Kamis, 31 Oktober 2019

Renungan hari ini: KASUT KERELAAN

Renungan hari ini: 

KASUT KERELAAN



Efesus 6:15 (TB) “Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera" 

Ephesians 6:15 (NET) “By fitting your feet with the preparation that comes from the good news of peace” 

Kasut merupakan sejenis sandal atau alas kaki yang diikat tali, yang dipakai prajurit Roma agar mampu berjalan lebih cepat dan sanggup menempuh jarak yang jauh.  Kasut menggambarkan mobilitas bergerak yang baik, kemampuan bergerak ke manapun, serta siap sedia setiap saat untuk memenuhi panggilan atau keinginan komandan.  Secara rohani, komandan kita adalah Tuhan.  Jadi, seberapa cepat kaki kita bergerak untuk memenuhi panggilan Tuhan? 
  
Kasut rohani ini berbicara tentang hati yang rela untuk mengabarkan Injil damai sejahtera.  Kerelaan hati berbicara tentang siap sedia setiap saat untuk memenuhi panggilan Tuhan.   Matius 26:41 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.”   Seseorang yang berjaga-jaga adalah seseorang yang punya kesadaran rohani untuk bereaksi dengan cepat sesuai dengan kehendak Tuhan.   
  
Mazmur 119:105 “FirmanMu itu pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku” Sebelum kita mempunyai kerelaan untuk mengabarkan Injil, hati kita harus sudah dipenuhi dan dituntun oleh Firman Tuhan.  Hati kita harus memiliki pemahaman yang baik dari Firman Tuhan.  Sebab ada banyak anak Tuhan yang mengaku bertumbuh dalam kekristenan, namun tidak mampu menjelaskan keselamatan kepada orang lain.  Oleh sebab itu, langkah hidup kita harus diterangi dulu oleh Firman Tuhan, baru kita menjadi terang bagi orang lain. 
  
2Timotius 4:2: “Beritakanlah Firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” Ayat ini berbicara bahwa bukan kita yang menentukan, tetapi ketika ada perintah dari Tuhan untuk bergerak, maka kita harus bergerak.  Bukankah dalam Yakobus 2:17 dikatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati?  Sangat disayangkan jika kitalah yang menjadi penyebab matinya Firman Tuhan.  Oleh sebab itu, kita harus rela menjadi pelaku Firman, siap sedia, baik atau tidak baik waktunya, dan terus menerus. 
  
Jelas sekali, bahwa kita perlu mempunyai kerelaan hati dan tidak berdiam diri, supaya ada keselamatan buat banyak orang. Sebaliknya jika kita hanya terpaku, maka tidak ada hasil tuaian yang kita peroleh. 

Kasut kerelaan mengabarkan Injil damai sejahtera, meliputi 4 hal, yaitu : 
  
Pertama,  memberkati yang terhilang (Luk. 10:5).  Kita harus memberkati yang terhilang, sekalipun yang terhilang itu adalah “serigala”.  Mengapa? Karena ada banyak orang Kristen yang suka mengutuk sesamanya.  Mereka mempunyai pemahaman yang salah, menganggap orang lain adalah jahat, yang tidak pantas masuk sorga.  Ingatlah, Yesus datang untuk orang sakit.  Seringkali orang percaya bisa menjadi lebih jahat, suka menghakimi orang lain, menutup pintu rapat-rapat dan membentengi diri terhadap orang yang minta tolong.  Janganlah menjadi anak Tuhan yang demikian, tetapi milikilah kerelaan untuk memberkati orang lain.  Terkadang hanya melalui perkataan yang ramah dan memberi semangat, kita dapat memberkati mereka yang terhilang. 
  
Kedua, menjadi teman bagi orang lain (Luk.10:7). Seorang sahabat biasanya yang paling didengar (sharing).  Bahkan terkadang, menempatkan diri kita sebagai seorang sahabat bagi orang lain, itu lebih kuat dampaknya daripada kita harus memaksakan orang itu untuk segera bertobat.  Amsal 17:17 mengatakan bahwa seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. 
  
Ketiga, memenuhi kebutuhan orang lain (Lukas 10:9). Kita harus peka dan peduli untuk memenuhi kebutuhan orang lain.  Dalam Matius 14:15-16, ketika murid-murid meminta Yesus untuk menyuruh orang banyak itu pergi untuk membeli makanan,  Tuhan Yesus menjawab bahwa murid-muridlah yang harus memberi makan orang banyak itu.  Dalam hal ini, awalnya murid-murid tidak memiliki kerelaan untuk memenuhi kebutuhan orang lain.  Tetapi setelah Tuhan Yesus menegaskan bahwa merekalah yang harus memberi makan orang banyak itu, maka kerelaan hati murid-murid untuk memenuhi kebutuhan orang banyak itu terwujud, melalui seorang anak kecil yang memberikan lima roti dan dua ikan. Dan akhirnya mujizatpun terjadi, seluruh orang banyak itupun dapat makan, bahkan ada sisanya.  Jadi, dengan memiliki kerelaan untuk memenuhi kebutuhan orang lain, dapat mendatangkan mujizat bagi banyak orang. 
  
Keempat, memberitakan Injil. Tahapan terakhir tentang kasut kerelaan adalah memberitakan Injil.  Artinya kita harus terlebih dahulu melalui tahapan sebelumnya , baru bergerak dalam tahapan memberitakan Injil.  Hal ini dimaksudkan supaya kasut kerelaan kita benar-benar menghasilkan tuaian, yaitu jiwa baru yang diselamatkan. Karena itu, untuk menjadi kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya; kita harus memiliki kasut kerelaan untuk mengabarkan Injil damai sejahtera.  

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...