Sabtu, 22 Desember 2018

KOTBAH MINGGU ADVENT IV Minggu, 23 Desember 2018 “HIDUP DALAM KASIH MENANTI RAHMAT TUHAN”

Minggu, 23 Desember 2018

HIDUP DALAM KASIH MENANTI RAHMAT TUHAN
Kotbah: Yudas 1:17-21 Bacaan: Yesaya 30:18-26




Saat ini kita memasuki Minggu Adent IV. Dalam Minggu ini kita akan merenungkan tema “Hidup dalam Kasih menanti Rahmat Tuhan”.Memasuki Advent IV kita akan lebih fokus pada masa kelahiran Yesus (dulu) dan masa kedatangan Yesus kali kedua (sekarang). Dalam masa penantian ini kita diajak untuk hidup dalam kasih. Kasih itulah yang menutupi segala kesalahan dan dosakita. Mengapa tema ini penting kita bahas dalam masa Advent IV ini? Karena di dalam perjalanan kehidupan kita, baik dalam Gereja, dan masyarakat kita membutuhkan kasih. Kasih itulah yang mengikat persaudaraan kita bagi sesama, dan kasih itu pulalah yang kita berikan kepada Tuhan.

Jika kita perhatikan teks kotbah dalam Minggu ini, maka kita akan menemukan ada tiga golongan manusia yang ada dalam Gereja. Ketiga golongan ini bisa saja menjadi sumber polemik dan perselisihan di antara sesama jika tidak ada kasih di dalamnya. Walau kita berbeda dan memiliki golongan di dalam gereja sejatinya kita harus saling mengasihi agar terjadi kesatuan dalam gereja kita masing-masing. Ketiga golongan Gereja dalam teks Yudas 1:17-23 adalah:

Pertama, kelompok pengejek-pengejek (ay.18-19). Para pengejek ini dicirikan dengan:  (a) Hidup menuruti hawa nafsu kefasikan;(b) Pemecah-belah yang dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi; (c) Yang hidup tanpa Roh Kudus.

Kehidupan yang seperti ini akan merusak bahkan menghancurkan banyak hal dalam gereja. Pertama-tama akan merusak pelayanan gereja, program-program gereja, dan bahkan menghambat pembangunan Tubuh Kristus. Mereka ada di dalam gereja sebagai penyusup-penyusup (Yud.1:4). Bagaikan duri dalam daging (sakit dan harus dicabut)

Bagaimana dengan posisi kita, sudahkah kita produktif dalam gereja ini atau sebaliknya? Kita harus memeriksa diri kembali, sambil meyakinkan diri bahwa kita bukan golongan ini. Kalaupun ada tanda-tanda sifat itu dalam diri kita masih ada waktu untuk bertobat.

Kedua,kelompok Saudara-saudara yang kekasih (ay. 20-21). Kata “saudara” artinya yang segolongan dengan Yudas sendiri! Ini adalah golongan yang mau dan sedang dikerjakan oleh Roh Kudus. Ada beberapa cirinya.(a) Membangun diri diatas dasar iman yang paling suci; (b) Berdoa dalam Roh Kudus; (c) Memelihara diri dalam kasih Allah.Dan pada akhirnya upah mereka yang termasuk dalam golongan ini adalah kehidupan kekal.Inilah tempat/posisi yang tepat bagi setiap orang percaya. Memberi diri dibangun untuk kehidupan yang kekal.

Ketiga, kelompok “yang ragu-ragu” (ay. 22-23). Yang menjadi permasalahan kelompok ini adalah keraguraguan. Firman Tuhan katakan orang yang bimbang bagaikan gelombang lautan yang tidak tenang, mereka tidak akan mengalami ketenangan hidup.Kelompok ini ciri-cirinya adalah:(a) tidak berani menunjukkan kasihnya;(b) Mereka suka hidup dalam api yang membara; (c) Selalu berpakaian yang dicemari dengan dosa.

Ketiga golongan ini dihubungkan dengan pembangunan Tubuh Kristus akan menghasilkan hal yang berbeda-beda. Golongan yang pertama akan menghancurkan dan menggagalkan pembangunan Tubuh Kristus. Golongan yang ketiga tidak akan mengalami kemajuan, bahkan akan mengalami kemunduran dalam hal pembangunan rohani. Tetapi golongan yang ketiga akan mengalami pertumbuhan rohani, dan bangunan rohani itu jika kelompok yang kedua semakin hari akan menampakkan wujud kasih yang sesungguhnya kepada mereka.

Tentukan dipihak mana engkau menempatkan dirimu. Kalau belum pada tempat yang Tuhan inginkan (kelompok yang membangun diri) maka ini saatnya berubah, dan berbalik kepada Tuhan. Selalu ada kesempatan untuk kembali kepada Allah.

Kita sudah melihat ada kelompok dalam kehidupan bergereja pada masa Yudas. Kemungkinan kelompok ini masih eksis hingga sekarang, dan bahkan mungkin sudah semakin bertambah dengan kelompok-kelompok baru. Dalam situasi seperti ini kita sedang menanti kedatangan Tuhan kali kedua ke dunia ini. Kita diminta saat ini untuk hidup dalam kasih.

Sebagai umat percaya tentu kita akan terus berusaha mengasihi kelompok pertama dan ketiga agar mereka bisa beroleh keselamatan dan hidup yang kekal saat Yesus datang kali kedua. Pertanyaan kita sekarang adalah apa upaya dan yang harus kita lakukan dalam masa penantian ini?

Pertama,kita harus mengingat dan menyadari bahwa kita ada dalam berbagai kelompok dalam kehidupan ber-Gereja (ay. 17-19). Yudas mengingatkan orang percaya yang dikasihi hendaknya mengingat realitas kehidupan berjemaat. Sebenarnya tidak hanya mengingat ulang, orang percaya terlebih lagi hendaknya senantiasa ingat (tanpa lupa) atau penuh ingatan atas pengajaran para rasul terkait keadaan akhir zaman. Selain itu, orang percaya hendak ingat dengan sungguh-sungguh membangun gereja berdasarkan Firman Allah, orang percaya bersama-sama “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).

Kedua,kita harus mampu membangun diri sendiri dalam Firman Allah (ay. 20a). Orang percaya dibangun dalam Firman Allah tepat seperti membangun rumah, jika rumah didirikan di atas batu karang, maka dapat berdiri kokoh, tidak takut diterjang hujan dan badai.

Membangun diri berguna untuk untuk menghadapi penyesatan / nabi-nabi palsu (ay 20-21). Ini tidak berarti bahwa Yudas mengajar kita untuk menjadi egois, karena dalam ayat 22-23 ia mengajar kita untuk melayani orang lain/memberitakan Injil (ay. 22-23). Memang “membangun diri sendiri” didahulukan dari “melayani orang lain”, karena kalau diri kita sendiri tidak kuat, kita tidak akan bisa melayani orang lain. Bahkan kalau diri sendiri sampai sesat seperti orang-orang sesat itu, maka pada waktu kita melayani kita juga akan mengarahkan orang yang kita layani itu pada kesesatan.

Banyak orang kristen yang tidak melakukan ayat 20-21 (membangun diri sendiri) tetapi melakukan ayat 22-23 (melayani orang lain); tetapi ada juga orang kristen yang sebaliknya, dimana mereka melakukan ayat 20-21 (membangun diri sendiri) tetapi tidak melakukan ayat 22-23 (melayani orang lain). Orang kristen yang alkitabiah harus melakukan kedua-duanya.

Perintah untuk membangun iman ini diberikan kepada orang yang sudah percaya, bukan orang kafir. Kalau kita adalah seorang hamba Tuhan/guru sekolah minggu, kita perlu meneliti apakah jemaat/anak-anak kita itu sudah kristen sungguh-sungguh atau tidak. Ini memang tidak bisa diketahui dengan pasti, tetapi bisa diperkirakan. Misalnya dengan menanyakan keyakinan keselamatan, alasan keyakinannya, dan juga melihat sikapnya terhadap Firman Tuhan, terhadap dosa dsb. Kalau jemaat / anak-anak saudara belum beriman, jangan berusaha membangun iman mereka. Sebaliknya beritakanlah Injil kepada mereka, supaya mereka bertobat dulu, dan baru setelah itu saudara bisa membangun iman mereka. Tindakan membangun diri sendiri itu harus dilakukan seumur hidup.

Ketiga, berdoalah dalam Roh Kudus (ay. 20b bdk. Ef 6:18). Doa adalah sesuatu yang penting supaya bisa membangun iman kita sendiri (ay. 20b).Apa artinya “berdoa dalam Roh Kudus?”Ini bukan doa bahasa roh, tetapi doa yang dipimpin oleh Roh Kudus.Doa dalam Roh adalah doa yang keluar dari hati yang didiami, diterangi, dan dikuasai oleh Roh Kudus. Itu adalah permohonan, pujian, dan ucapan syukur yang didorong/didiktekan oleh Roh.Tanpa pertolongan Roh Kudus, kita tidak bisa berdoa.Doa adalah suatu pekerjaan yang terlalu sukar untuk kita; kita bisa mengoceh dari diri kita sendiri, tetapi kita tidak bisa berdoa tanpa Roh Kudus; kita bisa menyusun kata-kata menjadi doa, tetapi adalah Roh yang memberikan perasaan, dan tanpa itu doa itu hanyalah suatu ocehan dingin dan pembicaraan yang mati.

Hanya doa yang dinaikkan dengan pimpinan/pertolongan Roh Kudus yang didengar/dikabulkan oleh Allah. Doa yang tidak dinaikkan melalui pengaruh Roh Kudus tidak pernah mencapai surga.Kita harus mentaati dorongan untuk berdoa dari Roh Kudus.Pada waktu Engkau berkata, Carilah wajahKu; hatiku berkata kepa-daMu, WajahMu, TUHAN, akan kucari. Ini menunjukkan orang yang mengikuti dorongan dari Tuhan untuk berdoa.Pada waktu ada dorongan untuk berdoa janganlah menolaknya!Oleh gerakan-gerakan ini kita diundang untuk datang dan berbicara dengan Allah; jangan berkata, aku tidak ada waktu luang.

Keempat,peliharalah dirimu dalam kasih Allah (ay. 21a). Melalui kata kerja perintah “peliharalah” dalam ayat 20-21, Yudas menyatakan bahwa dalam komunitas iman mereka harus “memelihara diri mereka dalam kasih Allah”. Kata kerja “pelihara” telah dua kali muncul. Pertama kali dalam ayat 1, “dipelihara untuk Yesus Kristus” (kata kerja pasif), yakni orang percaya dilindungi; namun dalam ayat 21 sebaliknya adalah “Peliharalah diri dalam kasih Allah”, jadi orang percaya diberi perintah harus aktif berusaha keras dan berinisiatif bersekutu dengan Allah. Yesus pernah berurutan tiga kali mengingatkan orang percaya, hendaknya “… senantiasa tinggallah di dalam kasih-Ku… senantiasa tinggallah di dalam kasih-Ku… senantiasa tinggallah di dalam kasih-Nya” (Yoh. 15:9-10). Ada Allah yang memelihara, namun kita juga harus berusaha keras secara aktif menjaga, mempertahankan dan memelihara.

Apa yang dimaksud dengan “kasih Allah” (love of God)? Sebetulnya kasih Allah, bisa menunjuk baik pada “kasih Allah kepada kita” maupun “kasih kita kepada Allah”. Bagaimana caranya memelihara diri kita dalam kasih Allah? Dengan mentaati Firman Tuhan (Yoh. 15:10). Tetapi dengan demikian itu berarti bahwa kita juga harus memelihara kasih kita kepada Allah, karena itu adalah dasar ketaatan kita (Yoh. 14:15,21a).

Kelima, kita harus menunjukkanlah belas kasihan (ay. 22). Orang kudus yang dikasihi terhadap internal ke dalam hendaklah mengukuhkan iman komunitas, dan terhadap eksternal keluar hendaknya berusaha keras menjadi berkat bagi orang lain. Di ayat 2, Yudas memberkati orang percaya dalam “Rahmat (belas kasihan), damai sejahtera dan kasi” agar ditambahkan berlipat. Dalam bagian ketiga ini, adalah kesempatan membuat kasih menjadi nyata kepada anggota tubuh Kristus. Yudas khusus mengajukan ada tiga macam orang perlu mereka perhatikan. Pertama, adalah orang yang di dalam hati ragu-ragu atau perdebatan (sesuai bahasa aslinya), hendaknya terhadap mereka ada rahmat belas kasihan, mungkin mereka masih bergumul dalam iman. Kedua, adalah orang yang di pinggir jurang bahaya,mungkin segera mengalami penghakiman, perlu menyelamatkan mereka. Ketiga, adalah yang ada dalam dosa, hendak berbelas kasih rahmat terhadap mereka. Namun saat menolong hendak berhati-hati, jangan sampai ikut ternodai menjadi tidak suci. Yudas khusus mengingatkan orang percaya hendak meningkatkan kewaspadaan, menghindari jatuh ke dalam pencobaan, atau bahkan jatuh dalam dosa. (rsnh)

Selamat Advent IV!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...