KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI
Minggu, 24 Nopember 2024
“KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH TIDAK AKAN LENYAP”
Kotbah: Daniel 7:9-14 Bacaan: Wahyu 11:15-19
Kini kita tiba pada Minggu “Akhir Tahun Gerejawi” (Ujung Taon Parhuriaon) dan sekaligus “Parningotan di angka nadung monding” (Mengenang Orang yang Sudah Meninggal). Minggu Akhir Tahun Gerejawi, atau dalam konteks gereja Batak sering disebut Ujung Taon Parhuriaon, adalah momen perayaan terakhir dalam kalender liturgi gerejawi sebelum memasuki masa Advent, yang merupakan awal tahun baru dalam kalender liturgi Kristen. Minggu ini biasanya dirayakan dengan refleksi, evaluasi, dan ucapan syukur atas perjalanan iman sepanjang tahun.
Pada Minggu Akhir Tahun Gerejawi merupakan refleksi atas perjalanan iman. Jemaat diajak untuk merenungkan kehidupan rohani sepanjang tahun. Apakah kita telah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah kita setia dalam pelayanan dan hubungan dengan Tuhan?
Minggu ini merupakan minggu ucapan syukur atas Kasih Karunia Tuhan. Perayaan ini adalah momen untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas pemeliharaan-Nya selama setahun penuh, baik dalam suka maupun duka. Minggu ini juga merupakan minggu peneguhan untuk tetap setia. Gereja mengingatkan jemaat untuk terus bertahan dalam iman dan pelayanan meskipun menghadapi berbagai tantangan. Ini menjadi pengingat bahwa perjalanan iman adalah proses yang harus dilanjutkan. Serta pada Minggu ini merupakan persiapan menyongsong Tahun Baru Liturgi. Minggu ini sekaligus menjadi persiapan memasuki masa Advent, yaitu masa penantian kedatangan Kristus.
Minggu ini juga kita akan mengenang keluarga, sahabat, warga jemaatkita yang telah mendahului kita dari dunia ini. Minggu “Mengenang Orang yang Sudah Meninggal” ini bukan dalam maksud untuk mendoakan arwah-arwah yang telah meninggal tetapi untuk menyadarkan orang yang hidup, bahwa suatu saat nanti kita pun akan mati seperti mereka. Karena itu, sebelum kita mati, marilah kita mempergunakan hidup yang sementara ini menjadi masa-masa persiapan menuju kematian. Kelak ketika kita mati kita mati di dalam TUHAN.
Minggu Momento Mori adalah salah satu perayaan atau momen dalam tradisi gerejawi yang menekankan refleksi mendalam tentang kefanaan manusia dan kepastian kematian. Ungkapan Momento Mori berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Ingatlah bahwa kamu akan mati." Dalam konteks kekristenan, Minggu Momento Mori bertujuan untuk mengingatkan umat tentang pentingnya hidup dengan kesadaran akan kehidupan yang sementara di dunia ini, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di hadapan Tuhan. Minggu Momento Mori adalah salah satu perayaan atau momen dalam tradisi gerejawi yang menekankan refleksi mendalam tentang kefanaan manusia dan kepastian kematian. Ungkapan Momento Mori berasal dari bahasa Latin, yang berarti "Ingatlah bahwa kamu akan mati." Dalam konteks kekristenan, Minggu Momento Mori bertujuan untuk mengingatkan umat tentang pentingnya hidup dengan kesadaran akan kehidupan yang sementara di dunia ini, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di hadapan Tuhan.
Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Kekuasaan dan Kerajaan Allah Tidak akan Lenyap”. Tema ini sebuah pengakuan dan kebenaran bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat atas seluruh ciptaan, dan kekuasaan-Nya tidak akan pernah berakhir. Kerajaan Allah bersifat kekal, tidak tergantung pada keadaan dunia, dan tidak dapat digulingkan oleh kekuatan apa pun, baik di bumi maupun di surga. Berikut penjelasan lebih dalam
Dari perikop ini kita dapat pelajari beberapa hal:
Pertama, Kekuasaan Allah yang Kekal (ay. 9-10). Kekuasaan Allah tidak seperti kekuasaan manusia yang bersifat sementara dan rentan terhadap perubahan. Dalam Daniel 7:9, Allah digambarkan sebagai Yang Lanjut Usianya, yang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang kekal, tidak terikat oleh waktu. Hal ini menegaskan bahwa segala sesuatu berada di bawah kendali-Nya, termasuk sejarah, bangsa-bangsa, dan individu. Kekuasaan-Nya mencakup segala aspek kehidupan, baik di bumi maupun di surga.
Daniel menggambarkan "Yang Lanjut Usianya" duduk di atas takhta-Nya. Gambaran ini menunjukkan kekekalan dan kemuliaan Allah sebagai Raja atas segala raja. Takhta-Nya seperti nyala api, yang melambangkan kekudusan dan penghakiman-Nya. Sungai api yang mengalir menggambarkan keadilan-Nya yang sempurna, tidak ada kejahatan yang dapat bertahan di hadapan-Nya.
Daniel melihat sosok "seperti Anak Manusia" datang dengan awan-awan ke hadapan Yang Lanjut Usianya. Sosok ini, yang adalah Kristus, menerima kekuasaan, kemuliaan, dan kerajaan yang kekal. Semua bangsa, suku, dan bahasa akan menyembah Dia. Kekuasaan-Nya tidak akan berakhir, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa.
Kedua, kemenangan atas kejahatan (ay. 11-12). Penglihatan Daniel juga menunjukkan kehancuran kerajaan-kerajaan dunia yang diwakili oleh binatang-binatang buas (ay. 11-12). Ini melambangkan kemenangan Allah atas semua bentuk kekuasaan dunia yang jahat. Makna ini mengingatkan kita bahwa sekalipun ada pergolakan dan kejahatan di dunia, pada akhirnya, Allah akan menang dan kekuasaan-Nya akan tetap kokoh.
Ketiga, Kerajaan Allah tidak dapat digulingkan (ay. 14). Daniel 7:14 menegaskan bahwa Kerajaan Allah akan diberikan kepada Anak Manusia, yaitu Yesus Kristus. Kerajaan ini akan berlangsung selamanya, tidak akan binasa, dan semua bangsa akan tunduk kepada-Nya. Hal ini kontras dengan kerajaan-kerajaan dunia yang hanya bertahan sementara, mudah runtuh, dan seringkali dipenuhi dengan ketidakadilan. Kerajaan Allah didasarkan pada keadilan, kebenaran, dan damai sejahtera.
Keempat, Penyembahan Universal (ay. 14). Dalam Daniel 7:14, semua bangsa, suku, dan bahasa akan menyembah Sang Anak Manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah melampaui batasan geografis, etnis, dan budaya.Maknanya, Kerajaan Allah mencakup seluruh umat manusia, dan semua yang percaya kepada-Nya akan menjadi bagian dari kerajaan ini.
“Kekuasaan dan Kerajaan Allah Tidak Akan Lenyap” berarti bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat, kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh waktu atau kekuatan apa pun, dan Kerajaan-Nya adalah satu-satunya kerajaan yang kekal. Bagi manusia, ini adalah panggilan untuk menyembah Allah, hidup di bawah otoritas-Nya, dan menaruh pengharapan kepada-Nya, sebab Dia adalah Raja yang setia, adil, dan tidak pernah gagal memenuhi rencana-Nya.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah alasan Daniel mengatakan bahwa “Kekuasaan dan Kerajaan Allah tidak akan Lenyap”? Dalam Daniel 7:9-14, ada beberapa alasan Daniel yang menyatakan bahwa kekuasaan dan kerajaan Allah tidak akan lenyap, yakni:
Pertama, karena Allah adalah Raja Kekal dan Kudus (ay. 9-10). Dalam penglihatannya, Daniel melihat Yang Lanjut Usianya, yaitu Allah, duduk di atas takhta-Nya. Takhta-Nya digambarkan seperti nyala api, yang menunjukkan kekudusan, kekekalan, dan otoritas-Nya sebagai penguasa tertinggi. Ribuan kali ribuan makhluk melayani Dia, menunjukkan bahwa kekuasaan Allah melampaui seluruh ciptaan. Dia adalah hakim yang adil, dan keadilan-Nya akan menghancurkan setiap kekuasaan dunia yang tidak taat kepada-Nya.
Kedua, karena kerajaan duniawi hanya sementara (ay. 11-12). Dalam konteks Daniel 7, kerajaan-kerajaan duniawi diwakili oleh binatang-binatang buas (ay. 1-8), yang melambangkan kekuatan dan kebrutalan. Namun, dalam penglihatannya, Daniel menyaksikan bahwa kerajaan-kerajaan ini akan dihancurkan dan kekuasaan mereka akan dicabut.Ini menunjukkan bahwa kekuasaan duniawi adalah fana, sementara kekuasaan Allah bersifat kekal dan tak tergoyahkan.
Ketiga, karena Anak Manusia memerintah untuk selama-lamanya (ay. 13-14). Daniel melihat seorang "seperti Anak Manusia" datang dengan awan-awan ke hadapan Yang Lanjut Usianya. Ini adalah gambaran Yesus Kristus sebagai Raja yang dijanjikan. Anak Manusia ini menerima kuasa, kemuliaan, dan kerajaan yang kekal. Semua bangsa, suku, dan bahasa akan menyembah Dia. Kekuasaan-Nya tidak akan berakhir, dan kerajaan-Nya tidak akan binasa. Hal ini menegaskan bahwa Allah telah menetapkan Anak-Nya sebagai Raja atas segala raja, dan kerajaan-Nya akan berlangsung selamanya.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita refleksikan dalam Minggu Akhir Tahun Gerejawi ini? Berikut adalah hal-hal yang perlu direfleksikan dari tema “Kekuasaan dan Kerajaan Allah tidak akan Lenyap” berdasarkan kitab Daniel 7:9-14:
Pertama, pengakuan akan Kedaulatan Allah. Apakah kita benar-benar mengakui Allah sebagai Raja dalam hidup kita? Penglihatan Daniel menunjukkan bahwa Allah duduk di takhta-Nya yang kudus dan kekal. Ini mengingatkan kita untuk menyerahkan seluruh aspek hidup kita kepada kedaulatan-Nya, termasuk keputusan, rencana, dan tantangan yang kita hadapi. Jadikan Allah sebagai pusat hidup kita, bukan kekuasaan duniawi atau ambisi pribadi.
Kedua, kerajaan duniawi bersifat sementara. Apakah kita terlalu terikat pada hal-hal duniawi? Penglihatan Daniel menegaskan bahwa kerajaan-kerajaan dunia hanyalah sementara dan akan lenyap. Ini mengingatkan kita untuk tidak bergantung pada hal-hal fana seperti kekayaan, kekuasaan, atau popularitas. Fokuskan hidup pada nilai-nilai kekal, seperti iman, kasih, dan pengharapan, daripada mengejar hal-hal yang hanya bersifat sementara.
Ketiga, pengharapan dalam Kerajaan Kekal Allah. Di tengah dunia yang penuh kekacauan, apakah kita tetap memiliki pengharapan bahwa Kerajaan Allah akan menang? Penglihatan Daniel tentang Anak Manusia yang menerima kerajaan yang kekal memberikan jaminan bahwa di tengah pergolakan dunia, Allah tetap berkuasa dan rencana-Nya tidak dapat digagalkan. Jangan mudah putus asa ketika menghadapi situasi sulit, sebab kita adalah bagian dari Kerajaan Allah yang tidak akan pernah binasa.
Tema ini mengundang kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Allah sebagai Raja yang kekal. Kita diajak untuk hidup dalam penyembahan, penyerahan, dan pengharapan kepada-Nya, serta melepaskan diri dari keterikatan pada kekuasaan duniawi yang fana. Karena itu, mari kita hidup sebagai warga Kerajaan Allah yang setia, dengan keyakinan bahwa kekuasaan dan kerajaan-Nya tidak akan pernah lenyap. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!