Kamis, 01 Desember 2022

Renungan hari ini: “TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MERAMPAS KEGEMBIRAANMU” (Yohanes 16:22)

 Renungan hari ini:

 

“TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MERAMPAS KEGEMBIRAANMU”

 

Yohanes 16:22 (TB) "Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu"

 

John 16:22 (NET) "So also you have sorrow now, but I will see you again, and your hearts will rejoice, and no one will take your joy away from you"

 

Perkataan Yesus yang dicatan penulis Yohanes ini dilatarbelakangi penjelasan Yesus kepada para murid-Nya tentang dukacita dan sukacita yang mereka akan alami ketika Dia pergi meninggalkan mereka. Yesus menggunakan ilustrasi seorang perempuan yang melahirkan. Perempuan itu mengalami rasa sakit luar biasa, namun pada akhirnya dia akan dipenuhi dengan rasa sukacita ketika dia memegang dan memandang bayinya. Yesus meyakinkan para murid-Nya yang hadir dalam Perjamuan Terakhir itu bahwa mereka juga tidak akan terus-menerus merasa sedih, bahkan mereka akan dipenuhi dengan sukacita, kiranya seperti ibu yang baru melahirkan itu. Dengan kata lain, kita memahami bahwa penderitaan itu adalah sebuah peristiwa transit menuju kebahagiaan sejati. Penderitaan ibu yang mengandung itu adalah penderitaan yang transit saja selama 9 bulan, lalu akan berubah menjadi sukacita dengan kelahiran sang bayi.

 

Seorang perempuan yang sedang mengalami proses melahirkan  memusatkan perhatiannya pada sasaran. Selagi dia bersusah payah dalam bernafas melalui rasa sakit yang sangat, dia didukung oleh pengetahuan bahwa dia sebentar lagi akan melahirkan seorang bayi. Inilah macam mentalitas yang Yesus inginkan untuk dimiliki oleh para murid-Nya. Dia ingin agar para murid memusatkan perhatian mereka atas hasil akhir dari saat-saat penuh kesulitan dan hampir putus asa itu, dengan mengingat janji-Nya bahwa Roh Kudus akan datang kepada/bagi mereka. Daripada para murid mencoba untuk melarikan diri atau menyangkal segala sesuatu yang Yesus telah perbuat dalam diri mereka, mereka harus tetap setia kepada-Nya, walaupun ketika mereka mengalami hal-hal yang sulit, berat untuk ditanggung dan terasa sakit di hati.

 

Kata-kata Yesus berisikan sebuah panggilan bagi kita untuk menerima diri kita disalib juga seperti diri-Nya, untuk mati terhadap hal-hal di dalam diri kita yang berlawanan dengan diri-Nya. Yesus meminta kepada kita untuk mati terhadap penolakan-penolakan yang berasal dari dirikita, ketamakankita, kecenderungan kita untuk mengendalikan hidup kita terpisah dari kehendak Allah – bukan karena Dia ingin agar kita menderita, melainkan karena Dia merindukan kita agar dapat mengenal dan mengalami buah dari tindakan kita menaruh kepercayaan kepada Dia secara total dan lengkap. Yesus tahu bahwa jika kita menaruh segala situasi yang kita hadapi ke dalam tangan-tangan kasih-Nya, maka kita akan menjadi terbuka bagi hidup-Nya.

 

Kematian pada dirinya jelas sangat menyakitkan, namun rasa sakit tersebut akan cepat menghilang apabila kita memberikannya kepada Yesus. Jika kita mencoba untuk menanggung segala rasa sakit dengan menggunakan kekuatan kita sendiri, maka kita akan terus berada dalam perjalanan tanpa akhir yang penuh dengan kesengsaraan. Sebaliknya, apabila kita memusatkan pandangan kita pada Yesus – sang Pengarang dan Penyempurna iman kita – maka beban rasa sakit pelepasannya menjadi dapat ditanggung, karena kita tidak berjalan sendiri. Yesus ada bersama kita dalam rasa sakit kematian terhadap diri sendiri, dan Ia membawa kita melalui semua itu menuju sukacita-Nya.

 

Pergumulan hidup kita sering disertai dengan penderitaan, dukacita dan penuh dengan kesengsaraan. Seperti apa keadaan kita sekarang? Yohanes mengatakan seperti perempuan yang mau melahirkan. Ada penantian dan harapan datangnya sang anak. Ada penderitaan dan kesakitan karena mengandung dan akan melahirkan seorang anak. Dibutuhkan kesabaran karena tidak bisa dipaksakan, kecuali mau dilahirkan prematur. Ada kecemasan dan kegelisahan jangan-jangan terjadi sesuatu dengan sang bayi. Begitulah perasaan yang dialami oleh para murid ketika ditinggalkan oleh Yesus. Mereka hanya bisa menanti, berharap, cemas, dan belajar bersabar.

 

Kitapun mengalami hal yang sama sekarang ini. Harapan selalu ada. Harapan itu pasti. Harapan itulah yang menggerakkan kita untuk terus berusaha, berjuang dan kreatif dalam hidup ini. Kebahagiaan karena perjumpaan dengan Yesus, menanti kita di depan. Allah dapat kita jumpai bukan di luar dunia ini, tetapi dapat kita alami saat ini dan sekarang ini. Ada saat kita sungguh-sungguh mengalami Allah yang hidup, yang mengasihi, dan menerima kita apa adanya.

 

Sukacita itu juga diberikan Yesus Kristus kepada kita semua yang percaya kepada-Nya dan dilahirkan kembali dari Roh. Sukacita itu tetap, tidak dapat dirampas oleh penderitaan yang kita alami karena kita melakukan segala perintah Kristus dengan dipimpin oleh Roh Kudus. Rahasianya hanya “percaya” dalam hati dan mengaku dengan mulut bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.

 

Bagaimana kalau kita belum mengalami sukacita itu? Berjuanglah untuk percaya, karena hati manusia licik, ia rasa sudah percaya padahal belum menurut ukuran Sorga yang akan mengonfirmasikan kepada kita bahwa kita sungguh-sungguh percaya. Mari mengingat bahwa kita punya Kristus yang mati bagi kita – dan fakta itu tidak berubah, apapun situasi kehidupan kita saat ini. Kiranya semakin hari kita makin disadarkan bahwa Tuhan turut hadir dalam keseharian kita. Kita aman di dalam pelukan anugerah-Nya, karena Bapa mengasihi setiap kita, yang melalui Kristus, telah diperdamaikan dengan-Nya dan hidup bersama-Nya. Karena itu, suka cita tak pernah bisa dirampas dari kita jika kita mau menyadari kehadiran TUHAN dalam duka cita yang kita alami. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...