Sabtu, 09 Februari 2019

KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS V Minggu, 10 Pebruari 2019 “TURUTILAH TUHAN DAN BERTOBATLAH”

KOTBAH MINGGU EPIPHANIAS V
Minggu, 10 Pebruari 2019

“TURUTILAH TUHAN DAN BERTOBATLAH”
Kotbah: Keluaran 33:1-6  Bacaan: Wahyu 3:1-6



Dalam Minggu ini kita memasuki Minggu Epipahnias V. Tema kotbah yang akan kita renungkan “Turutilah TUHAN dan Bertobatlah”. Tema ini sangat penting karena manusia memiliki kecenderungan melawan TUHAN. Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, natur manusia lebih dominan menjadi pemberontak dan melawan kehendak Allah. Manusia mudah tergoda dan jatuh pada keinginan dagingnya dibandingkan keinginan roh Tuhan.

Turutilah TUHAN berarti ajakan untuk memberikan hati untuk mengikuti semua kehendak TUHAN dalam kehidupan manusia. Turutilah Tuhan berarti manusia harus berjuang melawan keinginan dirinya dan mencoba turut dan ikut pada kehendak TUHAN. Dengan adanya kemauan menuruti TUHAN maka peluang untuk bertobat besar kemungkinannya akan tercapai. Pertobatan akan berhasil jika dalam diri manusia memiliki kemauan untuk menuruti TUHAN. Pertobatan bukanlah sekedar “istirahat”dari perbuatan dosa melainkan “berhenti” dari tindakan dan perbuatan dosa.

Dalam teks kotbah yang hendak kita gumuli dalam Minggu ini terlihat bahwa Musa menghadapi bangsa Israel yang memiliki karakter yang “tegar tengkuk”. Istilah tegar tengkuk digunakan dalam Alkitab untuk menyatakan kebandelan, kedegilan manusia yang tidak meresponi tuntunan Allah. Bahasa Ibrani עֹרֶף - OREF berarti leher, tetapi lebih sering dihubungkan dengan belakang leher alias tengkuk, sedangkan kata קְשֵׁה - QESHEH berasal dari קָשֶׁה  - QASHEH yang berarti keras/sulit, sesuatu yang mengakibatkan kesakitan atau penderitaan, tindakan tegas yang diambil dalam penghakiman, kedisiplinan, atau pemerintahan. Kata קָשֶׁה  - QASHEH sendiri berarti keras, seperti menegor dengan keras (membentak), pekerjaan yang keras (berat), hal-hal yang sulit dilakukan.

“Bangsa yang tegar tengkuk” berarti bangsa yang keras kepala, tidak ada kerendahan hati, bangsa yang kasar, tidak tahu aturan, bangsa yang tidak hormat, lancang, bangsa yang kurang ajar (impudent), berlaku jahat dan kejam.

Tegar tengkuk adalah perkara yang jahat di mata Tuhan. Orang yang tegar tengkuk, keras kepala, dan berkepala batu adalah orang yang sulit atau tidak bisa diajak bicara, dalam arti sulit untuk menerima nasehat/pendapat orang lain terlebih menerima suara Tuhan. Orang demikian bila sedang berjalan ke arah barat, maka sulit sekali mengubahnya ke timur. Suara hatinya telah menjadi tumpul sehingga suara Allah tidak terdengar lagi. Seandainya terdengarpun, namun dianggap angin semilir yang dibiarkan berlalu begitu saja. 

Mengapa bangsa Israel disebut Allah sebagai bangsa yang “tegar tengkuk”? Karena Israel adalah bangsa yang tidak sabar. Dalam Keluaran 32:1, Israel melihat bahwa Musa mengundur-undur waktu untuk turun dari Gunung Sinai, mereka seperti kehilangan pemimpin, tidak tahu arah-tujuan. Mereka tidak menyadari kalau Musa sedang berbicara dengan Allah (Kel. 31:18). Pada akhirnya mereka tidak sabar, kesal dan kecewa, sehingga mendesak Harun untuk segera membuat allah yang lain (yaitu anak lembu emas) yang mereka bisa sembah dan ikuti. Jelas tindakan umat Israel adalah tindakan dosa yang dilakukan kepada Allah. Ketidaksabaran mereka merupakan tindakan ketidakpercayaan kepada penyertaan Allah.

Apakah murka Allah bagi bangsa yang tegar tengkuk?

Pertama,akan mendatangkan murka Allah. Ketidaksetiaan Israel kepada Allah, mendatangkan amarah yang sangat besar dari Allah. Sehingga Allah ingin membinasakan, memusnahkan, dan menghapuskan Israel dan akan memberikan bangsa yang baru bagi Musa (Kel. 32:7-10). Menyaksikan kemarahan Allah, Musa datang untuk memohon belas kasihan Allah, untuk menahan amarah-Nya dan kembali mengingat perjanjian dengan Bapa-Bapa Bangsa Israel (Kel. 32:13). Karena kemurahan dan kasih setia Allah kepada Musa dan juga bangsa Israel, Allah menahan amarah-Nya dan tidak memusnahkan bangsa Israel.

Kedua, Allah tidak akan berjalan di tengah-tengah kita (ay. 3). Jika Allah tidak mau berjalan bersama-sama dengan kita maka akan ada banyak malapetaka yang menanti di tengah-tengah perjalanan hidup kita. Allah berkata bahwa Dia akan membinasakan kita di tengah-tengah perjalanan kita. Berjalan tanpa Allah akan membuat hidup kita dibayang-bayangi kematian dan kebinasaan. Berjalan tanpa Allah adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan resiko.

Apakah yang harus kita lakukan untuk menghentikan murka Allah ini bagi kita saat ini?

Pertama, turutilah perintah TUHAN (ay. 1). Sebagai umat Tuhan tugas utama kita adalah menuruti dan mengikuti perintah TUHAN. Jika kita setia dan patuh pada perintah TUHAN serta melakukannya maka hidup kita akan diberkati oleh TUHAN. Tuhan akan memenuhi janji-janji-Nya bagi kita. Tuhan akan mengutus seorang malaikat-Nya untuk berjalan di depan kita dan akan menghalau musuh-musuhkita (ay. 2). Bahkan Tuhan akan memberikan susu dan madu bagi kita (ay. 3). Susu dan madu adalah gambaran kebahagiaan dan kehidupan yang baik dan kecukupan hidup. TUHAN akan memastikan bahwa kehidupan kita akan berjalan dengan baik tanpa kekurangan sesuatu apapun.

Kedua, kita harus menanggalkan “perhiasan” yang melekat pada dirikita (ay. 5). “Perhiasan” adalah simbol dari sesuatu yang berharga dalam dirikita. Emas, berlian, uang, harta dan kuasa merupakan sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Perhiasan itu selalu melekat dalam dirikita sehingga menggeser peran dan kuasa TUHAN dalam hidup kita. Kita menjadikan “perhiasan” menjadi sesuatu yang berharga bagi kita dibandingkan TUHAN. Waktu dan tenaga kita lebih banyak dihabiskan dan digunakan untuk menjaga dan merawat “perhiasan” itu dibandingkan dengan waktu dan tenaga kita untuk bersekutu dengan TUHAN.

Melalui bagian ini kita belajar mengikut Tuhan butuh kesabaran. Bukan memaksakan kehendak kita melainkan tunduk kepada kehendak Tuhan dan pimpinan-Nya. Dalam menunggu waktu Tuhan dibutuhkan ketekunan dan kesetiaan. Jangan pergi menyembah kepada allah lain atau membuat berhala sendiri untuk disembah. Percayalah kepada-Nya setiap waktu. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...