Minggu, 08 Mei 2022
Kotbah: Kisah 9:36-43 Bacaan: 1 Raja 17:17-24
Minggu ini kita akan memasuki Minggu Jubilate. Jubilate yang artinya “bersorak-soraklah bagi Allah, hai seluruh bumi” (Mzm. 66:1). Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Kuasa TUHAN Membangkitkan”. Membangkitkan orang mati menjadi peristiwa penting dalam pelayanan Petrus. Mendengar berita kematian Tabita,Rasul Petrus yang pada waktu itu sedang melakukan pelayanan di Lida segera ke Yope sebab dekat dengan kota Lida. Sesampainya Rasul Petrus di Yope, di rumah Tabita, ia segera ke tempat di mana Tabita dibaringkan, ia berlutut dan berdoa. Setelah berdoa, Petrus berkata kepada Tabita, Tabita, bangkitlah, lalu Tabita membuka mata dan melihat Petrus.
Nama Tabita (Aramaic / Ibrani) dalam bahasa Yunaninya adalah Dorkas. Artinya adalah semacam rusa (gazzelle). Dorkas memang perempuan yang istimewa, dalam Perjanjian Baru hanya Dorkas satusatunya perempuan yang namanya disebut sebagai murid perempuan. Dorkas membuka hatinya bagi Yesus. Dorkas menerima Yesus menjadi Juru Selamat dan Tuhannya. Ciri khas yang menonjol dan yang patut dicontoh dari Dorkas adalah ia mewujudkan imannya dalam bentuk pelayanan yang total. Imannya dibuktikan dengan mengembangkan kemampuan/talenta yang dimilikinya untuk menjadi berkat bagi sesama. Dorkas menabur kebaikan, ia membuat baju untuk para janda yang miskin.
Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa Petrus menggunakan kuasa kebangkitan kepada seorang Dorkas? Apa yang menjadi bahan pertimbangan bagi Petrus sehingga ia membangkitkan Dorkas? Dari perikope Minggu ini kita belajar beberapa hal yang membuat hati Petrus tergerak untuk membangkitkan Dorkas dari kematiannya, yakni:
Pertama, Dorkas memiliki prinsip hidup harus menjadi berkat. Kedatangan janda-janda yang melayat atas kematian Tabita mengungkapkan hal menarik. Tabita alias Dorkas adalah seorang perempuan dermawan. Ia adalah murid Kristus yang menunjukkan kasihnya kepada banyak orang yang kurang mampu. Ia melayani Tuhan melalui keterampilannya membuat pakaian. Ketika ia sakit lalu meninggal, janda-janda itu menangisinya dengan membawa baju-baju dan pakaian yang dulu dibuat Tabita untuk mereka. Buah-buah dari perbuatan baik Tabita nyata dan sudah dinikmati oleh orang-orang yang tidak mampu. Mereka mengenang Tabita karena kasihnya yang nyata.
Tabitha sudah mati tetapi buah kasihnya "tetap hidup dan berteriak sampai ke sorga". Selama hidupnya Tabitha mampu keluar dari persoalan hidupnya dan keluar untuk melihat persoalan sesamanya. Selama hidupnya Tabitha tidak melihat kebutuhan dirinya tetapi kebutuhan orang banyak
Kita tidak akan dapat menjadi berkat ketika sudah mati, atau tergeletak tak berdaya karena sakit. Kesempatan untuk menjadi berkat terbuka selagi kita masih hidup, yaitu sekarang ini. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6: 7)
Kedua, Dorkas memiliki prinsip hidup harus membawa dampak. Betapa dahsyatnya dampak dari buah kasih dan kemurahan hati Tabita, itulah hukum tabur tuai; menabur kebaikan menuai kemuliaan. Dorkas telah melakukan banyak hal semasa hidupnya bagi orang lain. Hal ini dilakukannya karena ia adalah seorang murid (ay. 36). Dorkas adalah seorang murid (ay. 36). Mengapa orang kristen disebut murid? (bnd. ay. 38: “murid-murid”). Karena orang kristen belajar Firman Tuhan. Kalau kita tidak senang belajar Firman Tuhan, maka kita bukan murid, dan itu juga berarti bahwa kita bukan orang Kristen. Apakah kita rajin ikut Pemahaman Alkitab?
Dorkas juga adalah seseorang yang belajar Firman Tuhan dan melayani. Bandingkan ini dengan kebanyakan orang kristen yang:
a. Tidak belajar maupun melayani!
b. Hanya melayani tetapi tidak belajar.
c. Hanya belajar tetapi tidak melayani.
Kesalehan Dorkas ini menyebabkan ketika ia mati:
(1) Banyak orang menangisi dia (ay. 39 bnd. Ams.11:10b). Bagaimana kira-kira kalau seandainya kita yang mati? Apakah banyak orang yang menangisi kita?
(2) Orang-orang menceritakan kebaikan-kebaikannya (ay. 39). Kalau seandainya kita mati, perbuatan apa dari kita yang akan dibicarakan orang? Bahwa kita adalah orang baik yang suka menolong? Bahwa kita adalah orang yang jujur? Bahwa kita adalah orang yang rajin yang selalu bekerja dengan giat? Bahwa kita adalah orang yang sabar? Bahwa kita adalah orang yang rendah hati? Atau sebaliknya bahwa kita adalah orang yang egois, suka berdusta, malas, suka marah, suka memfitnah, sombong, kikir, dsb?
Ketiga, karena orang banyak merasa memiliki Dorkas. Murid-murid yang ada di Yope mendesak agar Petrus bersedia datang untuk membangkitkan Tabita, mereka belum rela kehilangan Tabita yang sangat murah hati, mereka mengasihi Dorkas lebih dari pada saudara kandung sendiri. Orang banyak merasa memiliki Tabita. Tabita tidak boleh mati sebab ia milik kami, Tabita harus tetap hidup.
Kita semua pasti mati, walau kita tidak tahu kapan saatnya. Karenanya, selagi hidup kita perlu bertanya pada diri sendiri, "Jika saya mati, apa yang akan dikatakan oleh teman-teman atau keluarga saya untuk mengenang saya?" Bahkan, ada satu lagi pertanyaan terpenting, "Apa yang akan Tuhan katakan tentang hidup saya?" Jadi, marilah kita menyerahkan hidup kita kepada Allah, dan seperti Tabita, mari menjadi murid Kristus yang melayani orang lain dengan talenta dan keterampilan yang kita miliki. Hidup ini untuk melayani sesama, hidup ini untuk menjadi berkat. Jangan sia-siakan kesempatan hidup ini, bekerjalah dan jadilah berkat seluas-luasnya.
Keempat, Dorkas merupakan seorang perempuan yang baik hati dan dermawan (ay. 36). Dari kisah Tabita dalam Kisah Para Rasul 9:36-43, kita mungkin bertanya mengapa Petrus menganggap kematian Tabita penting baginya? Di ayat 36, kita membaca bahwa Tabita adalah seorang perempuan yang berbuat baik hati dan dermawan. Ungkapan ini dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari dikatakatan ”Ia selalu saja melakukan hal-hal yang baik (She was full of good works – MKJV) dan menolong orang-orang miskin.
Bukti yang menguatkan bahwa ia adalah seorang perempuan yang baik hati adalah ketika ia meninggal, di mana semua janda-janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian yang dibuat Tabita waktu ia masih hidup. Bagi para wanita yang berstatus janda, apalagi tua, dan tidak memiliki pekerjaan, hal itu menjadi pergumulan tersendiri bagi mereka. Karena itu, tidak berlebihan jika pada hari kematian Tabita, mereka menangis sambil menunjukkan baju dan pakaian sebagai bukti perbuatan baik yang telah dilakukan Tabita.
Di sisi lain, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 9:36, ia juga memberi sedekah, boleh dikatakan dermawan. Bahkan mungkin ia ikut menyokong pelayanan para rasul Kristus, karena ia adalah seorang murid perempuan, pengikut Kristus. Perbuatan baik Tabita, menjadi catatan tersendiri bagi Petrus untuk tidak menunda kedatangannya, sebab ia berguna dalam pelayanan.
RENUNGAN
Apa yang menjadi renungan kita pada Minggu Jubilate ini? Tentu ada beberapa hal yang harus kita bawa pulang untuk direnungkan dan dilakukan, yakni:
Pertama, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Dorkas adalah kesaksian tentang Injil. Dorkas menabur kasih dan menuai kasih. Kasih, baru menjadi kasih kalau ia diwujudkan dalam perilaku mengasihi. Itu sebabnya kebahagiaan hidup jangan dicari ke mana-mana sebab ia tidak di mana-mana melainkan ada dan diam dalam hati kita. Tugas kita adalah mengalirkan hati dengan kasih, agar kasih itu membasahi banyak jiwa yang kehausan dan menyuburkan banyak hati yang gersang. Hidup akan menjadi padang hijau yang membahagiakan seluruh mahluk ketika kita mengalirkan kasih. Kekuatiran, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan ibarat butiran pasir dalam sepatu yang yang menghambat langkah kita menapaki jalan-jalan kebahagiagn. Karena itu singkirkanlah butiran — butiran yang menghambat jalan — jalan kebahagiaan. Taburlah kasih agar kita dapat menuai kasih. Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk menabur kasih dalam Situasi apapun.
Kedua, kita harus mampu memberikan harapan baru bagi siapa pun. Tabita (Dorkas) telah mengambil bagian dalam dua hal, pertama terlibat dalam pelayanan penyokongan dana bagi pelayanan rasul-rasul; dan kedua, menolong para janda-janda. Secara sederhana, mungkin dapat kita katakan, Tabita, meskipun hanya dengan ”jarum dan benang”, telah memberi harapan baru bagi para janda. Dengan kata lain, ia hanya melakukan apa yang dapat ia lakukan tetapi telah memberikan harapan baru bagi para janda. Bagaimana dengan kita?
Ketiga, berikanlah yang terbaik dari hidup kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Talenta apakah yang Yesus percayakan kepada kita? Besar ataukah kecil? Banyak ataukah sedikit? Ingatlah, ukuran tidak menjadi soal. Yang harus kita renungkan adalah ”apa yang harus kita perbuat” dengan talenta yang Tuhan berikan kepada kita? Karena itu, jangalah mengecilkan karunia yang ada pada kita. Sekecil apapun, gunakanlah secara bijaksana, maka akan menjadi alat kesaksian bagi banyak orang. Melalui kehidupan Tabita, yang notabene adalah murid Kristus, ia menghidupi kebenaran Kristus dan memancarkan kebenaran Kristus sedemikian rupa sehingga orang lain (janda-janda dan rasul-rasul) melihat perbuatan yang baik. Ia telah menjadi saksi bagi janda-janda. Karena itu, mari jadikan hidup kita menjadi saksi yang baik dari Kristus Yesus. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN