Kamis, 01 Agustus 2019

Renungan hari ini: MEMBUKA TANAH YANG BARU

Renungan hari ini: 

MEMBUKA TANAH YANG BARU



Yeremia 4:3 (TB) Sebab beginilah firman TUHAN kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: "Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh" 

Jeremiah 4:3 (NET) Yes, the Lord has this to say to the people of Judah and Jerusalem: “Like a farmer breaking up hard unplowed ground, you must break your rebellious will and make a new beginning; just as a farmer must clear away thorns lest the seed is wasted, you must get rid of the sin that is ruining your lives” 

Membuka tanah yang baru mengindikasikan seolah-olah ada tanah yang lama yang tidak terawat. Nas hari ini berbicara tentang tanah baru. Normalnya, setiap kita berpikir bahwa yang disebut tanah baru adalah tanah yang tidak pernah dihuni orang dan merupakan tanah yang baik. Sedangkan menurut New English Translation, kata tanah baru dikatakan sebagai unplowed ground. Unplowed groundmemiliki arti sebagai tanah yang sudah lama ditinggal dan ditumbuhi tanaman berduri atau bisa disebut tanah bekas pakai yang sudah lama di tinggalkan.

Apa yang dimaksud dengan membuka tanah baru?  Menurut kita membuka tanah baru berarti membuka hutan, menebangi semua pohon yang ada serta mendongkel pangkal batang sampai akar-akarnya;  setelah bersih tanah itu kita tanami dengan benih yang baru.  Tapi perhatikan kebiasaan orang Israel bercocok tanam:  mereka hanya diperbolehkan menggarap tanah pertaniannya selama enam tahun, dan pada tahun ketujuh tanah itu harus diistirahatkan.  "Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi"  (Im. 25:3-4).  Jadi selama satu tahun tanah itu dibiarkan begitu saja tanpa dicangkul, dibajak atau pun diairi.  Akibatnya?  Tanah itu menjadi sangat keras dan hanya ditumbuhi oleh tanaman liar seperti ilalang dan semak duri.  Karena tanahnya sudah mengeras dan dipenuhi oleh ilalang dan semak duri, benih sebaik apa pun yang ditabur tidak akan bisa tumbuh dengan baik, pada akhirnya akan mati.

Begitulah keadaan hati seseorang yang lama tidak tersentuh oleh “mata bajak dan tidak mengalami aliran-aliran air hidup”.  “Tanah” hatinya sangat keras dan dipenuhi oleh berbagai “belukar”, ilalang dan semak duri.  Sebaik apa pun benih yang ditabur tidak akan menghasilkan tuaian sebab benih itu pasti akan mati.  Keadaannya tetap kering dan gersang.  Kerohaniannya tetap saja kerdil, tetap kanak-kanak dan tidak pernah bertumbuh seperti perumpamaan seorang penabur yang menaburkan benihnya:  "Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati"  (Luk. 8:6-7).  Tentunya ini sangat mengecewakan!

Pertanyaan kita adalah bagaimana caranya agar hati kita menjadi tanah yang baru sehingga menjadi tanah yang baik?

Pertama,kita harus membuang dan mematikan tanaman-tanaman liar yang tumbuh di dalam hati kita. Cara pandang kita menggambarkan kehidupan rohani kita. Hati kita harus dijaga setiap hari. Apabila tidak dijaga setiap hari, hati kita akan ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Hati yang ditumbuhi tanaman liar akan mengeluarkan hal-hal yang jahat, misalnya pikiran-pikiran negatif, curiga terhadap orang lain dan banyak hal lainnya. Tuhan mengajar kita untuk tidak kaku. Terkadang Tuhan berbicara di luar pikiran kita. Tuhan punya cara yang sangat kreatif untuk berbicara pada anak-anak-Nya.

Kedua,kita harus membajak tanah
hati kita yang keras. Unplowed groundadalah tanah yang berbatu-batu dan keras permukaannya. Tanah itu harus diaduk dan dibajak. Kemudian di sana, kita dapat menemukan buah-buah yang sudah mengering.

Ketiga,kita harus meminta Tuhan menurunkan hujan di hati kita.
 Ada hak prerogatif yang Tuhan miliki, yaitu hujan. Kita perlu campur tangan Tuhan dalam setiap usaha-usaha kita dan ini adalah kehendak Tuhan, kapan Tuhan menurunkan hujan adalah hak Tuhan. Hujan akan menggemburkan dan melembutkan tanah tersebut agar tanah tersebut tidak kering lagi.

Bagaimana kehidupan rohani Saudara?  Jika menyadari bahwa kerohanian kita stagnan dan tidak pernah bertumbuh, itu tandanya bahwa ladang atau tanah hati kita sudah menjadi keras.  Kita perlu diproses dan dibentuk kembali, jika tidak, sampai kapan pun tidak akan menghasilkan. Karena itu, berilah hati kita untuk dijadikan menjadi tanah yang baru agar tumbuh kehidupan yang baru bagi kita. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...