Senin, 01 Oktober 2018

Renungan hari ini: KAMU ADALAH GARAM DUNIA

Renungan hari ini: 

KAMU ADALAH GARAM DUNIA



Matius 5:13 (TB) "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang" 

Matthew 5:13 (NET) “You are the salt of the earth. But if salt loses its flavor, how can it be made salty again? It is no longer good for anything except to be thrown out and trampled on by people” 

Garam sesuatu yang sangat dibutuhkan manusia. Garam menjadi penyedap rasa dalam makan, dan juga menjadi pengawet dalam bahan makanan. Dalam nas hari ini kita akan belajar tentang garam. Kalimat awal menunjukkan bahwa kita adalah garam dunia. Dan kalimat selanjutnya merupakan satu peringatan – satu peringatan yang serius – bahwa jika garam menjadi tawar, menjadi tidak berasa, tidak ada gunanya lagi kecuali dibuang!

Kita tidak perlu membahas apakah garam benar-benar bisa menjadi tawar atau tidak. Poinnya sederhana, bukan apakah garam itu bisa menjadi tawar atau tidak, tetapi orang Kristen dapat kehilangan kualitas-kualitas yang esensial sebagai orang Kristen. Ini jelas apa yang Yesus maksudkan, dan tidak ada yang dapat menyangkal hal ini. Jika garam tidak dapat menjadi tawar, tidak ada gunanya Yesus memperingatkan kita supaya jangan kita kehilangan kualitas sebagai seorang murid. Kita akan sangat menyesal jika kita menolak peringatan ini.

Apa yang dimaksud dengan kamu adalah garam? Untuk memahami hal ini, mari kita membuka Kolose 4:5-6 di mana Paulus menggunakan gambaran garam: “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar sehingga kamu tahu bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Paulus mengatakan “Sebagai orang Kristen hendaklah kata-katamu jangan hambar”. Dalam bahasa asli, “hendaklah kata-katamu dibumbui garam.” 

 Jika garam itu tidak berfungsi maka garam itu akan menjadi tawar. “Garam itu menjadi tawar”, dalam bahasa Yunani, makna sebenarnya ialah “Garam itu menjadi bodoh”. Jika garam menjadi bodoh, itu memberi kita satu petunjuk untuk arti garam. Jelaslah bahwa garam menunjukkan hikmat rohani. Tentu saja jika kita kehilangan hikmat rohani, kita menjadi bodoh. Di sini maknanya sangat jelas. Lawan dari kebodohan adalah hikmat.  Sangat penting bagi kita untuk memahami hal ini, karena hikmat dalam arti rohani bukan bermakna pandai samasekali. Itu bukan maknanya. Hikmat secara rohani mempunyai makna yang berbeda dari kepandaian.

Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk menjadi seperti garam yang memiliki rasa dan manfaat. Bukan sekadar terlihat seperti garam, namun tawar dan tidak berguna sehingga akhirnya dibuang dan diinjak orang. Jadilah seperti garam asin yang selalu menjadi berkat bagi orang lain di mana pun berada, meskipun kadang tidak terlihat tetapi kehadi­ran kita dirasakan oleh orang lain.

Garam yang sekali kehilangan asinnya tidak mungkin dipulihkan. Tetapi bagaimana dengan kita? Kita adalah garam dunia, dan kita perlu diasinkan. Jadi adakah harapan pada kita? Jika kita telah kehilangan rasa, maka keadaan ini benar-benar serius. Bagaimanapun bagus bentuknya, pisau yang tidak mampu mengerat atau lampu yang tidak dapat menyala benar-benar tidak berguna. Jadi gagal dalam misi dan tugas kita bagi Allah sungguh merupakan keadaan yang amat parah. Jika demikian keadaan kita, dengan cermat periksalah hubungan kita dengan Tuhan, dan amati kapan dan dalam hal apa kita mulai gagal. Lalu ambillah langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

Kiasan tentang "garam" tawar ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan bahwa orang-orang Kristen tidak dapat memperoleh kembali rasa asinnya. Jika kini kita tawar, tidak ada yang bisa mencegah kita datang kepada Allah dengan kejujuran, kerendahan hati, dan pertobatan. Saat kita mengalami kehambaran rasa, maka segeralah datang kepada Tuhan. Tetap dekat dengan Yesus, terutama dalam doa dan Firman-Nya, merupakan hal yang justru mengasinkan kita dan melepaskan kita dari "rasa tawar hati". Karena itu, jadilah menjadi garam dunia. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...