Sabtu, 02 April 2022

KOTBAH MINGGU JUDIKA Minggu, 03 April 2022 “BERLARI MENUJU PANGGILAN SURGAWI” (Filipi 3:4b-14)

 KOTBAH MINGGU JUDIKA

Minggu, 03 April 2022

 

“BERLARI MENUJU PANGGILAN SURGAWI”

Kotbah: Filipi 3:4b-14  Bacaan: Yesaya 43:16-21




 

Minggu ini kita memasuki Minggu Judika artinya Berilah keadilan bagiku, ya Allah – Luluhon ahu ale Jahowa (Mzm. 43:1a). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Berlari Menuju Panggilan Surgawi”. Panggilan surgawi adalah panggilan keselamatan, panggilan untuk masuk ke dalam rencana Tuhan, panggilan untuk dekat dengan Tuhan, panggilan untuk melayani Tuhan. Kita harus mengetahui, mengerti dan mengenali panggilan surgawi yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Supaya kita dapat menghargai bahwa panggilan surgawi yang kita miliki adalah karena Kristus telah mati untuk kita, Kristus yang telah mengorbankan diriNya bagi kita.

 

Panggilan surgawi sangat penting dan berharga dalam hidup kita. Kalau orang percaya tidak berjalan dalam panggilan surgawi maka kita akan berjalan menuju kepada panggilan dunia, kita mengikuti semua keinginan-keinginan dunia. Firman Tuhan berkata semua orang yang mengikuti keinginan dunia akan binasa, tetapi orang yang percaya kepada Tuhan akan hidup untuk selama-lamanya.

 

Paulu mengejar panggilan surgawi itu, itu sebabnya ia meninggalkan panggilan dunia yang dianggapnya sebagai sampah yang dapat membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain. Paulus akhirnya berani meninggalkan apa yang menurutnya baik pada masa lalunya dan dia melihat ke depan sebagai sesuatu yang menguntungkan ketika dia mengejar hadiah panggilan surgawi.

 

Dalam rangka berlari menuju panggilan surgawi Paulus melihat masa lalunya sebagai sesuatu yang perlu diperbaiki. Ada beberapa masa lalu Paulus yang dianggapnya baik, tetapi ternyata setelah berjumpa dengan Yesus semuanya jadi tidak ada gunanya seperti:

 

Pertama, segala sesuatu yang dilakukan oleh Paulus dalam tradisi orang Farisi atau aturan-aturan yang begitu banyak maka itu dianggap rugi oleh Paulus setelah dia ada dalam Yesus.  Kata “rugi“ dalam Bahasa Ibrani memakai kata “Zemian” (ζημίαν) dari kata zemia (ζημία) yang artinya rugi atau kerusakan. Dan dalam Kisah 27: 10 terjemahan KJV memakai kata “damage“ yang artinya bukan sekedar kerugian yang biasa namun suatu kerugian yang dapat merusak sesuatu yaitu yang sangat membahayakan keselamatan orang lain. Paulus mendefinisikan kata “rugi“ yaitu sangat membahayakan baik bagi dirinya dan orang lain. Jadi segala perbuatan baik yang dia lakukan dalam keagamaan itu dianggap sangat membahayakan (ay. 8).

 

Kedua, segala kebaikannya, kesalehannya dan ketaatannya dalam melakukan Hukum Taurat dianggap sebagai sampah. Kata "sampah" dalam Bahasa Yunani  memakai kata “skubala “ (σκύβαλα) dari kata skubalon (σκύβαλον) yang artinya: sampah, ampas, kotoran hewan. Singkatnya sebagai hal yang menjijikan dan memuakan. Sebagai contoh kalau kita memecah sembilan telur yang baik namun kalau kita campur dengan telur busuk satu saja maka itu akan merusak semua telur yang baik. Demikian juga karena manusia itu sudah jatuh dalam dosa dan hidupnya tercemar dosa maka segala kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan menjadi sesuatu yang memuakkan dan menjijikkan.

 

Ketiga, Paulus merasa diri benar (ay. 5, 9). Pada masa lalu maka Paulus pernah hidup dalam kebenarannya sendiri yaitu sebelum dalam Yesus. Dia menganggap semua kebenaran yang dia lakukan adalah sesuatu yang luarbiasa. Teologi orang Farisi saat itu adalah teologi yang lebih dihormati dan dihargai dibandingkan dengan teologi orang Saduki. Dalam Yesus kita benar bukan karena kita melakukan hukum Taurat tetapi karena kebenaran dalam Yesus Kristus. Teologi, kotbah atau pengajaran apapun jika tidak dikaitkan dengan Kristus sebagai pusatnya maka semua itu hanya moralisme belaka dan tidak ada gunanya serta bisa menjebak diri kita untuk merasa benar dan lebih suci daripada orang lain. Charles Spurgeon pernah berkata kalau kita tidak mengkotbahkan Kristus maka lebih baik tidak usah berkotbah. 

 

Keempat, Paulus merasa diri berharga (ay. 5). Ada tiga identitas asli dari Paulus yaitu bangsa Israel, suku Benyamin dan orang Ibrani asli yang menunjukkan rasa diri yang berharga dalam kehidupan Paulus. Berbeda dengan orang Samaria yang sudah melakukan kawin campur dan dianggap suku yang paling rendah serta diidentikkan dengan pemungut cukai dan pelacur. Paulus ini orang Ibrani asli yang sangat fasih menulis Bahasa Ibrani dan berbicara dengan Bahasa Ibrani yang halus dibandingkan dengan yang lain. Namun dalam Yesus maka Paulus melihat bahwa keberhargaannya bukan dari kesukuannya tetapi karena dalam Yesus dia menjadi anak-anak Allah.

 

Kelima, Paulus merasa diri hebat (ay. 6). Paulus tidak hanya taat dalam melakukan hukum taurat namun dalam semua aturan secara detail maka Paulus menyatakan bahwa dia tidak bercacat. Di sini Paulus merasa diri hebat dimana bisa mempengaruhi perubahan orang lain. Dalam Yesus maka orang lain bisa berubah bukan karena kita telah menuruti semua aturan agama tetapi karena pekerjaan Roh Kudus. 

 

Semua yang disebutkan di atas tida ada gunanya lagi bagi Paulus setelah ia berjumpa dengan Yesus. Paulus mengalami perubahan hidup yang total. Paulus berubah dari panggilan duniawi menuju panggilan surgawi. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya kita mengejar panggilan surgawi? Berdasarkan pengalaman Paulus, ada beberapa car akita untuk bisa meraih panggilan surgawi itu, yakni:

 

Pertama, kita harus terus berjuang menuju kesempurnaan (ay. 12). Kerendahan hati Paulus nyata dari kesadarannya bahwa ia masih terus-menerus memerlukan pertolongan, penghiburan dan anugerah Kristus dalam menjalankan kehidupan atau tugas-tugas pelayanannya. Paulus mengakui ketaksempurnaannya, tapi ia sangat ingin disempurnakan. Ia mengejarnya, berjuang, bekerja keras untuk meraihnya, tetapi bukan atas jasa-jasa atau kebenarannya, melainkan oleh jasa dan bebenaran Kristus, oleh anugerah-Nya. Paulus mau memeroleh lebih banyak anugerah, lebih banyak bekerja atau melayani tanpa merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya.

 

Mereka yang telah menerima anugerah sejati akan berkeinginan untuk memperoleh anugerah lebih banyak lagi dan sangat berhasrat untuk menikmatinya secara sempurna. Aku telah ditangkap oleh Krstus. Kita ditangkap oleh Kristus agar dapat menangkap kebahagiaan sempurna yang ditawarkan-Nya.

 

Kedua, kita terus fokus pada masa depan di dalam Kristus (ay. 13). Hidup kita tidak harus selalu menoleh ke belakang, tetapi kita harus terfokus ke masa depan. Yang perlu diperhatikan dan dipedulikan adalah mengarahkan diri ke depan. Kita melupakan atau mengabaikan segala sesuatu yang di belakang, termasuk kebanggaan pada masa lalu, mungkin juga kegagalan-kegagalan dalam mentaati kehendak Tuhan. Kita harus mengarahkan diri pada apa yang di hadapan kita, melangkah pasti, mewujudkan visi, menjangkau masa depan di dalam Kristus.

 

Ketiga, kita terus bergerak maju meraih hadiah surgawi (ay. 14). Berlari-lari, tak kan pernah berhenti, bergerak maju secepat yang kita bisa lakukan, menuju sasaran yang telah ditetapkannya. Panggilan kristiani adalah panggilan yang sangat tinggi, datangnya dari surga, arahnya menuju surga. Untuk memperoleh hadiah, mengejar, menguber, memburu.Sekali lagi, bukan oleh kekuatan manusiawi, tetapi oleh Roh, oleh anugerah. Anugerah keselamatan menggerakkan kita untuk bekerja keras. Kita bekerja keras, bergulat, bertempur, bertarung demi hadiah, yaitu surga, kebahagiaan sempurna, yang telah kita miliki dalam pengharapan. Arah yang tepat menentukan kesiapan dan kecepatan untuk mencapainya.Kemana arah hidup kita? Panggilan surgawi atau memuaskan kehidupan duniawi?

 

RENUNGAN

 

Paulus berlari-lari untuk tujuan ini yaitu ketika dia mengganggap masa lalunya sebagai sesuatu yang memuakkan maka dia tidak mau berdiam diri namun mengejar panggilan sorgawi itu. Ada lima hadiah yaitu panggilan sorgawi yang adalah suatu kehormatan yang dikejar oleh Paulus dan perlu kita kejar juga. Lima hadiah atau panggilan itu adalah :

1.     Mahkota Abadi diperoleh dengan menjadi teladan rohani/ saksi Kristus (1 Kor . 9:24-27).

2.     Mahkota kemuliaan diperoleh dengan menjadi  gembala (1 Ptr. 5:2, 4).

3.     Mahkota sukacita diperoleh dengan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus (1 Tes. 2: 8-9,12).

4.     Mahkota kehidupan diperoleh karena setia kepada Yesus walaupun mengalami penderitaan (Yak. 1:12).

5.     Mahkota kebenaran diperoleh karena merindukan kedatangan Yesus yang kedua kali (2 Tim. 4: 8).

 

Hadiah itulah yang dikejar Paulus. Sekalipun hadiah mahkota itu diberi oleh Kristus maka kelak Paulus dan kita semua dihadapan Kristus, Sang Raja (bd. Why. 4:10-11). Semua mahkota itu akan diletakkan di bawah Kristus, untuk memuliakan dan menghormati Dia. Sayangnya banyak orang percaya sudah mulai meredup untuk mengejarnya.

 

 

Paulus menasihati kita untuk terus bekerja sama dalam hal-hal besar yang telah kita setujui dan bertumbuh menjadi semakin dewasa. Terus saling berbagi, saling menolong, dalam mempelajari firman Tuhan. Karena itu,

Mari, terus berjuang menuju kesempurnaan pengertian dan perbuatan iman kita.

Mari, fokus pada masa depan kita di dalam Kristus.

Mari, bergerak maju meraih hadiah surgawi.

Mari, bertumbuh dalam pengertian-pengertian baru yang lebih baik. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...