Renungan hari ini:
DIAMPUNI PELANGGARANNYA
Roma 4:7a (TB) "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya"
Romans 4:7a (NET) “Blessed are those whose lawless deeds are forgiven”
Orang pasti senang jika kesalahannya diampuni. Hatinya pasti bergirang karena hukuman lepas darinya. Kata kunci dari nas hari ini adalah diampuni. Diampuni bermula dari proses mengampuni. Mengampuni merupakan obat mujarab untuk memulihkan suatu hubungan. Formula tersebut merupakan formula yang sederhana. Dapat diaplikasikan sampai berkali-kali tanpa menyebabkan efek samping yang tidak diharapkan. Bahkan semakin digunakan sepertinya justru malah membuat kita semakin disegarkan. Sebaliknya banyak penyakit jiwa ini karena ketiadaan pengampunan. Bagaikan kanker yang ganas yang menggerogoti jiwa kita; kepahitan dan kepicikan.
Mengampuni merupakan proses yang sederhana, dan selalu bermula dari hati kita. Mengampuni tanpa hati adalah kemunafikan; tidak ada khasiat yang menyegarkan. Mengampuni setiap kali dapat diberikan tanpa kehilangan khasiatya, dan justru semakin menambah kekuatannya. Bagaikan satu keping mata uang, maka proses diampuni merupakan proses yang sama pentingnya.
Diampuni merupakan awal dari proses mengampuni. Tanpa adanya kesadaran bahwa dirinya telah diampuni, niscaya kita tidak dapat mengampuni. Diampuni merupakan wujud kerendahan hati melihat diri kita dihadapan tahta kesucian dan kebenaran Allah yang penuh dengan anugrah. Sehingga tidak ada dasar yang paling sah untuk bermegah selain kesadaran bahwa di dalam segala dosa dan pelanggaran kita, ada kecukupan anugrah pengampunan Allah bagi segala dosa kita. Tetapi yang sering menjadi masalah adalah apakah kita mempunyai keberanian untuk memberikan ampun atau memohon ampun?
Pengampunan adalah hal batiniah. Dia tidak memerlukan sebuah kompensasi dari pihak lain ketika mengungkapkannya; apakah dia telah berubah, menjadi sedikit lebih baik, atau bahkan dia telah membayar kesalahannya. Sehingga permasalahan utamanya perlu dilokalisir berdasarkan hal yang utama, yaitu respon batiniah kita, dibandingkan kita melihat respon pihak lain. Selalu lebih baik melihat dahulu balok di mata dibandingkan selumbar di mata saudara kita. Ada satu pihak, yaitu Allah yang penuh dengan keadilan tetapi juga berlimpah dengan kasih karunia dan anugrah di dalam melihat proses tersebut. Karena Ia sempurna, sehingga Dia layak untuk menjadi hakim atas hidup kita. Secara rohani, terdapt kepastian yang agung, bahwa dalam kasih karunia dan kesetiaan Nya yang besar (meskipun kita tidak setia tetapi Ia tetap setia), tidak pernah ada kata yang selesai untuk menggambarkan proses mengampuni-diampuni tersebut.
Kenyataan ini membuat diri kita seharusnya selalu berani datang kepada Allah, Hakim yang Agung dengan segala kerendahan hati, sehingga hal ini membuat ita lebih berani untuk mengakui segala dosa dan pelanggaran kita dan datang kepada Allah. Sebaliknya kenyataan ini juga membuat kita selalu terus menguji diri terlebih di dalam meihat orang lain, sehingga anugrah dan pengampunan Allah yang kita alami itu juga memancar kepada orang lain di sekitar kita, sehingga di dalam segala sesuatu kita selalu terbuka bagi pintu pengampunan. Pengampunan memperbesar kapasitas rohani kita untuk mengenal sejati-Nya Allah yang penuh dengan kasih setia dan rahmat yang bekerja di dalam segala aspek kehidupan kita, sehingga kita terbilang orang yang berbahagia. "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan, dan yang tidak berjiwa penipu!" Karena itu, syukurilah pengampunan yang diberikan TUHAN bagi kita. Karena tanpa kasih-Nya yang luar biasa kita tidak akan bisa diampun-Nya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN