bapa yang mengasihi, menerima, dan mau mengenal kita. Pengadopsian kita ke dalam keluarga-Nya merupakan penerimaan yang sungguh luar biasa. Dahulu aku seorang asing yang terkucil di dunia, lahir sebagai orang asing, hidup sebagai pendosa; Namun aku sudah diangkat anak, namaku tercatat. Jadi ahli waris surga, dengan jubah dan mahkota mulia. Karena itu, bangga dan hargailah dirikita sebagai anak-anak Allah yang tinggal di dunia ini sebagai alat-Nya untuk memuliakan-Nya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!