Sabtu, 17 Agustus 2019

Kotbah Minggu 9 Setelah Trinitatis Minggu, 18 Agustus 2019 “PENTINGNYA MEMILIKI HIKMAT”

Minggu, 18 Agustus 2019

“PENTINGNYA MEMILIKI HIKMAT”
Kotbah: 1Raja-raja 4:29-34   Bacaan: Roma 11:33-36



Minggu ini kita akan memasuki Minggu kesembilan setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema PENTINGNYA MEMILIKI HIKMAT”.Hikmat itu sangat penting bagi setiap orang. Hikmat melebihi pengetahuan. Dengan hikmat maka kita akan memiliki kemampuan yang lebih untuk mengatasi dan menghadapi setiap pergumulan kita.

Apakah hikmat itu sehingga itu menjadi penting bagi kita? Ada tiga pengertian hikmat dalam Alkitab, yaitu:

Pertama, secara teknis. Hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Allah untuk mengerjakan sesuatu dengan sempurna (Kel. 31:3). Talenta, keunggulan, dan keahlian kita terhadap sesuatu, adalah hikmat yang dikaruniakan Allah kepada kita, dan dengan mengembangkannya, kita akan terkejut bahwa  ternyata kita bisa berhasil.

Mengapa Michael Jackson berhasil menjadi “The King Of  Pop?” Jawabannya karena ia menyadari, menghargai, mengembangkan, dan mengunakan talenta dan keahliannya. Jika karunia itu ditukarkan dengan bidang lain maka tentu Michael Jackson tidak akan mampu melakukannya. Misalnya Michael Jackson disuruh berkotbah seperti Billy Graham dan Billy Graham disuruh menyanyi, pastilah keduanya tidak akan bisa dan mampu. Mengapa? Karena itu bukan keahliannya.

Hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang. Dan semua orang memiliki jenis hikmat ini. Itulah sebabnya entah orang berdosa atau orang kudus bisa berhasil jika ia menggunakan talenta dan keahliannya. Tuhan telah memberikan talenta dan keahlian kepada tiap-tiap orang, sesuai kemampuan kita masing-masing. Persoalannya adalah apakah kita menyadarinya, mengharagainya, mengembangkannya dan menggunakannya?

Kedua, secara intelektual.Hikmat adalah kemampuan menyusun rencana yang benardan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang dikehendaki (Kej. 41:39). Jenis kemampuan ini disebut kebijaksanaan.

Suatu hari, Ayah meminta saya untuk memasukan tempat tidur yang besar ke kamar tamu. Lalu saya mengajak teman untuk membantu memindahkan benda tersebut. Kami mengangkat tempat tidur itu dengan santai karena ringan. Namun saat kami ingin memasukannya ke dalam kamar, ternyata kami kesulitan. Pintu kamar terlalu sempit sehingga benda itu tidak bisa masuk. Kami tegang memegang tempat tidur itu, hingga kami lelah dan kami melepaskannya di bawah. 

Melihat tempat tidur itu belum dipindahkan, Ayah berkata: “Mengapa belum juga dipindahkan?” saya menjelaskan bahwa: “Pintu kamar itu terlalu kecil, sehingga tempat tidur besar ini tidak bisa masuk” Lalu Ayah saya berkata: “Oke, sekarang coba lagi”. 

Sekali lagi kami menggotong benda itu dan kami mendekatkannya ke pintu kamar. Setelah itu Ayah berkata, caranya miringkan tempat tidur itu dan masukan terlebih dahulu kaki tempat tidur itu, kami mengikuti petunjuknya, dan tempat tidur itu berhasil dimasukan ke dalam kamar melalui pintu yang sempit. 

Mengapa benda yang besar itu bisa masuk melalui pintu yang sempit? Jawabannya adalah: Karena kami menggunakan cara.
 
Hikmat adalah kemampuan menyusun cara untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Persoalan seringkali kita menunda untuk melakukan sesuatu yang membaikkan hidup kita ialah, karena kita kekurangan hikmat. Kita tidak tahu bagaimana caranya. Namun dengan kebijaksanaan, kita bisa berhasil.

Ketiga, secara Rohani. Hikmat adalah pengetahuan yang dikaruniakan Allah (1Kor. 12:8) untuk mengenal Allah dan menyelami karya Allah di dalam diri kita(1Kor. 1:20,21, Ef. 1:17); untuk memecahkan persoalan yang rumit,yang supranatural dan yang tidak dapat terselami oleh akal manusia (Kej. 40-41; 1Raja 3; Dan. 2).

Suatu hal yang seringkali membuat kita kalah, gagal, rugi, kecewa, ialah bahwa kita tidak tahu apa yang Allah mau kita lakukan di antara setumpuk hal yang kita anggap baik. Hikmat adalah pengetahuan tentang apa yang Allah mau untuk kita lakukan. Hal ini termasuk suatu karunia, yang boleh dimiliki oleh semua orang, tetapi tidak semua orang telah memilikinya. Manusia memerlukan hikmat untuk dapat mengenal Penciptanya dengan benar (Ef. 1:17), untuk dapat mengerjakan sesuatu seperti yang Tuhan mau (Kel. 31:3) dan untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit (1Raja 3:9, 24).

Firman Tuhan memberitahu kita bahwa hikmat bukan hanya bagian yang baik bagi kehidupan, melainkan Hikmat adalah bagian yang terpenting dalam kehidupan. “Memperoleh hikmat, sungguh jauh melebihi memperoleh emas dan memperoleh pengertian, jauh lebih berharga dari pada mendapatkan perak”(Ams. 16:16). “Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak. Ia tidak dapat dinilai dengan emas Ofir, ataupun dengan permata krisopras yang mahal atau dengan permata lazurit, tidak dapat diimbangi oleh emas atau kaca, ataupun ditukar dengan permata dari emas tua. Baik gewang, baik hablur, tidak terhitung lagi. Memiliki hikmat adalah lebih baik dari pada mutiara” (Ayb. 28:15-18).

Dengan hikmat seorang budak bisa menjadi orang berhasil (Yusuf) dengan hikmat seorang pemuda bisa menjadi pemimpin (Daniel) dengan hikmat seorang kanak-kanak bisa mengajar para ahli (Yesus), dan dengan hikmat satu orang bisa mengatur jutaan orang (Salomo), sebab itu “Yang terpenting untuk berhasil ialah Hikmat”

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana caranya agar kita memperoleh Hikmat itu?

Pertama,kita harus memintanya kepada TUHAN. “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah…” (Yak 1:5). “Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian”(Ams. 2:6). Rasul Paulus berdoa kepada Allah dan meminta, agar Allah memberikan hikmat kepada jemaat di Efesus (Ef. 1:16-17), Salomo berdoa dan meminta Hikmat dari Allah, dan Allah memberikan hikmat kepada Salomo (I Raj” 3:9). Kita perlu memintanya dari Allah, karena Dialah sumber segala hikmat.
      
Kita boleh, untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan, tetapi untuk memperoleh hikmat, kita perlu merendahkan hati, dan memintanya dari Allah. Berdoalah dan minta hikmat dari Tuhan. Karena dengan hikmat kita tahucara, untuk menggunakan ilmu pengetahuan kita.

Kedua,kita harus takut akan TUHAN. “Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya takut akan Tuhan ialah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi” (Ayb. 28:28). Takut akan Tuhan ialah menghormati Tuhan, dan menjauhi kejahatan. Beberapa orang takut kepada Tuhan, tetapi tidak takut akan Tuhan. Mereka berpikir, “Aku orang berdosa, dan Aku tidak boleh mendekat kepada Tuhan. Sudahlah, tidak perlu beribadah, karena aku jahat." 

Kita tidak perlu menjauh dari Tuhan, karena takut kepada Tuhan, tetapi yang kita perlu ialah menghormati Tuhan. Rasa hormat kepada Tuhan, menjauhkan diri kita dari kejahatan. Sebelum kita berkata Ya! Untuk menghormati Allah, sampai kapanpun, kita tidak akan mampu berkata “Tidak” terhadap kejahatan. 

Orang saleh dalam Alkitab, seperti Henokh, Nuh, Ayub, mereka dapat menjauhi kejahatan, bukan karena mereka hebat, melainkan karena mereka punya hubungan yang dekat dengan Allah. Itulah sebabnya mereka punya rasa hormat yang besar kepada Allah, sehingga walaupun semua orang berbuat jahat, mereka tetap berkata “Tidak” terhadap kejahatan. Inilah yang disebut takut akan Tuhan. 

Kita perlu mendekat kepada Allah, supaya kita punya rasa hormat terhadap Allah, dengan demikian kita mampu menjauhi kejahatan. Dan ketika kita punya rasa hormat kepada Allah, yang mempengaruhi sampai perbuatan dan perilaku kita, maka Tuhan akan memberitahu kita hal-hal yang tersembunyi. Maz 25:12 berkata: “Siapa orang yang takut akan Tuhan, kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya” dan Maz 25:14 berkata: “Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka”

Daniel lebih menghormati Tuhan ketimbang raja Nebukadnezar. Ia memilih menghormati Tuhan, dan menolak untuk menajiskan dirinya dengan santapan raja (Dan 1:8),  dan Allah mengaruniakan kepadanya hikmat, sehingga ia bisa menjelaskan kembali mimpi raja Nebukadnezar, sekaligus mengartikan mimpi tersebut.
Disaat kita memilih untuk menghormati Allah, kita akan mampu menolak kejahatan, dan upahnya ialah Allah memberi kita hikmat.

Ketiga, kita harus sujud menyembah Allah dalam doa dan penyembahan. “Demi didengarnya Daniel, bahwa surat perintah itu telah di buat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya, ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa dan  memuji Allahnya, Seperti yang biasa dilakukannya” (Dan. 6:11). Daniel biasa berlutut, berdoa, dan memuji menyembah Allah tiga kali sehari, dan Allah memberikan hikmat kepada Daniel, sehingga ia sepuluh kali lebih cerdas dari semua orang berilmu (Dan. 1:20).

Semakin sering kita sujud menyembah di hadapan Tuhan, dalam doa dan pujian penyembahan, wawasan kita tentang Allah akan semakin diperluas. Allah akan membuka rahasia-rahasia-Nya kepada kita, sehingga kita akan menjadi orang yang cerdas dan berhikmat.

Orang-orang yang bersekutu dengan Allah dalam doa dan penyembahan, biasanya tahu apa yang tidak dapat diajarkan oleh ilmu pengetahuan. Mereka bisa tahu kita sedang bermasalah, mereka bisa tahu kita sedang susah, bahkan mereka bisa tahu kalau kita sedang berdosa. Mengapa? Karena Allah yang memberitahukannya kepada mereka.

Selain Yesus, hamba-hamba-Nya Allah, seperti Musa, Yeremia, Yesaya, mereka bisa memberitahu apa yang akan terjadi di masa depan, karena mereka suka bersekutu dengan Allah.
Keempat, kita harus membaca dan merenungkan Firman Allah.Daud berkata: “Aku lebih berakal budi dan aku lebih mengerti, sebab aku merenungkan peringatan-peringatan-Mu dan memegang titah-titah-Mu” Daud mempelajari Firman Allah, dan menjadikannya sebagai isi pikirannya, serta gaya hidupnya. Allah telah mengilhami orang-orang-Nya yang Ia pilih melalui Roh Kudus, untuk menuliskan kepada kita Apa yang Allah mau di dalam Alkitab. 

Alkitab adalah Firman Allah, yang memberitahu kita mengapa kita hidup, bagaimana kehidupan berjalan, apa yang harus dihindari dan apa yang akan terjadi pada masa depan. 

Dengan membaca dan merenungkan Firman Allah, kita akan tahu Peta perjalanan hidup kita, sehingga kita tidak tersesat. Daud memuji Firman Allah dengan berkata: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105).

Pertanyaan terakhir, apakah keuntungan yang Salomo  peroleh ketika ia punya hikmat? 

Pertama, Salomo melebihi hikmat bani Timur dan orang Mesir (ay. 30). Pada perikop kita, Salomo disebut memiliki hikmat dan pengertian yang tiada bandingnya, bahkan disebutkan mereka golongan ternama soal hikmat yang tidak bisa menandingi Salomo:
a. Bani Timur dan Orang Mesir. Kelompok ini terkenal dengan keahlian pengetahuan tentan benda-benda langit sejak dahulu kala. Sehingga pengetahuan tentang langis setara dengan pengetahuan tentang para dewa. Tidak heran orang-orang dari timur terkenal dengan kepandaian termasuk kekuatan magis. Mereka barangkali yang dsebut sebagai para magos atau majusi yang dalam PB disebut orang Majus dari Timur.
b. Etan orang Eshari. Nama Etan dalam bah, Ibrani: אֵיתָן ('Eitan), berarti 'tahan lama', 'kuno'. Ia adalah seorang yg berhikmat pada zaman Raja Salomo, yg dikenal dengan sebutan 'orang Ezrahi' dari garis keturunan Yehuda (1Raja 4:31). Judul Mazmur 88 juga menyebut seorang 'orang Ezrahi', sehingga sangat mungkin bahwa Etan juga adalah penulis berhikmat yang terkenal pada zaman Salomo.
c. Heman, Kalkol, Darda. Sayang sekali kita tidak menemukan data lengkap tentang tiga nama ini selain di Mazur 88 yang menyebut tentang Heman. Namun jika didaftarkan sebagai “pesaing” Salomo tentang Himmat, maka dapat disimpulkan bahwa tiga nama ini termasuk Etan tidak bisa diragukan mengena kepandaian, pemgetahun serta kemampuan mengola diri menjadi seni dalam kehidupan untuk bertindak benar dan baik yang disebut Hikmat itu.

Kedua, Salomo  memiliki berbagai prestasi (ay. 32-24).Salomo mampu menulis 1.005 mazmur dan 3.000 kata-kmampu menggunakan setiap kehidupan sebagai sarana untuk menghadirkan pengetahuan dan meninggalkan nasihat. Salomo dapat menggunakan bebatuan, pepohonan, burung-burung, binatang melata dll (ay.33) sebagai sarana menyampaikan pengajaran yang berhikmat. 

Ketiga, Salomo dicari banyak orang (ay. 34). Banyak orang dari segala bangsa mencari Salomo dan ingin belajar darinya, yakni dari hikmat yang ia miliki.

Itulah gambaran bahwa hikmat itu betapa penting dalam kehidupan kita selama di dunia ini. Karena itu, marilah meminta hikmat kepada TUHAN agar hidup kita menjadi berkat bagi sesama. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...